Disclaimer: Semua karakter dalam Harry Potter adalah milik JK Rowling. No Money Making Here. Fanfic ini hanya hiburan semata.
Rated: K-T - B.Indonesia - Family, Humor
Awal/ akhir cerita oleh: Astrin
Partisipan : Hinata, Patricia, Anne, Rury
Musim semi 1989. Matahari pagi terlihat seperti dipermainkan oleh awan-awan, yang menghalangi cahayanya menembus tanah. Sementara itu angin semilir bertiup riuh, cukup untuk membuat bunga-bunga musm semi bergoyang dengan semangat, seolah menertawakan apa yang diperbuat awan kepada matahari. Pagi yang indah dan tenang.
"AAAAaaaaa ..." Sebuah teriakan terdengar dari dalam ruang keluarga The Burrow. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berambut merah berlari menuju dapur, ia terlihat ketakutan, wajahnya merah.
Rated: K-T - B.Indonesia - Family, Humor
Awal/ akhir cerita oleh: Astrin
Partisipan : Hinata, Patricia, Anne, Rury
Musim semi 1989. Matahari pagi terlihat seperti dipermainkan oleh awan-awan, yang menghalangi cahayanya menembus tanah. Sementara itu angin semilir bertiup riuh, cukup untuk membuat bunga-bunga musm semi bergoyang dengan semangat, seolah menertawakan apa yang diperbuat awan kepada matahari. Pagi yang indah dan tenang.
"AAAAaaaaa ..." Sebuah teriakan terdengar dari dalam ruang keluarga The Burrow. Tiba-tiba seorang anak laki-laki berambut merah berlari menuju dapur, ia terlihat ketakutan, wajahnya merah.
Mrs. Weasley yang sedang memasak sup untuk sarapan pagi terkejut oleh kedatangan Ron yang langsung memeluknya. "MOOOMM!!" Ron menangis dan membenamkan wajahnya kedalam pelukan Mrs. Weasley.
"Ada apa Ron?" Tanya Mrs. Weasley bingung. Sendok sup yang sedang ia pegang hampir saja terlepas dari tangannya.
Ron yang tubuhnya gemetar karena ketakutan mencoba menjawab pertanyan ibunya, "lla..ba..la..ba."
"APRIL FOOL!" Teriak Fed dan George berbarengan dari pintu dapur. Sekali lagi Mrs. Weasley terkejut oleh kedatangan anak-anaknya yang lain. Merasa mengetahui alasan Ron menangis, Mrs. Weasley berkacak pinggang, matanya memelototi si kembar, kini mukanya terlihat merah padam tanda kalau ia sedang marah.
Fred dan George yang melihat tatapan itu seketika berhenti bergerak, wajah mereka berubah menjadi pucat pasi. Dalam suara bisikan mereka saling berbicara, "Ups!" George berbicara.
"Sepertinya kita harus pergi." Fred memberi usul.
"Dalam 5 detik, mom akan meledak dan meneriaki kita."
"Atau lebih cepat dari itu. Bukan cara yang bagus untuk membangunkan tetangga." Mereka menatap Mrs. Weasley, yang kelihatannya akan mengucapkan kata-kata, si kembar mencoba untuk tersenyum lebar sebelum, "Lari George!!" Fred berteriak, dan bersama George mereka berlari menjauhi dapur.
[ :: astrin :: ]
"Aku ingin agar mereka cepat pergi." Isak Ron di meja dapur.
Mrs. Weasley duduk di hadapan Ron. "Kadang aku merasa memiliki sepasang anak kembar terlalu banyak dari yang seharusnya." Dia memandang jam besar di ruang tengah. satu jarumnya menujuk Kerja, dua menunjuk sekolah, sementara lima lainnya menunjuk Rumah. untunglah tak satu pun yang menunjuk Bahaya Maut.
"Namun aku juga tak mau jika harus kehilangan satu dari mereka." Tambahnya setengah melamun.
"Bagamana jika kau temani Ginny bermain sementara ibumu ini mencoba menyelesaikan kue untuk si kembar?"
"Lebih baik aku mengurung diri di kamar dari pada mendengarkan celoteh Ginny tentang Harry Potter. seakan Harry Potter benar-benar ada di dunia ini." gumam Ron.
Ron sudah setengah jalan menapaki tangga menuju kamarnya saat dari arah berlawanan Ginny turun dengan muka panik sambil berteriak. "Moooom!!! Fred mati!!!! Mukanya jadi hijau!"
"pasti ini cuman akal-akalan mereka saja!" jawab Mrs. Weasley. Namun naluri keibuannya malah membawa langkah kakinya menuju kamar si Kembar.
"Mati atau tidak, mereka tetap harus dihukum!" gerutunya saat melewati Ron.
Ron dan Ginny mengekor di belakang.
Dari pintu kamar terlihat Fred yang seluruh tubuhnya menghijau. George berusaha mengelap busa yang keluar tanpa henti dari mulut Fred."Apa yang sedang kalian lakukan?!" Seru Mrs. Weasley yang tak dapat menyembunyikan kepanikan dalam suaranya.
[ :: hinata :: ]
"BHUURRRRR"
Fred dan George menyemburkan busa yang ada di mulut mereka ke arah Ginny dan Mrs. Weasley. Ginny berkelit menghindar, tetapi Mrs. Weasley yang tidak siap seluruh tubuhnya basah.
"FRED!GEORGE! APA YANG KALIAN LAKUKAN? IBUMU SENDIRI, NAK!" Lalu, Mrs. Weasley melihat ke arah bajunya, lalu.. "ANAK GILA! LIHAT BAJUKU YANG TERBAIK KALIAN KOTORKAN DENGAN MAINAN BODOHMU ITU! PUAS??"
"Ups, APRIL MOP!! HAHAHAAHA!!" kata Fred dan George. Tentu saja mereka tidak mendengarkan apa perkataan ibunya itu.
"AKU BENCI APRIL MOP!" teriak Mrs. Weasley. Ginny terkikik, dia sudah tahu kedua kakaknya akan melakukan hal itu. Karenanya ia bisa menghindar.
"Fred!George! kalian juga harus tanggung jawab kepadaku!" ujar Ron. Lalu Fred dan George menunjuk ke arah jam besar penunjuk tempat itu. Tiba-tiba, jarum 'Ron' bergerak ke arah 'bahaya maut'. Ron mengernyit.
"Apa artinya semua ini?"
"Begini, adik kecil," kata Fred dengan gaya ngebos ibunya. "Kami sudah bertanggung jawab tentang dirimu yang ada di bahaya maut." Lanjut George. "Jadi, selamatkan dirimu dari U-Kno-Poo yang sudah ada di depan rumahmu.."
Ron melihat ke depan rumahnya. Ternyata sudah ada Voldemort disana.
[::patricia::]
"Fred dan George Weasley! Hentikan becandaan ini!" teriak Molly Weasley geram.
Ia mengeluarkan wand dan mengayunkannya. Jam keluarga Weasley kembali ke wujud semula, dan kembali ke ruang keluarga. Voldemort palsu yang berdiri di depan pintu keluarga Weasley berubah kembali menjadi sapu dan ember di ujung gagangnya.
[:: anne :: ]
"HUAHAAHAHAHAAHA... APRIL FOOLLLLLLLLLL !!!!!!" Terdengar gelak tawa dari keduanya.
"Kalian, knapa sih kalian berdua selalu saja mengerjaiku ?" Tanya Ron pada kedua kakak kembarnya itu.
"Karena...." Ujar Fred menggantung.
Ron menantikan dengan cemas apa alasannya, mengapa kedua kakaknya yang kembar itu lebih senang mengerjai dirinya dibandingkan si kecil Ginny.
[:: rury :: ]
"Karena Fred dan George kurang kerjaan, Ron. Nah, sekarang, bawa cucian kotormu ke bawah. Hari ini kalian harus mengerjakan pekerjaan rumah dua kali lebih banyak daripada biasanya!" Molly mulai mengomel.
Fred and George menurut, kali ini tidak ada gunanya melawan, karena Molly sudah marah besar. "Dan kau Ron Weasley," Molly melirik Ron yang sedang menutup mulut menahan tawa.
" .. jangan cuma tertawa di situ. Kau harus bereskan kamarmu sekarang juga. Aku bosan melihat seprai Chudley Canon-mu kusut tidak beraturan dan remah roti bertebaran di atasnya!"
"Ginny, bantu aku menyiapkan masakan buat nanti malam. Ayahmu akan pulang lebih cepat dari biasanya." Molly bergegas ke dapur, Ginny pun mengikuti ibunya.
[:: anne ::]
"Tahukah kau, Dik?" Ucap George saat Ron baru tiba di ambang pintu. dia menoleh.
"Kami akan sangat merindukanmu." Tambah Fred dengan muka serius.
"Oh. ya? aku juga akan sangat merindukan kalian." Ucap Ron sambil menghitung hari kebebasannya. 5 bulan lagi takkan ada dua makhluk pengganggu itu di rumah.
"Serius." ujar mereka berbarengan sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuk. tak ada cengiran jahil sedikit pun.
"Terserah lah!" jawab Ron sambil melengos pergi.
Ron merasa kamarnya baik-baik saja. beberapa jilid komik 'Jim si Muggle Gila' yang berserakan, seprai yang menyerupai gundukan gombal, atau pun beberapa mili debu di atas lemari menurutnya bukan masalah besar. menyadari bahwa ibunya takkan berhenti mengerecoki hingga kamarnya serapi-yang-dikehendaki, meski enggan Ron mulai menata semuanya.
"Pasti berabad-abad." Keluh Ron.
Matahari telah sangat condong ke barat saat ibunya melongok ke dalam kamar.
"Masih aku bereskan, Mom." ucapnya mendahului.
"Bagus." jawab Mrs. Weasley. "Ron, apa kau lihat kedua kakakmu?"
Gelengan kepala Ron menambah roman muram ibunya. "Kemana kiranya mereka?"
"Di kebun juga tak ada." Teriak Ginny. Tentunya dari lantai bawah.
"Makan malam perayaan ulang tahun akan segera dimulai. tapi mereka bahkan tak kelihatan bokongnya." Mrs. Weasley membalikkan badan. "Ron, kau bantu cari!"
