Disclaimer: Semua karakter dalam Harry Potter adalah milik JK Rowling. Bukan untuk kepentingan komersial. Fanfic ini hanya hiburan semata.
Rated: T - B.Indonesia - Drama atau Family
Awal/akhir cerita oleh: Hinata
Kontributor: Aisyah, Astrin, Anne, Maddy, W.m. Ibrahim, Winda, Rury
Tubuh wanita itu ambruk seperti sebuah boneka kayu yang dipotong talinya. Mata hijaunya kini kehilangan binar kehidupan. Mukanya menegadah menatap langit-langit dengan kehampaan. Suaminya mati duluan. Kini Lily Potter pergi menuju ketiadaan.
Seharusnya aku merasa puas seperti momen-momen membahagiakan lain saat melihat kematian. Kematian yang diakibatkan oleh diriku! Namun tidak, alih-alih merasa damai hatiku malah terbebani oleh sensasi asing yang menekan.
Ini pasti gara-gara anaknya belum mati. Mereka bertiga mati, dan tentunya perasaan girang ini akan kembali.
“Avada Kedavra!” lembut tongkatku bergetar hendak menghantarkan melodi kematian pada si Bocah. Semuanya seakan diperlambat ribuan kali untuk menambah kesan mencekam yang kurindukan.
Cahaya hijau menyentuh tubuh mungilnya. Dia akan mati. Aku tahu akan mati. Sama seperti ribuan orang lain yang pernah mencicipi mantera favoritku.
Perasaan menekan makin bertambah hebat. Sulur merah muda melingkupi tubuh si Bocah. Cahaya hijau berpadu dengannya.
DUAR!!
Ledakan hebat terjadi diikuti dengan cahaya hijau yang membutakanku.
Tidak! Ini tak seharusnya terjadi!
Pangeran Kegelapan tak seharusnya merasa takut. Selayaknya dia menebar rasa takut. Bukan malah mencicipinya.
Ini tak nyata. Aku yakin takkan pernah nyata. Kulihat tubuhku menjauh dari pandangan. Atau malah pandanganku yang menjauh dari tubuh?
Entahlah.
Yang pasti, aku berani bersumpah bahwa mulut Lily tersenyum.
Kini aku melayang entah kemana.
Lily “Evans” Potter, sihir apa yang telah kau pelajari dan luput untuk kuketahui?
[ ::Hinata:: ]
Rated: T - B.Indonesia - Drama atau Family
Awal/akhir cerita oleh: Hinata
Kontributor: Aisyah, Astrin, Anne, Maddy, W.m. Ibrahim, Winda, Rury
Tubuh wanita itu ambruk seperti sebuah boneka kayu yang dipotong talinya. Mata hijaunya kini kehilangan binar kehidupan. Mukanya menegadah menatap langit-langit dengan kehampaan. Suaminya mati duluan. Kini Lily Potter pergi menuju ketiadaan.
Seharusnya aku merasa puas seperti momen-momen membahagiakan lain saat melihat kematian. Kematian yang diakibatkan oleh diriku! Namun tidak, alih-alih merasa damai hatiku malah terbebani oleh sensasi asing yang menekan.
Ini pasti gara-gara anaknya belum mati. Mereka bertiga mati, dan tentunya perasaan girang ini akan kembali.
“Avada Kedavra!” lembut tongkatku bergetar hendak menghantarkan melodi kematian pada si Bocah. Semuanya seakan diperlambat ribuan kali untuk menambah kesan mencekam yang kurindukan.
Cahaya hijau menyentuh tubuh mungilnya. Dia akan mati. Aku tahu akan mati. Sama seperti ribuan orang lain yang pernah mencicipi mantera favoritku.
Perasaan menekan makin bertambah hebat. Sulur merah muda melingkupi tubuh si Bocah. Cahaya hijau berpadu dengannya.
DUAR!!
Ledakan hebat terjadi diikuti dengan cahaya hijau yang membutakanku.
Tidak! Ini tak seharusnya terjadi!
Pangeran Kegelapan tak seharusnya merasa takut. Selayaknya dia menebar rasa takut. Bukan malah mencicipinya.
Ini tak nyata. Aku yakin takkan pernah nyata. Kulihat tubuhku menjauh dari pandangan. Atau malah pandanganku yang menjauh dari tubuh?
Entahlah.
Yang pasti, aku berani bersumpah bahwa mulut Lily tersenyum.
Kini aku melayang entah kemana.
Lily “Evans” Potter, sihir apa yang telah kau pelajari dan luput untuk kuketahui?
[ ::Hinata:: ]