Ron mendengar langkah kaki ibunya menuruni tangga. pantas saja suasana begitu sepi. Fred dan George menghilang entah kemana. sebenarnya dia lebih suka jika mereka tak ditemukan lagi. tapi bagaimana pun kedua kakak kembarnya itu cukup dia sukai jika bukan dirinya yang dijadikan objek lelucon mereka.
Mengetahui bahwa makan malam takkan dimulai tanpa mereka, Ron mulai mencari.
[:: hinata ::]
----
-- beberapa jam sebelumnya --
"Hey Fred, apa kau pikir kali ini akan berhasil?" Tanya George sambil menarik jembalang di belakang rumah mereka. Fred dan George menjalani hukuman mereka dengan mengusir para jembalang. Mereka tidak menyukainya, tentu saja, tetapi mereka takut Mrs. Weasley semakin marah jika mereka menolak.
"Tentu saja!" Jawab Fred dengan percaya diri. "Kita sudah menyiapkan ini semua berbulan-bulan, maka, ini tidak boleh gagal." Fred melempar jembalang ditangannya hingga melewati pagar rumahnya.
"Tapi mom bisa semakin marah jika kita ketahuan."
"Kalau begitu jangan sampai mom tahu. Ini akan menjadi kejutan besaaaar untuk hari spesial kita." Ucap Fred dengan merentangkan tangannya membentuk bulatan di depan tubuhnya. “Lagipula George, ini bukan kejahilan kita. Mom tidak seharusnya marah.”
"Yeah, kau benar, mom tidak seharusnya marah melihatnya.” George menjawab. “Menurutmu, apa Dad akan membelikan tongkat baru untuk kita? ” George menarik satu jembalang lagi dan melemparkannya.
“Entahlah, aku ingin punya tongkat sendiri. Aku tidak ingin mendapatkan tongkat bekas Percy. Bahkan tongkat Bill atau Charlie masih lebih baik.” Ucap Fred. “Kurasa ini yang terakhir.” Fred mengangkat jembalang dengan kedua tangannya, lalu melemparkannya.
“Bagus. Kita bisa beristirahat sekarang.” George berjalan ke arah pancuran air di dekat garasi tempat ayah mereka menyimpan berbagai ‘koleksi’ kepunyaannya. Fred segera menyusul kembarannya untuk mencuci tangan mereka yang berlumuran tanah.
Mereka kini berjalan menuju sebuah pohon besar yang cukup rindang tak jauh dari The Burrow, melintasi padang bunga dandelion yang sedang mekar. Hari sudah cukup sore, matahari semakin menjauhi arah timur dan memancarkan sinar musim seminya yang semakin menghangat. Awan-awan hanya berjajar tipis-tipis dilangit. Mereka berhenti dibawah pohon rindang itu. Merebahkan tubuh mereka dibawah lebatnya dedaunan yang tertempel erat pada dahan pohon, seraya melihat ke atas langit. Angin sepoi-sepoi menyapa wajah mereka yang lelah, memberikan kenyamanan sederhana yang begitu mereka nikmati.
“George, apa menurutmu surat dari Hogwarts akan datang beberapa hari lagi? Kita kan sudah 11 tahun hari ini.” Fred membuka percakapan.
“Aku bahkan berharap surat itu datang hari ini. Sebagai hadiah ulangtahun kita.” George menjawab pertanyaan saudaranya. “Yeah, aku ingin secepatnya sekolah di Hogwarts. Kata Bill disana sangat banyak lorong-lorong rahasia.”
“Aku ingin menjadi pemain Quidditch disana. Aku ingin menjadi beater.”
Terdengar suara ‘POP’ pelan disamping pohon itu. Ada seseorang yang baru saja ber-apparate. Fred dan George sudah bangkit dari tanah, waspada dengan apa yang akan muncul dari balik pohon besar itu.
“Sepertinya baru saja aku mendengar Quidditch disebut-sebut.” Sebuah suara yang sudah akrab di telinga si kembar membuat mereka sedikit rileks. Seorang laki-laki jangkung berambut semerah si kembar keluar dari balik pohon, memperihatkan senyuman lebarnya. Lelaki itu merentangkan tangannya lebar-lebar ke arah si kembar. “Kalian tidak ingin memberikan pelukan kepadaku?”
“DAAD !!” Fred dan George berteriak senang melihat Mr. Weasley berada dihadapan mereka. Seketika rasa was-was itu sirna, mereka langsung berlari menuju pelukannya. Rasanya seperti sudah lama tidak bertemu ayah mereka.
“Ayo kita pulang. Mom telah membuatkan makanan spesial untuk kita hari ini.” Ajak Mr. Weasley.
“Mom membuatkan kita apa, dad? Apa sebuah kue ulangtahun yang besar?” Fred mendongakkan kepala ke wajah Mr. Weasley.
“Well, mungkin sebaiknya kita cepat pulang, kalian akan tahu setelah kita sampai.” Mr. Weasley melepaskan pelukan keduanya, menggandeng mereka pulang menuju The Burrow.
“Aku dengar dari ibu kalian, kalau Ron menangis pagi ini. Apa betul karena kalian?” Mr. Waesley bertanya.
“Hanya masalah kecil, dad. Dia menemukan seekor laba-laba saat ingin duduk di kursi.” Jawab George dengan santai.
“Dan aku menduga laba-laba itu adalah mainan kalian.”
Fred dan George terkikik mendengar pernyataan ayah mereka. “Begitulah.” Jawab Fred menahan tawa.
[ :: astrin :: ]
Dari jauh terlihat di balik jendela siluet Mrs. Weasley terpendar oleh cahaya dari dalam rumah.
"Dad?" Ucap George.
Mr. Weasley menghentikan langkah mengikuti si kembar. Alisnya naik tanda pertanyan.
"Apa Dad bisa bantu kami?" Timpal Fred.
"Jika ini artinya bisa membuat ibu kalian marah. aku tak mau ambil risiko!"
"Tidak, Dad. kami jamin....." Fred berhenti sejenak seakan mempertimbangkan sesuatu. "Well... mungkin sedikit." dia tak dapat menyembunyikan cengirannya.
"Tapi kami jamin ini takkan berbahaya!" Janji George.
"Dan kenapa aku harus melakukannya?" Tanya Mr. Weasley hati-hati. bagaimanapun dia kenal anak kembarnya itu. ide-ide mereka kadang - jika tak bisa disebut sering kali - tak terbayangkan dengan akal sehat.
"Dad kan tahu bahwa mulai september nanti kami akan masuk Hogwart. Yang artinya hampir bisa dipastikan bahwa selama 7 tahun kedepan kami tak bisa merayakan ulang tahun di rumah. maka ini jadi kesempatan terakhir bagi kami untuk membuat ulang tahun yang sangat berkesan."
"Kami hanya ingin membuat sebuah acara ulang tahun yang tak terlupakan. tak lebih" Tambah Fred.
Sesaat Mr. Weasley mempertimbangkan permintaan mereka. "Oke, apa yang harus kulakukan?"
"Kami hanya minta Dad masuk rumah. dan apapun yang terjadi. Dad harus bersikap seakan pertemuan ini tidak ada."
Keduanya tersenyum semanis yang mereka bisa lakukan. Dengan satu anggukan Mr. Weasley melanjutkan berjalan menuju The Burrow.
Istrinya menyambut kedatangan Mr. Weasley dengan pandangan khawatir. Belum sempat Mr. Weasley bertanya ada apa, terdengar bunyi plop. Pintu menjeblak terbuka. Tiga sosok yang dia kenali sebagai anak-anaknya memandang isi dapur dengan roman panik."Kami dapat surat dari Mom bahwa Si kembar terkena ledakan akibat permainannya sendiri." Ucap Bill.
Kacamata gagang tanduk Percy miring sementara pemiliknya terlihat mual. "Kami langsung menggunakan Portkey kemari dari Hogwart atas ijin Mc. Gonaggal." Tambah Charlie.
Rentetan bunyi Plop terdengar dari arah halaman.
Mr. Weasley bertukar pandang dengan istrinya. bertanya-tanya kehebohan apa yang sedang mereka timbulkan.
[ :: hinata :: ]
--- Silahkan dilanjutkan, bisa langsung di edit di dokumen ini ---
-------
“Apa yang kalian bicarakan?” Mrs. Weasley bertanya kepada anak-anaknya.
“Errol membawa surat dari Mom. Mom ingin kami segera pulang karena Fred dan George mengalami kecelakaan karena ulah mereka.” Bill menjelaskan. “Aku langsung mencari Charlie dan Percy, lalu dengan ijin Kepala Sekolah dan Prof. McGonagall, kami pulang memakai portkey.”
“Dad, apa surat itu benar?” Charlie yang wajahnya memerah karena khawatir mencoba bertanya kepada ayahnya.
“Dimana Fred dan George?” Percy berbicara tidak kepada siapapun. Ia sedang mencoba mencari keberadaan adik kembarnya.
“Mereka tidak ada di dalam rumah, Perc. Kami sedang mencarinya.” Mrs. Weasley memberitahu Percy.
“Hmmh .. Ada sesuatu yang tidak beres disini.” Ucap Mr. Weasley. “Nah, karena kalian sudah berada di rumah, lebih baik sekarang kalian duduk dulu.” Mr. Weasley berjalan menuju ruang keluarga mereka yang sempit. Merebahkan tubuhnya diatas sebuah kursi berlengan di sudut ruangan. Bill, Charlie, dan Percy yang masih penasaran dengan kebenaran berita itu hanya pasrah mengikuti ayah mereka dan duduk berjejer di sebuah sofa panjang yang empuk.
“Aku harus menemukan kedua anak itu. Setelah itu aku akan menyiapkan makan malam untuk kia semua.” Mrs. Weasley bergegas keluar dari pintu dan mulai memanggil Ron dan Ginny.
“Jadi, Fred dan George benar-benar tidak mengalami kecelakaan apapun?” Tanya Charlie memecah kesunyian.
“Well, aku rasa tidak. Jika kau tidak memperhitungkan hukuman ibumu sebagai salah satu bencana untuk mereka.” Mr. Weasley menjawab.
“Mereka memang pantas mendapatkannya!” Seru Percy marah.
“Tenang Perc, mereka hanya becanda.” Bill mencoba menenagkan Percy. Bill tahu kalau kemungkinan besar ini adalah salah satu kejahilan si kembar.
“Tapi ini keterlaluan! Aku jadi harus menunda mengerjakan tugasku, dan aku tidak bisa ke perpustakaan Hogwarts hari ini. Bahkan aku membatalkan janjiku bertemu dengan Prof. Flitwick untuk membicarakan mantra yang hari ini kami pelajari.” Ucap Percy dengan tidak sabar, ia sudah bangkit dari sofa.
“Perc, tenanglah. Tidak hanya kau, kami juga terkena kejahilan mereka. Ingat?” Ucap Charlie.
“Tapi ..”
“Percy!” Mr. Weasley menatap Percy, memperingatkannya untuk menahan emosinya. “Duduklah.” Ucap Mr. Weasley dengan nada yang lebih tenang. Percy merebahkan tubuhnya kembali ke sofa.
“Nah, sekarang jelaskan apa isi surat itu... Bill?” Tanya Mr. Weasley memalingkan wajahnya untuk bertanya kepada anak sulungnya.
Bill memalingkan wajahnya dari Percy dan menatap ayahnya. Ia mencoba memilah kata-kata yang akan diucapkannya. “Saat sedang berada di lorong sekolah, aku menemukan surat dari Mom yang dibawa Errol. Mom memberitahu kami kalau Fred dan George berusaha menggunakan mobil muggle kepunyaan Dad yang ada di garasi. Lalu mereka tidak bisa mengendalikannya, mereka melaju kencang dan menabrak pohon besar di bukit. Mom menulis kalau keadaan mereka sangat parah. Kami panik ..” Bill melihat ke arah wajah kedua adiknya, “dan kami segera minta ijin ke Prof. McGonagall untuk bisa pulang secepatnya.”
“Prof. McGonagall juga terkejut mendengarnya, Dad. Ia juga khawatir. Karena itu ia langsung memberi kami ijin pulang.” Charlie menambahkan. Mr. Weasley mencoba mencerna apa yang dikatakan anak-anaknya.
"Apa kau yakin itu tulisan ibumu, Bill?" tanya Mr. Weasley.
"Aku sangat yakin, Dad" Bill berbicara dengan mantap. Tetapi wajahnya semakin bingung dengan pertanyaan yang diajukan ayahnya.
Mr. Weasley kembali berkutat dengan pikirannya. 'Lagi-lagi ulah Fred dan George. Mereka cukup keterlaluan kali ini. Tapi, bagaimana bisa mereka menyalin surat Molly? Aku tidak habis fikir.' ucapnya dalam hati.
“Jadi, apa ini semua hanyalah lelucon mereka, Dad?” Bill bertanya kepada ayahnya, membuat lamunan Mr. Weasley terhenti.
Suara kemeresak terdengar dari dekat pintu dapur yang mengarah ke halaman belakang. Sesuatu seperti benda yang cukup besar terlihat bergerak di ujung kaki tangga. Benda itu terjatuh dengan suara berdebum yang cukup keras sehingga mengalihkan perhatian keempat anggota keluarga Weasley yang sedang berbicara di ruang tamu.
Bill, Charlie, Percy, dan Mr. Weasley bergegas menuju dapur, penasaran dengan apa yang terjadi disana. Sebuah suara merintih terdengar dari dekat kotak tersebut.
“Aduh Fred, hati-hati dong. Kepalaku kena nih.” George menahan suaranya agar terdengar sehalus bisikan.
“Ssstt!! George jangan berisik. Nanti Dad dan yang lain dengar.” Ucap Fred dengan nada yang hampir sama halusnya. Mereka awalnya mencoba mengendap-endap keluar rumah sambil membawa sebuah peti dari kamar mereka di atas. Peti berukuran cukup besar itu tetap tertutup meskipun sudah terjatuh. Kini Mr. Weasley dapat melihat peti itu berada di atas tubuh George yang sedang mengaduh di lantai.
“Aduuh ..” George mengeluh karena kepalanya terantuk tembok.
“Fred, George?” Tanya Mr. Weasley keheranan.
"Eh, hai Dad." Jawab George meringis seraya menggosok-gosokkan tangannya ke tempat dimana kepalanya terantuk tembok.
"Eh, hai Bill, Charlie, Perc. Err..kalian sudah pulang." Fred menatap ketiga kakaknya, mencoba menampilkan cengiran terlebarnya.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Mr. Weasley bertanya kepada Fred dan George.
"Eh, tidak. Hanya.. hanyaa.." George kehabisan kaata-kata untuk menjelaskan kepada ayahnya.
"Hanya ingin membawa peti ini keluar. Peti ini hanya memenuhi kamar kami saja." Sahut Fred dengan cepat dan menatap kembarannya.
"Jadi kalian benar-benar tidak apa-apa? Tidak ada kecelakaan?" Charlie bertanya tanpa basa-basi.
"Well, sebenarnya aku baru saja terjatuh, dan kepalaku terbentur tembok." ucap George seraya menyingkirkan peti itu dari atas tubuhnya dan mencoba berdiri.
"Kalau itu bisa kau katakan kecelakaan." Ucap Fred menambahkan. Ia membantu saudara kembarnya berdiri dan kembali mengangkat peti itu.
"Dengan Kata Lain, Kalian Menipu Kami?!!" Ucap Percy geram melihat kedua adiknya yang suka membuat onar. "Kau Tahu Aku Seharusnya Saat Ini Sedang Mengerjakan Tugasku? Atau Mungkin Aku Sedang Berdiskusi Dengan Prof. Flitwick di Kantornya?!! Dan Sekarang Aku Malah Berada Disini Karena Ulah Kedua Adikku Yang Suka Membuat Onar. Kalian... "
"Percy!!" Mr. Weasley memotong perkataan Percy. "Tidak seharusnya kau menyalahkan adik-adikmu untuk urusanmu."
"Tapi Dad..."
"Perc!" Ucap Mr. Weasley mengakhiri ucapan Percy. Merasa disalahkan, ia berbalik dan meninggalkan dapur menuju halaman rumah.
"Untunglah kalian tidak apa-apa." Ucap Bill kepada si kembar seraya mengacak rambut keduanya.
Fred dan George saling bertatapan. Lalu wajah mereka berpaling menghadap Bill dan Charlie. "Maafkan kami." Ucap Fred dan George berbarengan.
"Tidak apa-apa." Ucap Bill sambil tersenyum.
"Hey, sebenarnya apa isi peti itu Fred, George?" Tanya Charlie penasaran.
"Err.. Bukan apa-apa." Ucap Fred kebingungan.
"Ini berisi barang bekas kepunyaan kami." Sambung George.
"Oh, aku kira lelucon kalian yang lain." Ucap Charlie. Fred dan George hanya saling pandang saat Charlie berkata seperti itu.
"Nah, Karena hari ini seluruh keluarga kita berkumpul, mari kita pergi ke halaman sekarang. Sepertinya Mom, Ron, dan Ginny sudah menyiapkan meja makan panjang untuk kita semua. Hari ini kita akan makan malam spesial. Ayo." Ajak Mr. Weasley kepada anak-anaknya.
"Oke, Dad. Kami akan menyusul sebentar lagi." ucap Fred.
"Yeah, kami ingin menaruh peti ini di kebun belakang." Sahut George.
Malam ini, seluruh keluarga Weasley berkumpul di pekarangan rumah mereka. Mrs. Weasley menyiapkan sebuah meja panjang yang dihiasi cahaya lilin dan beberapa vas bunga diatasnya. Kentang Tumbuk, Pai Apel, Daging Asap, Ikan Panggang, Steak, dan tentu saja Kue Ulang Tahun untuk Fred dan George yang hari ini berusia genap 11 tahun. Ada pula buah-buahan disebuah keranjang diujung meja. Tak ketinggalan Jus labu dan Butterbeer telah siap di sebelahnya. Langit yang semakin kelam menambah suasana temaram yang menyenangkan pada malam musim semi ini. Bintang-bintang di langit berkilauan dibawah cahaya bulan yang terang benderang. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut menyentuh kulit mereka. Makan malam ini memang tidak semewah di Leaky Couldron ataupun di salah satu rumah makan di Hogsmade. Tetapi kehangatan seluruh keluarga sangat terasa disini. Inilah kemewahan yang jarang ditemui. Makan malam ini adalah makan malam terindah yang bisa mereka nikmati.
Kue telah dipotong, dan doa telah dipanjatkan. Mr. dan Mrs. Weasley meberikan kecupan kepada Fred dan George. Tak lupa Bill, Charlie, dan Ginny mengucapkan selamat ulang tahun kepada saudara mereka. Disusul oleh Ron yang mengucapkan selamat dengan agak canggung. Dan terakhir Percy yang masih saja memperlihatkan wajah kesalnya. Fred dan George merasa bahagia tahun ini. Mereka dapat merayakan ulang tahun bersama dengan seluruh anggota keluarga. Moment yang sangat langka, mengingat ketiga kakak mereka yang selalu ada di Hogwarts saat mereka ulang tahun. Atau Dad yang selalu sibuk di kementrian.
Fred dan George berdiri meninggalkan meja makan. "Mmmh, Mom..kami ingin menyiapkan sesuatu sebentar." George meminta ijin ibunya.
"Jangan katakan kalau kalian akan membuat sebuah lelucon lagi." Ucap Mrs. Weasley.
"Oh, tidak, bukan. Kali ini kami tidak akan membuat lelucon. Dan ini sungguh-sungguh bukan lelucon. Kami jamin." Ucap fred.
"Baiklah. Cepat kembali. Kalian belum menghabiskan kuenya."
"Oke Mom." Sahut kedua anak itu. Mereka bergegas menuju kebun belakang rumah dan menghampiri peti yang tadi mereka taruh.
Mereka membuka peti itu. Di dalamnya terdapat sekitar 20 macam kembang api beraneka bentuk, ada yang lurus pipih seperti ular, ada yang berbentuk bulat berlogo wajah seseorang, ada yang berbentuk roket, ada pula yang berbentuk seperti tongkat dengan selongsong di ujungnya. Tiap-tiap kembang api memiliki sumbu yang cukup panjang. Fred bekerjasama dengan George mengeluarkan semua kembang api itu dan menjejerkannya -sesuai instruksi pemilik toko-, menyandarkannya kepada sekumpulan kayu yang mereka rakit menjadi seperti pagar. Mereka lalu memilin sumbu tiap kembang api menjadi satu sumbu panjang berjejer dengan satu ujung sumbu yang akan dinyalakan nantinya. Mengira-ngira waktu yang tepat untuk setiap kembang api yang akan dibakar itu agar muncul dengan dramatis.
Mereka menyiapkan ini semua, lama sebelum hari ini. Beberapa bulan yang lalu, saat ibu mereka ingin ke Diagon Alley, mereka memaksa ikut. Mereka menghampiri toko lelucon Gambol And Japes untuk melihat-lihat barang lelucon disana. Mereka tertarik untuk membeli kembang api yang dipajang di rak depan toko. Karena uang mereka tidak cukup, akhirnya mereka pun pergi meninggalkan toko dan berjanji suatu hari nanti akan membeli kembang api itu. Karena tidak mungkin meminta Mom atau Dad untuk membelikannya, merekamencoba mencari cara lain untuk mendapatkan uang. Mereka mulai mencoba membuat lelucon dengan uang jajan yang mereka dapatkan. Menjualnya kepada anak-anak penyihir di sekitar rumah mereka. Untungnya anak dari keluarga Diggory dan Lovegood -dan beberapa anak lain yang sering bermain dengan mereka- mau membelinya saat libur natal kemarin. Mereka mengumpulkan per-knut setiap harinya. Menabung sebagian uang jajan mereka demi kepuasan melihat kembang api -yang sekarang dihadapan mereka- bersinar dihari ulang tahun kesebelas mereka. Mereka merahasiakan semua ini dari ibu mereka. Mrs. Weasley bisa marah jika mengetahui anak mereka menjajakan uang mereka untuk sekedar kembang api saja. Rencana berganti. Mereka ingin membuat kejutan untuk keluarga Weasley dengan kembang api ini. Untungnya pemilik toko sungguh baik kepada mereka, ia membantu mereka dengan membuatkan kembang api yang akan menyala sesuai dengan bentuk yang mereka inginkan.
Dan tentang surat Errol kepada Bill, itu memang mereka yang membuatnya. Sengaja mereka membuat surat sedramatis mungkin agar Bill, Charlie, dan Percy pulang ke rumah saat ulang tahun mereka. Mereka sengaja menggunakan tulisan tangan Mrs. Weasley agar terlihat semakin meyakinkan. Hasilnya? Well, mereka bertiga sekarang berada di meja makan. Rencana pertama mereka berakhir sukses.
"Siap Fred?" Tanya George.
"Siap!" Jawab Fred. "Ini akan tampil dengan spektakuler."
"Ku harap mereka menyukainya." Sahut George.
"Pasti! Semua orang menyukai kembang api." Ucap Fred seraya mengulurkan sebuah sumbu tunggal yang panjang menjauhi jejeran kembang api. Fred menyalakan ujungnya dan segera meninggalkannya, membiarkan api perlahan melahap sumbu itu mendekati kembang api di ujung satunya.
"Ayo kita kembali secepatnya dan meminta maaf kepada Bill, Charlie, dan Percy karena telah membuat mereka pulang. Waktu kita tidak banyak George." Fred sedikit terkikik.
"Yeah, setidaknya cara itu sukses membuat mereka pulang, dan Profesor di Hogwarts bahkan mempercayainya. Dan untunglah Dad bisa ijin libur untuk jaga malam di kementrian." Cengiran George terlihat diwajahnya.
Mereka berlari menghampiri meja makan panjang dan berdiri dihadapan semua orang untuk berbicara, memunggungi The Burrow yang dibelakangnya terdapat kembang api yang sebentar lagi meluncur. Mengajak semua orang untuk memperhatikan mereka sejenak.
"Well, kami mulai untuk Ginny. Hei dik, terimakasih untuk gambar yang kau buatkan untuk kami. Tapi kami tidak seidentik itu, aku jelas lebih tampan daripada George. Aduh." Ucap Fred dengan sikutan George yang mengenai tulangnya. Ginny tersenyum melihat kedua kakaknya.
"Dan untuk Ron, terimakasih telah memberikan kami inspirasi untuk membuat lelucon. Ups, salah! Maksudku, maaf karena kau sering menjadi korban kejahilan kami. Jangan merindukan kami jika nanti kami masuk Hogwarts ya." Ucap George. Ron hanya mendengus dan tertawa kecil melihat George.
"Lalu untuk Bill, Charlie, dan Percy. Maafkan lelucon kami karena telah mengirimi kalian surat palsu itu. Sebenarnya kami menggunakan pena-bulu-kutip yang dibeli Mom beberapa hari lalu. Pena itu benar-benar menyalin tulisan seperti kepunyaan Mom." Percy berdiri dengan kesal, seakan ingin menjewer telinga si kembar, tetapi Bill dan Mr. Weasley memaksanya untuk tetap duduk. George hanya mengrenyit agak ketakutan melihat wajah Percy yang menahan kekesalan. Mrs. Weasley terlihat terkejut dan salah tingkah karena kecerobohannya menaruh pena-bulu-kutip itu sembarangan.
"Kami hanya ingin kalian datang di ulang tahun kami ini." Ucap george menambahkan.
"Dan untuk Dad. Kami sangat senang Dad akhirnya mendapatkan libur jaga untuk hari ini." Ucap Fred.
"Dan spesial untuk Mom, terimakasih untuk kuenya, ini kue terlezat yang pernah kami makan. Dan hari ini adalah hari terhebat yang pernah kami rasakan." Ucap George dengan semangat.
"Akhirnya keinginan kami untuk berkumpul bersama semuanya, terwujud." Ucap Fred dengan senyum lebarnya.
"Kami punya seusatu untuk kalian." George menggigit bibir bawahnya, "dan kami harap Mom tidak akan marah melihatnya."
Beberapa detik telah berlalu, kembang api itu tidak juga meluncur ke angkasa. Fred dan George berpandangan satu sama lain, mereka mulai panik bahwa rencana ini akan gagal. Mereka boleh dikatakan tidak pernah gagal. Dan mereka tidak mau rencana yang telah disusun selama ini akan hancur.
"Nak, ini bukan tipuan kalian lagi kan?" Mrs. Weasley bertanya kepada mereka berdua.
"Bukan Mom, sungguh. Kali ini bukan lelucon atau April Fool." Ucap Fred.
"Kami benar-benar ingin memeberikan kej..." Tiba-tiba dari di langit meluncur sebuah ledakan cahaya gemerlap bertulikan 'HAPPY 11TH BIRTHDAY FRED AND GEORGE' dengan bentuk pigura disekitarnya, di ujung kalimat terdapat wajah mereka berdua tersenyum lebar yang berasal dari titik-titik kembang api, diselingi dengan hiasan bintang-bintang disekitarnya. George tidak sempat melanjutkan kata-katanya. Ia sendiri tertegun dengan melihat betapa indahnya kembang api itu.
Setelah ucapan itu mulai menghilang, muncul sebuah kembang api baru berbentuk wajah anggota keluarga Weasley. Dimulai dari wajah Mr. Weasley yang tersenyum, lalu wajah Mrs. Weasley yang cemberut karena marah -Mrs. Weasley terpekik dan tertawa melihat wajahnya berada di langit-, kemudian wajah Percy yang selalu suntuk -Percy mendengus melihat wajahnya muncul, walau ia sendiri menyukai kilauan kembang api itu-, lalu ada wajah Bill dan Ginny yang saling memperlihatkan gigi mereka -Ginny berteriak 'Itu aku' saat wajahnya muncul, Bill yang berada di dekatnya, merangkul tubuh Ginny-, dan terakhir ada wajah Ron dan Charlie yang tersenyum bahagia. Belum selesai mereka memandang wajah masing-masing, Kembang api selanjutnya membuyarkannya, lalu munculah wajah Fred dan George dengan cengiran khas mereka. Fred dan George hanya saling menatap saat melihat kembang api itu.
"Happy Birthday George." Ucap Fred kepada George.
"Happy Birthday Fred." Ucap George.
Mrs. Weasley menghampiri keduanya dan berdiri diantaranya."Kalian menyiapkan ini semua?" Tanya Mrs. Weasley kepada mereka. Fred dan George hanya mengangguk. "Sejak kapan?"
"Itu rahasia." Ucap Fred dan George berbarengan dan memperlihatkan cengiran mereka. Mrs. Weasley tersenyum melihat keduanya. Diatas, kembang api masih terus bermunculan, menampilkan kelap-kelip cahanya.
"Apa Mom menyukainya?" Tanya George.
"Sangat." Mrs. Weasley merasa air matanya berkumpul dipelupuk matanya.
"Kami Sayang Mom!" Fred dan George memeluk ibu mereka. Tepat saat itu kembang api bermunculan dengan kata-kata 'Dear Mom, kami begitu mencintaimu.'
"Ooh.." Mrs. Weasley tak kuasa menahan airmatanya, ia memeluk Fred dan George lebih erat lagi. mencium puncak kepala mereka berdua. "Aku juga sangat mencintai kalian." Ucapnya dalam isakan.
Fred mendongakkan kepala melihat wajah ibunya. "Maafkan kami."
George pun mendongakkan kepala kearah wajah ibunya. "Kami selalu membuat keonaran."
"Ooh..Fred." Mrs. Weasley merengkuh wajah Fred dan menciumnya di kening. Lalu ia merengkuh wajah George, "..George." menciumnya kembali di kening. Mrs Weasley memeluk kembali kedua anaknya, menyeka air mata yang jatuh di pipinya. Tersenyum mendengar apa yang diucapkan mereka. "Terimakasih."
Semua anggota keluarga Weasley merapat menuju si kembar dan Mrs. Weasley. Bersama-sama mereka melihat kembang api yang menghiasi langit di atas The Burrow. Kini kembang api di langit menampilkan ucapan 'Selamat Ulang Tahun' dan 'Happy Birthday' untuk si kembar Weasley, diselingi dengan ledakan bunga-bunga yang menghiasi langit. Betapa meriahnya ulang tahun mereka kali ini. Perjuangan yang terbayarkan tuntas. Entah kapan lagi mereka bisa merasakan hari seperti ini. Kemungkinan besar, Charlie, Percy, dan Bill akan pulang ke Hogwarts besok pagi. Lalu Dad akan berangkat kerja sebelum matahari terbit. Hanya tinggal beberapa jam lagi hari ini berakhir. Fred dan George tidak ingin menyia-nyiakan momen langka ini. Suatu hari, mereka akan mengenang apa yang terjadi hari ini. Karena itu mereka ingin terlarut didalamnya. Merasakan kehangatan keluarga besar Weasley. Menikmati kesederhanannya. Dan tentu saja menikmati April Fool yang akan segera berakhir.
[ :: astrin :: ]
=o= FINISH =o=
"Ada apa Ron?" Tanya Mrs. Weasley bingung. Sendok sup yang sedang ia pegang hampir saja terlepas dari tangannya.
Ron yang tubuhnya gemetar karena ketakutan mencoba menjawab pertanyan ibunya, "lla..ba..la..ba."
"APRIL FOOL!" Teriak Fed dan George berbarengan dari pintu dapur. Sekali lagi Mrs. Weasley terkejut oleh kedatangan anak-anaknya yang lain. Merasa mengetahui alasan Ron menangis, Mrs. Weasley berkacak pinggang, matanya memelototi si kembar, kini mukanya terlihat merah padam tanda kalau ia sedang marah.
Fred dan George yang melihat tatapan itu seketika berhenti bergerak, wajah mereka berubah menjadi pucat pasi. Dalam suara bisikan mereka saling berbicara, "Ups!" George berbicara.
"Sepertinya kita harus pergi." Fred memberi usul.
"Dalam 5 detik, mom akan meledak dan meneriaki kita."
"Atau lebih cepat dari itu. Bukan cara yang bagus untuk membangunkan tetangga." Mereka menatap Mrs. Weasley, yang kelihatannya akan mengucapkan kata-kata, si kembar mencoba untuk tersenyum lebar sebelum, "Lari George!!" Fred berteriak, dan bersama George mereka berlari menjauhi dapur.
[ :: astrin :: ]
"Aku ingin agar mereka cepat pergi." Isak Ron di meja dapur.
Mrs. Weasley duduk di hadapan Ron. "Kadang aku merasa memiliki sepasang anak kembar terlalu banyak dari yang seharusnya." Dia memandang jam besar di ruang tengah. satu jarumnya menujuk Kerja, dua menunjuk sekolah, sementara lima lainnya menunjuk Rumah. untunglah tak satu pun yang menunjuk Bahaya Maut.
"Namun aku juga tak mau jika harus kehilangan satu dari mereka." Tambahnya setengah melamun.
"Bagamana jika kau temani Ginny bermain sementara ibumu ini mencoba menyelesaikan kue untuk si kembar?"
"Lebih baik aku mengurung diri di kamar dari pada mendengarkan celoteh Ginny tentang Harry Potter. seakan Harry Potter benar-benar ada di dunia ini." gumam Ron.
Ron sudah setengah jalan menapaki tangga menuju kamarnya saat dari arah berlawanan Ginny turun dengan muka panik sambil berteriak. "Moooom!!! Fred mati!!!! Mukanya jadi hijau!"
"pasti ini cuman akal-akalan mereka saja!" jawab Mrs. Weasley. Namun naluri keibuannya malah membawa langkah kakinya menuju kamar si Kembar.
"Mati atau tidak, mereka tetap harus dihukum!" gerutunya saat melewati Ron.
Ron dan Ginny mengekor di belakang.
Dari pintu kamar terlihat Fred yang seluruh tubuhnya menghijau. George berusaha mengelap busa yang keluar tanpa henti dari mulut Fred."Apa yang sedang kalian lakukan?!" Seru Mrs. Weasley yang tak dapat menyembunyikan kepanikan dalam suaranya.
[ :: hinata :: ]
"BHUURRRRR"
Fred dan George menyemburkan busa yang ada di mulut mereka ke arah Ginny dan Mrs. Weasley. Ginny berkelit menghindar, tetapi Mrs. Weasley yang tidak siap seluruh tubuhnya basah.
"FRED!GEORGE! APA YANG KALIAN LAKUKAN? IBUMU SENDIRI, NAK!" Lalu, Mrs. Weasley melihat ke arah bajunya, lalu.. "ANAK GILA! LIHAT BAJUKU YANG TERBAIK KALIAN KOTORKAN DENGAN MAINAN BODOHMU ITU! PUAS??"
"Ups, APRIL MOP!! HAHAHAAHA!!" kata Fred dan George. Tentu saja mereka tidak mendengarkan apa perkataan ibunya itu.
"AKU BENCI APRIL MOP!" teriak Mrs. Weasley. Ginny terkikik, dia sudah tahu kedua kakaknya akan melakukan hal itu. Karenanya ia bisa menghindar.
"Fred!George! kalian juga harus tanggung jawab kepadaku!" ujar Ron. Lalu Fred dan George menunjuk ke arah jam besar penunjuk tempat itu. Tiba-tiba, jarum 'Ron' bergerak ke arah 'bahaya maut'. Ron mengernyit.
"Apa artinya semua ini?"
"Begini, adik kecil," kata Fred dengan gaya ngebos ibunya. "Kami sudah bertanggung jawab tentang dirimu yang ada di bahaya maut." Lanjut George. "Jadi, selamatkan dirimu dari U-Kno-Poo yang sudah ada di depan rumahmu.."
Ron melihat ke depan rumahnya. Ternyata sudah ada Voldemort disana.
[::patricia::]
"Fred dan George Weasley! Hentikan becandaan ini!" teriak Molly Weasley geram.
Ia mengeluarkan wand dan mengayunkannya. Jam keluarga Weasley kembali ke wujud semula, dan kembali ke ruang keluarga. Voldemort palsu yang berdiri di depan pintu keluarga Weasley berubah kembali menjadi sapu dan ember di ujung gagangnya.
[:: anne :: ]
"HUAHAAHAHAHAAHA... APRIL FOOLLLLLLLLLL !!!!!!" Terdengar gelak tawa dari keduanya.
"Kalian, knapa sih kalian berdua selalu saja mengerjaiku ?" Tanya Ron pada kedua kakak kembarnya itu.
"Karena...." Ujar Fred menggantung.
Ron menantikan dengan cemas apa alasannya, mengapa kedua kakaknya yang kembar itu lebih senang mengerjai dirinya dibandingkan si kecil Ginny.
[:: rury :: ]
"Karena Fred dan George kurang kerjaan, Ron. Nah, sekarang, bawa cucian kotormu ke bawah. Hari ini kalian harus mengerjakan pekerjaan rumah dua kali lebih banyak daripada biasanya!" Molly mulai mengomel.
Fred and George menurut, kali ini tidak ada gunanya melawan, karena Molly sudah marah besar. "Dan kau Ron Weasley," Molly melirik Ron yang sedang menutup mulut menahan tawa.
" .. jangan cuma tertawa di situ. Kau harus bereskan kamarmu sekarang juga. Aku bosan melihat seprai Chudley Canon-mu kusut tidak beraturan dan remah roti bertebaran di atasnya!"
"Ginny, bantu aku menyiapkan masakan buat nanti malam. Ayahmu akan pulang lebih cepat dari biasanya." Molly bergegas ke dapur, Ginny pun mengikuti ibunya.
[:: anne ::]
"Tahukah kau, Dik?" Ucap George saat Ron baru tiba di ambang pintu. dia menoleh.
"Kami akan sangat merindukanmu." Tambah Fred dengan muka serius.
"Oh. ya? aku juga akan sangat merindukan kalian." Ucap Ron sambil menghitung hari kebebasannya. 5 bulan lagi takkan ada dua makhluk pengganggu itu di rumah.
"Serius." ujar mereka berbarengan sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuk. tak ada cengiran jahil sedikit pun.
"Terserah lah!" jawab Ron sambil melengos pergi.
Ron merasa kamarnya baik-baik saja. beberapa jilid komik 'Jim si Muggle Gila' yang berserakan, seprai yang menyerupai gundukan gombal, atau pun beberapa mili debu di atas lemari menurutnya bukan masalah besar. menyadari bahwa ibunya takkan berhenti mengerecoki hingga kamarnya serapi-yang-dikehendaki, meski enggan Ron mulai menata semuanya.
"Pasti berabad-abad." Keluh Ron.
Matahari telah sangat condong ke barat saat ibunya melongok ke dalam kamar.
"Masih aku bereskan, Mom." ucapnya mendahului.
"Bagus." jawab Mrs. Weasley. "Ron, apa kau lihat kedua kakakmu?"
Gelengan kepala Ron menambah roman muram ibunya. "Kemana kiranya mereka?"
"Di kebun juga tak ada." Teriak Ginny. Tentunya dari lantai bawah.
"Makan malam perayaan ulang tahun akan segera dimulai. tapi mereka bahkan tak kelihatan bokongnya." Mrs. Weasley membalikkan badan. "Ron, kau bantu cari!"
Ron mendengar langkah kaki ibunya menuruni tangga. pantas saja suasana begitu sepi. Fred dan George menghilang entah kemana. sebenarnya dia lebih suka jika mereka tak ditemukan lagi. tapi bagaimana pun kedua kakak kembarnya itu cukup dia sukai jika bukan dirinya yang dijadikan objek lelucon mereka.
Mengetahui bahwa makan malam takkan dimulai tanpa mereka, Ron mulai mencari.
[:: hinata ::]
----
-- beberapa jam sebelumnya --
"Hey Fred, apa kau pikir kali ini akan berhasil?" Tanya George sambil menarik jembalang di belakang rumah mereka. Fred dan George menjalani hukuman mereka dengan mengusir para jembalang. Mereka tidak menyukainya, tentu saja, tetapi mereka takut Mrs. Weasley semakin marah jika mereka menolak.
"Tentu saja!" Jawab Fred dengan percaya diri. "Kita sudah menyiapkan ini semua berbulan-bulan, maka, ini tidak boleh gagal." Fred melempar jembalang ditangannya hingga melewati pagar rumahnya.
"Tapi mom bisa semakin marah jika kita ketahuan."
"Kalau begitu jangan sampai mom tahu. Ini akan menjadi kejutan besaaaar untuk hari spesial kita." Ucap Fred dengan merentangkan tangannya membentuk bulatan di depan tubuhnya. “Lagipula George, ini bukan kejahilan kita. Mom tidak seharusnya marah.”
"Yeah, kau benar, mom tidak seharusnya marah melihatnya.” George menjawab. “Menurutmu, apa Dad akan membelikan tongkat baru untuk kita? ” George menarik satu jembalang lagi dan melemparkannya.
“Entahlah, aku ingin punya tongkat sendiri. Aku tidak ingin mendapatkan tongkat bekas Percy. Bahkan tongkat Bill atau Charlie masih lebih baik.” Ucap Fred. “Kurasa ini yang terakhir.” Fred mengangkat jembalang dengan kedua tangannya, lalu melemparkannya.
“Bagus. Kita bisa beristirahat sekarang.” George berjalan ke arah pancuran air di dekat garasi tempat ayah mereka menyimpan berbagai ‘koleksi’ kepunyaannya. Fred segera menyusul kembarannya untuk mencuci tangan mereka yang berlumuran tanah.
Mereka kini berjalan menuju sebuah pohon besar yang cukup rindang tak jauh dari The Burrow, melintasi padang bunga dandelion yang sedang mekar. Hari sudah cukup sore, matahari semakin menjauhi arah timur dan memancarkan sinar musim seminya yang semakin menghangat. Awan-awan hanya berjajar tipis-tipis dilangit. Mereka berhenti dibawah pohon rindang itu. Merebahkan tubuh mereka dibawah lebatnya dedaunan yang tertempel erat pada dahan pohon, seraya melihat ke atas langit. Angin sepoi-sepoi menyapa wajah mereka yang lelah, memberikan kenyamanan sederhana yang begitu mereka nikmati.
“George, apa menurutmu surat dari Hogwarts akan datang beberapa hari lagi? Kita kan sudah 11 tahun hari ini.” Fred membuka percakapan.
“Aku bahkan berharap surat itu datang hari ini. Sebagai hadiah ulangtahun kita.” George menjawab pertanyaan saudaranya. “Yeah, aku ingin secepatnya sekolah di Hogwarts. Kata Bill disana sangat banyak lorong-lorong rahasia.”
“Aku ingin menjadi pemain Quidditch disana. Aku ingin menjadi beater.”
Terdengar suara ‘POP’ pelan disamping pohon itu. Ada seseorang yang baru saja ber-apparate. Fred dan George sudah bangkit dari tanah, waspada dengan apa yang akan muncul dari balik pohon besar itu.
“Sepertinya baru saja aku mendengar Quidditch disebut-sebut.” Sebuah suara yang sudah akrab di telinga si kembar membuat mereka sedikit rileks. Seorang laki-laki jangkung berambut semerah si kembar keluar dari balik pohon, memperihatkan senyuman lebarnya. Lelaki itu merentangkan tangannya lebar-lebar ke arah si kembar. “Kalian tidak ingin memberikan pelukan kepadaku?”
“DAAD !!” Fred dan George berteriak senang melihat Mr. Weasley berada dihadapan mereka. Seketika rasa was-was itu sirna, mereka langsung berlari menuju pelukannya. Rasanya seperti sudah lama tidak bertemu ayah mereka.
“Ayo kita pulang. Mom telah membuatkan makanan spesial untuk kita hari ini.” Ajak Mr. Weasley.
“Mom membuatkan kita apa, dad? Apa sebuah kue ulangtahun yang besar?” Fred mendongakkan kepala ke wajah Mr. Weasley.
“Well, mungkin sebaiknya kita cepat pulang, kalian akan tahu setelah kita sampai.” Mr. Weasley melepaskan pelukan keduanya, menggandeng mereka pulang menuju The Burrow.
“Aku dengar dari ibu kalian, kalau Ron menangis pagi ini. Apa betul karena kalian?” Mr. Waesley bertanya.
“Hanya masalah kecil, dad. Dia menemukan seekor laba-laba saat ingin duduk di kursi.” Jawab George dengan santai.
“Dan aku menduga laba-laba itu adalah mainan kalian.”
Fred dan George terkikik mendengar pernyataan ayah mereka. “Begitulah.” Jawab Fred menahan tawa.
[ :: astrin :: ]
Dari jauh terlihat di balik jendela siluet Mrs. Weasley terpendar oleh cahaya dari dalam rumah.
"Dad?" Ucap George.
Mr. Weasley menghentikan langkah mengikuti si kembar. Alisnya naik tanda pertanyan.
"Apa Dad bisa bantu kami?" Timpal Fred.
"Jika ini artinya bisa membuat ibu kalian marah. aku tak mau ambil risiko!"
"Tidak, Dad. kami jamin....." Fred berhenti sejenak seakan mempertimbangkan sesuatu. "Well... mungkin sedikit." dia tak dapat menyembunyikan cengirannya.
"Tapi kami jamin ini takkan berbahaya!" Janji George.
"Dan kenapa aku harus melakukannya?" Tanya Mr. Weasley hati-hati. bagaimanapun dia kenal anak kembarnya itu. ide-ide mereka kadang - jika tak bisa disebut sering kali - tak terbayangkan dengan akal sehat.
"Dad kan tahu bahwa mulai september nanti kami akan masuk Hogwart. Yang artinya hampir bisa dipastikan bahwa selama 7 tahun kedepan kami tak bisa merayakan ulang tahun di rumah. maka ini jadi kesempatan terakhir bagi kami untuk membuat ulang tahun yang sangat berkesan."
"Kami hanya ingin membuat sebuah acara ulang tahun yang tak terlupakan. tak lebih" Tambah Fred.
Sesaat Mr. Weasley mempertimbangkan permintaan mereka. "Oke, apa yang harus kulakukan?"
"Kami hanya minta Dad masuk rumah. dan apapun yang terjadi. Dad harus bersikap seakan pertemuan ini tidak ada."
Keduanya tersenyum semanis yang mereka bisa lakukan. Dengan satu anggukan Mr. Weasley melanjutkan berjalan menuju The Burrow.
Istrinya menyambut kedatangan Mr. Weasley dengan pandangan khawatir. Belum sempat Mr. Weasley bertanya ada apa, terdengar bunyi plop. Pintu menjeblak terbuka. Tiga sosok yang dia kenali sebagai anak-anaknya memandang isi dapur dengan roman panik."Kami dapat surat dari Mom bahwa Si kembar terkena ledakan akibat permainannya sendiri." Ucap Bill.
Kacamata gagang tanduk Percy miring sementara pemiliknya terlihat mual. "Kami langsung menggunakan Portkey kemari dari Hogwart atas ijin Mc. Gonaggal." Tambah Charlie.
Rentetan bunyi Plop terdengar dari arah halaman.
Mr. Weasley bertukar pandang dengan istrinya. bertanya-tanya kehebohan apa yang sedang mereka timbulkan.
[ :: hinata :: ]
--- Silahkan dilanjutkan, bisa langsung di edit di dokumen ini ---
-------
“Apa yang kalian bicarakan?” Mrs. Weasley bertanya kepada anak-anaknya.
“Errol membawa surat dari Mom. Mom ingin kami segera pulang karena Fred dan George mengalami kecelakaan karena ulah mereka.” Bill menjelaskan. “Aku langsung mencari Charlie dan Percy, lalu dengan ijin Kepala Sekolah dan Prof. McGonagall, kami pulang memakai portkey.”
“Dad, apa surat itu benar?” Charlie yang wajahnya memerah karena khawatir mencoba bertanya kepada ayahnya.
“Dimana Fred dan George?” Percy berbicara tidak kepada siapapun. Ia sedang mencoba mencari keberadaan adik kembarnya.
“Mereka tidak ada di dalam rumah, Perc. Kami sedang mencarinya.” Mrs. Weasley memberitahu Percy.
“Hmmh .. Ada sesuatu yang tidak beres disini.” Ucap Mr. Weasley. “Nah, karena kalian sudah berada di rumah, lebih baik sekarang kalian duduk dulu.” Mr. Weasley berjalan menuju ruang keluarga mereka yang sempit. Merebahkan tubuhnya diatas sebuah kursi berlengan di sudut ruangan. Bill, Charlie, dan Percy yang masih penasaran dengan kebenaran berita itu hanya pasrah mengikuti ayah mereka dan duduk berjejer di sebuah sofa panjang yang empuk.
“Aku harus menemukan kedua anak itu. Setelah itu aku akan menyiapkan makan malam untuk kia semua.” Mrs. Weasley bergegas keluar dari pintu dan mulai memanggil Ron dan Ginny.
“Jadi, Fred dan George benar-benar tidak mengalami kecelakaan apapun?” Tanya Charlie memecah kesunyian.
“Well, aku rasa tidak. Jika kau tidak memperhitungkan hukuman ibumu sebagai salah satu bencana untuk mereka.” Mr. Weasley menjawab.
“Mereka memang pantas mendapatkannya!” Seru Percy marah.
“Tenang Perc, mereka hanya becanda.” Bill mencoba menenagkan Percy. Bill tahu kalau kemungkinan besar ini adalah salah satu kejahilan si kembar.
“Tapi ini keterlaluan! Aku jadi harus menunda mengerjakan tugasku, dan aku tidak bisa ke perpustakaan Hogwarts hari ini. Bahkan aku membatalkan janjiku bertemu dengan Prof. Flitwick untuk membicarakan mantra yang hari ini kami pelajari.” Ucap Percy dengan tidak sabar, ia sudah bangkit dari sofa.
“Perc, tenanglah. Tidak hanya kau, kami juga terkena kejahilan mereka. Ingat?” Ucap Charlie.
“Tapi ..”
“Percy!” Mr. Weasley menatap Percy, memperingatkannya untuk menahan emosinya. “Duduklah.” Ucap Mr. Weasley dengan nada yang lebih tenang. Percy merebahkan tubuhnya kembali ke sofa.
“Nah, sekarang jelaskan apa isi surat itu... Bill?” Tanya Mr. Weasley memalingkan wajahnya untuk bertanya kepada anak sulungnya.
Bill memalingkan wajahnya dari Percy dan menatap ayahnya. Ia mencoba memilah kata-kata yang akan diucapkannya. “Saat sedang berada di lorong sekolah, aku menemukan surat dari Mom yang dibawa Errol. Mom memberitahu kami kalau Fred dan George berusaha menggunakan mobil muggle kepunyaan Dad yang ada di garasi. Lalu mereka tidak bisa mengendalikannya, mereka melaju kencang dan menabrak pohon besar di bukit. Mom menulis kalau keadaan mereka sangat parah. Kami panik ..” Bill melihat ke arah wajah kedua adiknya, “dan kami segera minta ijin ke Prof. McGonagall untuk bisa pulang secepatnya.”
“Prof. McGonagall juga terkejut mendengarnya, Dad. Ia juga khawatir. Karena itu ia langsung memberi kami ijin pulang.” Charlie menambahkan. Mr. Weasley mencoba mencerna apa yang dikatakan anak-anaknya.
"Apa kau yakin itu tulisan ibumu, Bill?" tanya Mr. Weasley.
"Aku sangat yakin, Dad" Bill berbicara dengan mantap. Tetapi wajahnya semakin bingung dengan pertanyaan yang diajukan ayahnya.
Mr. Weasley kembali berkutat dengan pikirannya. 'Lagi-lagi ulah Fred dan George. Mereka cukup keterlaluan kali ini. Tapi, bagaimana bisa mereka menyalin surat Molly? Aku tidak habis fikir.' ucapnya dalam hati.
“Jadi, apa ini semua hanyalah lelucon mereka, Dad?” Bill bertanya kepada ayahnya, membuat lamunan Mr. Weasley terhenti.
Suara kemeresak terdengar dari dekat pintu dapur yang mengarah ke halaman belakang. Sesuatu seperti benda yang cukup besar terlihat bergerak di ujung kaki tangga. Benda itu terjatuh dengan suara berdebum yang cukup keras sehingga mengalihkan perhatian keempat anggota keluarga Weasley yang sedang berbicara di ruang tamu.
Bill, Charlie, Percy, dan Mr. Weasley bergegas menuju dapur, penasaran dengan apa yang terjadi disana. Sebuah suara merintih terdengar dari dekat kotak tersebut.
“Aduh Fred, hati-hati dong. Kepalaku kena nih.” George menahan suaranya agar terdengar sehalus bisikan.
“Ssstt!! George jangan berisik. Nanti Dad dan yang lain dengar.” Ucap Fred dengan nada yang hampir sama halusnya. Mereka awalnya mencoba mengendap-endap keluar rumah sambil membawa sebuah peti dari kamar mereka di atas. Peti berukuran cukup besar itu tetap tertutup meskipun sudah terjatuh. Kini Mr. Weasley dapat melihat peti itu berada di atas tubuh George yang sedang mengaduh di lantai.
“Aduuh ..” George mengeluh karena kepalanya terantuk tembok.
“Fred, George?” Tanya Mr. Weasley keheranan.
"Eh, hai Dad." Jawab George meringis seraya menggosok-gosokkan tangannya ke tempat dimana kepalanya terantuk tembok.
"Eh, hai Bill, Charlie, Perc. Err..kalian sudah pulang." Fred menatap ketiga kakaknya, mencoba menampilkan cengiran terlebarnya.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Mr. Weasley bertanya kepada Fred dan George.
"Eh, tidak. Hanya.. hanyaa.." George kehabisan kaata-kata untuk menjelaskan kepada ayahnya.
"Hanya ingin membawa peti ini keluar. Peti ini hanya memenuhi kamar kami saja." Sahut Fred dengan cepat dan menatap kembarannya.
"Jadi kalian benar-benar tidak apa-apa? Tidak ada kecelakaan?" Charlie bertanya tanpa basa-basi.
"Well, sebenarnya aku baru saja terjatuh, dan kepalaku terbentur tembok." ucap George seraya menyingkirkan peti itu dari atas tubuhnya dan mencoba berdiri.
"Kalau itu bisa kau katakan kecelakaan." Ucap Fred menambahkan. Ia membantu saudara kembarnya berdiri dan kembali mengangkat peti itu.
"Dengan Kata Lain, Kalian Menipu Kami?!!" Ucap Percy geram melihat kedua adiknya yang suka membuat onar. "Kau Tahu Aku Seharusnya Saat Ini Sedang Mengerjakan Tugasku? Atau Mungkin Aku Sedang Berdiskusi Dengan Prof. Flitwick di Kantornya?!! Dan Sekarang Aku Malah Berada Disini Karena Ulah Kedua Adikku Yang Suka Membuat Onar. Kalian... "
"Percy!!" Mr. Weasley memotong perkataan Percy. "Tidak seharusnya kau menyalahkan adik-adikmu untuk urusanmu."
"Tapi Dad..."
"Perc!" Ucap Mr. Weasley mengakhiri ucapan Percy. Merasa disalahkan, ia berbalik dan meninggalkan dapur menuju halaman rumah.
"Untunglah kalian tidak apa-apa." Ucap Bill kepada si kembar seraya mengacak rambut keduanya.
Fred dan George saling bertatapan. Lalu wajah mereka berpaling menghadap Bill dan Charlie. "Maafkan kami." Ucap Fred dan George berbarengan.
"Tidak apa-apa." Ucap Bill sambil tersenyum.
"Hey, sebenarnya apa isi peti itu Fred, George?" Tanya Charlie penasaran.
"Err.. Bukan apa-apa." Ucap Fred kebingungan.
"Ini berisi barang bekas kepunyaan kami." Sambung George.
"Oh, aku kira lelucon kalian yang lain." Ucap Charlie. Fred dan George hanya saling pandang saat Charlie berkata seperti itu.
"Nah, Karena hari ini seluruh keluarga kita berkumpul, mari kita pergi ke halaman sekarang. Sepertinya Mom, Ron, dan Ginny sudah menyiapkan meja makan panjang untuk kita semua. Hari ini kita akan makan malam spesial. Ayo." Ajak Mr. Weasley kepada anak-anaknya.
"Oke, Dad. Kami akan menyusul sebentar lagi." ucap Fred.
"Yeah, kami ingin menaruh peti ini di kebun belakang." Sahut George.
Malam ini, seluruh keluarga Weasley berkumpul di pekarangan rumah mereka. Mrs. Weasley menyiapkan sebuah meja panjang yang dihiasi cahaya lilin dan beberapa vas bunga diatasnya. Kentang Tumbuk, Pai Apel, Daging Asap, Ikan Panggang, Steak, dan tentu saja Kue Ulang Tahun untuk Fred dan George yang hari ini berusia genap 11 tahun. Ada pula buah-buahan disebuah keranjang diujung meja. Tak ketinggalan Jus labu dan Butterbeer telah siap di sebelahnya. Langit yang semakin kelam menambah suasana temaram yang menyenangkan pada malam musim semi ini. Bintang-bintang di langit berkilauan dibawah cahaya bulan yang terang benderang. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut menyentuh kulit mereka. Makan malam ini memang tidak semewah di Leaky Couldron ataupun di salah satu rumah makan di Hogsmade. Tetapi kehangatan seluruh keluarga sangat terasa disini. Inilah kemewahan yang jarang ditemui. Makan malam ini adalah makan malam terindah yang bisa mereka nikmati.
Kue telah dipotong, dan doa telah dipanjatkan. Mr. dan Mrs. Weasley meberikan kecupan kepada Fred dan George. Tak lupa Bill, Charlie, dan Ginny mengucapkan selamat ulang tahun kepada saudara mereka. Disusul oleh Ron yang mengucapkan selamat dengan agak canggung. Dan terakhir Percy yang masih saja memperlihatkan wajah kesalnya. Fred dan George merasa bahagia tahun ini. Mereka dapat merayakan ulang tahun bersama dengan seluruh anggota keluarga. Moment yang sangat langka, mengingat ketiga kakak mereka yang selalu ada di Hogwarts saat mereka ulang tahun. Atau Dad yang selalu sibuk di kementrian.
Fred dan George berdiri meninggalkan meja makan. "Mmmh, Mom..kami ingin menyiapkan sesuatu sebentar." George meminta ijin ibunya.
"Jangan katakan kalau kalian akan membuat sebuah lelucon lagi." Ucap Mrs. Weasley.
"Oh, tidak, bukan. Kali ini kami tidak akan membuat lelucon. Dan ini sungguh-sungguh bukan lelucon. Kami jamin." Ucap fred.
"Baiklah. Cepat kembali. Kalian belum menghabiskan kuenya."
"Oke Mom." Sahut kedua anak itu. Mereka bergegas menuju kebun belakang rumah dan menghampiri peti yang tadi mereka taruh.
Mereka membuka peti itu. Di dalamnya terdapat sekitar 20 macam kembang api beraneka bentuk, ada yang lurus pipih seperti ular, ada yang berbentuk bulat berlogo wajah seseorang, ada yang berbentuk roket, ada pula yang berbentuk seperti tongkat dengan selongsong di ujungnya. Tiap-tiap kembang api memiliki sumbu yang cukup panjang. Fred bekerjasama dengan George mengeluarkan semua kembang api itu dan menjejerkannya -sesuai instruksi pemilik toko-, menyandarkannya kepada sekumpulan kayu yang mereka rakit menjadi seperti pagar. Mereka lalu memilin sumbu tiap kembang api menjadi satu sumbu panjang berjejer dengan satu ujung sumbu yang akan dinyalakan nantinya. Mengira-ngira waktu yang tepat untuk setiap kembang api yang akan dibakar itu agar muncul dengan dramatis.
Mereka menyiapkan ini semua, lama sebelum hari ini. Beberapa bulan yang lalu, saat ibu mereka ingin ke Diagon Alley, mereka memaksa ikut. Mereka menghampiri toko lelucon Gambol And Japes untuk melihat-lihat barang lelucon disana. Mereka tertarik untuk membeli kembang api yang dipajang di rak depan toko. Karena uang mereka tidak cukup, akhirnya mereka pun pergi meninggalkan toko dan berjanji suatu hari nanti akan membeli kembang api itu. Karena tidak mungkin meminta Mom atau Dad untuk membelikannya, merekamencoba mencari cara lain untuk mendapatkan uang. Mereka mulai mencoba membuat lelucon dengan uang jajan yang mereka dapatkan. Menjualnya kepada anak-anak penyihir di sekitar rumah mereka. Untungnya anak dari keluarga Diggory dan Lovegood -dan beberapa anak lain yang sering bermain dengan mereka- mau membelinya saat libur natal kemarin. Mereka mengumpulkan per-knut setiap harinya. Menabung sebagian uang jajan mereka demi kepuasan melihat kembang api -yang sekarang dihadapan mereka- bersinar dihari ulang tahun kesebelas mereka. Mereka merahasiakan semua ini dari ibu mereka. Mrs. Weasley bisa marah jika mengetahui anak mereka menjajakan uang mereka untuk sekedar kembang api saja. Rencana berganti. Mereka ingin membuat kejutan untuk keluarga Weasley dengan kembang api ini. Untungnya pemilik toko sungguh baik kepada mereka, ia membantu mereka dengan membuatkan kembang api yang akan menyala sesuai dengan bentuk yang mereka inginkan.
Dan tentang surat Errol kepada Bill, itu memang mereka yang membuatnya. Sengaja mereka membuat surat sedramatis mungkin agar Bill, Charlie, dan Percy pulang ke rumah saat ulang tahun mereka. Mereka sengaja menggunakan tulisan tangan Mrs. Weasley agar terlihat semakin meyakinkan. Hasilnya? Well, mereka bertiga sekarang berada di meja makan. Rencana pertama mereka berakhir sukses.
"Siap Fred?" Tanya George.
"Siap!" Jawab Fred. "Ini akan tampil dengan spektakuler."
"Ku harap mereka menyukainya." Sahut George.
"Pasti! Semua orang menyukai kembang api." Ucap Fred seraya mengulurkan sebuah sumbu tunggal yang panjang menjauhi jejeran kembang api. Fred menyalakan ujungnya dan segera meninggalkannya, membiarkan api perlahan melahap sumbu itu mendekati kembang api di ujung satunya.
"Ayo kita kembali secepatnya dan meminta maaf kepada Bill, Charlie, dan Percy karena telah membuat mereka pulang. Waktu kita tidak banyak George." Fred sedikit terkikik.
"Yeah, setidaknya cara itu sukses membuat mereka pulang, dan Profesor di Hogwarts bahkan mempercayainya. Dan untunglah Dad bisa ijin libur untuk jaga malam di kementrian." Cengiran George terlihat diwajahnya.
Mereka berlari menghampiri meja makan panjang dan berdiri dihadapan semua orang untuk berbicara, memunggungi The Burrow yang dibelakangnya terdapat kembang api yang sebentar lagi meluncur. Mengajak semua orang untuk memperhatikan mereka sejenak.
"Well, kami mulai untuk Ginny. Hei dik, terimakasih untuk gambar yang kau buatkan untuk kami. Tapi kami tidak seidentik itu, aku jelas lebih tampan daripada George. Aduh." Ucap Fred dengan sikutan George yang mengenai tulangnya. Ginny tersenyum melihat kedua kakaknya.
"Dan untuk Ron, terimakasih telah memberikan kami inspirasi untuk membuat lelucon. Ups, salah! Maksudku, maaf karena kau sering menjadi korban kejahilan kami. Jangan merindukan kami jika nanti kami masuk Hogwarts ya." Ucap George. Ron hanya mendengus dan tertawa kecil melihat George.
"Lalu untuk Bill, Charlie, dan Percy. Maafkan lelucon kami karena telah mengirimi kalian surat palsu itu. Sebenarnya kami menggunakan pena-bulu-kutip yang dibeli Mom beberapa hari lalu. Pena itu benar-benar menyalin tulisan seperti kepunyaan Mom." Percy berdiri dengan kesal, seakan ingin menjewer telinga si kembar, tetapi Bill dan Mr. Weasley memaksanya untuk tetap duduk. George hanya mengrenyit agak ketakutan melihat wajah Percy yang menahan kekesalan. Mrs. Weasley terlihat terkejut dan salah tingkah karena kecerobohannya menaruh pena-bulu-kutip itu sembarangan.
"Kami hanya ingin kalian datang di ulang tahun kami ini." Ucap george menambahkan.
"Dan untuk Dad. Kami sangat senang Dad akhirnya mendapatkan libur jaga untuk hari ini." Ucap Fred.
"Dan spesial untuk Mom, terimakasih untuk kuenya, ini kue terlezat yang pernah kami makan. Dan hari ini adalah hari terhebat yang pernah kami rasakan." Ucap George dengan semangat.
"Akhirnya keinginan kami untuk berkumpul bersama semuanya, terwujud." Ucap Fred dengan senyum lebarnya.
"Kami punya seusatu untuk kalian." George menggigit bibir bawahnya, "dan kami harap Mom tidak akan marah melihatnya."
Beberapa detik telah berlalu, kembang api itu tidak juga meluncur ke angkasa. Fred dan George berpandangan satu sama lain, mereka mulai panik bahwa rencana ini akan gagal. Mereka boleh dikatakan tidak pernah gagal. Dan mereka tidak mau rencana yang telah disusun selama ini akan hancur.
"Nak, ini bukan tipuan kalian lagi kan?" Mrs. Weasley bertanya kepada mereka berdua.
"Bukan Mom, sungguh. Kali ini bukan lelucon atau April Fool." Ucap Fred.
"Kami benar-benar ingin memeberikan kej..." Tiba-tiba dari di langit meluncur sebuah ledakan cahaya gemerlap bertulikan 'HAPPY 11TH BIRTHDAY FRED AND GEORGE' dengan bentuk pigura disekitarnya, di ujung kalimat terdapat wajah mereka berdua tersenyum lebar yang berasal dari titik-titik kembang api, diselingi dengan hiasan bintang-bintang disekitarnya. George tidak sempat melanjutkan kata-katanya. Ia sendiri tertegun dengan melihat betapa indahnya kembang api itu.
Setelah ucapan itu mulai menghilang, muncul sebuah kembang api baru berbentuk wajah anggota keluarga Weasley. Dimulai dari wajah Mr. Weasley yang tersenyum, lalu wajah Mrs. Weasley yang cemberut karena marah -Mrs. Weasley terpekik dan tertawa melihat wajahnya berada di langit-, kemudian wajah Percy yang selalu suntuk -Percy mendengus melihat wajahnya muncul, walau ia sendiri menyukai kilauan kembang api itu-, lalu ada wajah Bill dan Ginny yang saling memperlihatkan gigi mereka -Ginny berteriak 'Itu aku' saat wajahnya muncul, Bill yang berada di dekatnya, merangkul tubuh Ginny-, dan terakhir ada wajah Ron dan Charlie yang tersenyum bahagia. Belum selesai mereka memandang wajah masing-masing, Kembang api selanjutnya membuyarkannya, lalu munculah wajah Fred dan George dengan cengiran khas mereka. Fred dan George hanya saling menatap saat melihat kembang api itu.
"Happy Birthday George." Ucap Fred kepada George.
"Happy Birthday Fred." Ucap George.
Mrs. Weasley menghampiri keduanya dan berdiri diantaranya."Kalian menyiapkan ini semua?" Tanya Mrs. Weasley kepada mereka. Fred dan George hanya mengangguk. "Sejak kapan?"
"Itu rahasia." Ucap Fred dan George berbarengan dan memperlihatkan cengiran mereka. Mrs. Weasley tersenyum melihat keduanya. Diatas, kembang api masih terus bermunculan, menampilkan kelap-kelip cahanya.
"Apa Mom menyukainya?" Tanya George.
"Sangat." Mrs. Weasley merasa air matanya berkumpul dipelupuk matanya.
"Kami Sayang Mom!" Fred dan George memeluk ibu mereka. Tepat saat itu kembang api bermunculan dengan kata-kata 'Dear Mom, kami begitu mencintaimu.'
"Ooh.." Mrs. Weasley tak kuasa menahan airmatanya, ia memeluk Fred dan George lebih erat lagi. mencium puncak kepala mereka berdua. "Aku juga sangat mencintai kalian." Ucapnya dalam isakan.
Fred mendongakkan kepala melihat wajah ibunya. "Maafkan kami."
George pun mendongakkan kepala kearah wajah ibunya. "Kami selalu membuat keonaran."
"Ooh..Fred." Mrs. Weasley merengkuh wajah Fred dan menciumnya di kening. Lalu ia merengkuh wajah George, "..George." menciumnya kembali di kening. Mrs Weasley memeluk kembali kedua anaknya, menyeka air mata yang jatuh di pipinya. Tersenyum mendengar apa yang diucapkan mereka. "Terimakasih."
Semua anggota keluarga Weasley merapat menuju si kembar dan Mrs. Weasley. Bersama-sama mereka melihat kembang api yang menghiasi langit di atas The Burrow. Kini kembang api di langit menampilkan ucapan 'Selamat Ulang Tahun' dan 'Happy Birthday' untuk si kembar Weasley, diselingi dengan ledakan bunga-bunga yang menghiasi langit. Betapa meriahnya ulang tahun mereka kali ini. Perjuangan yang terbayarkan tuntas. Entah kapan lagi mereka bisa merasakan hari seperti ini. Kemungkinan besar, Charlie, Percy, dan Bill akan pulang ke Hogwarts besok pagi. Lalu Dad akan berangkat kerja sebelum matahari terbit. Hanya tinggal beberapa jam lagi hari ini berakhir. Fred dan George tidak ingin menyia-nyiakan momen langka ini. Suatu hari, mereka akan mengenang apa yang terjadi hari ini. Karena itu mereka ingin terlarut didalamnya. Merasakan kehangatan keluarga besar Weasley. Menikmati kesederhanannya. Dan tentu saja menikmati April Fool yang akan segera berakhir.
[ :: astrin :: ]
=o= FINISH =o=