Disclaimer: Semesta Harry Potter berikut tokoh-tokohnya adalah kepunyaan JK Rowling. Tak ada keinginan untuk memperoleh keuntungan materi, hanya kepuasan semata.
Rated: K-T - B.Indonesia - Rating K-T, genre beragam
Awal/ akhir cerita oleh: Ambu Dian
Partisipan : Ambu, Anne, Sakamoto Kiki, Hinata, Patricia, Astrin, Wiyan,
-o0o-
Rasanya panas. Sangat. Sangat Panas. Tapi tidak lama. Karena tak lama setelah aku—yang masih berbentuk cairan—dituangkan ke dalam cetakan, goblin yang mengawasiku langsung merapal mantra pendingin. Merapal mantra untuk mengukirkan nomor seri di pinggiranku. Setelahnya, goblin itu melemparku ke atas tumpukan Galleon lain.
Benar. Aku adalah sekeping Galleon. Galleon Emas. Sekarang aku berada di tempat pembuatan mata uang. Tumpukan terdekat adalah tumpukan rekan-rekanku, sesama Galleon. Agak jauh sedikit, beberapa goblin sedang membuat Sickle perak, dan di sebelah sana, Knut perunggu.
Goblin-goblin pembuat mata uang ini sudah disumpah untuk hanya membuat mata uang sejumlah yang ditentukan, tidak bisa sembarangan mencetak lebih. Nanti bisa-bisa inflasi. Eh, jangan salah, di dunia penyihir juga bisa ada inflasi lho! Karenanya ada juga ahli ekonomi dan keuangan penyihir!
Oke, akhirnya kami sudah selesai dicetak. Para goblin itu menghitung, merapikan kami, lalu membawa kami melalui lorong-lorong yang panjang. Penjagaannya ketat. Selain dikawal goblin, mereka juga mengerahkan naga untuk mengamankan rute menuju khasanah Gringgots.
Akhirnya kami sampai juga. Setibanya kami di khasanah Gringgots, kami diserahkan pada sekelompok goblin yang lain. Goblin-goblin ini memegang setumpukan perkamen.
Sepertinya catatan keuangan. Atau mungkin, catatan yang harus dibayar? Catatan gaji pegawai mungkin?
Mungkin. Kami dibagi-bagi ke dalam kantong-kantong kecil. Sudah tercantum nama, nama perusahaan atau instansi, dan jumlah yang harus dimasukkan.
Aku dimasukkan ke sebuah kantong yang bertuliskan: Arthur Weasley – Kementrian.
[::ambu ::]
Rated: K-T - B.Indonesia - Rating K-T, genre beragam
Awal/ akhir cerita oleh: Ambu Dian
Partisipan : Ambu, Anne, Sakamoto Kiki, Hinata, Patricia, Astrin, Wiyan,
-o0o-
Rasanya panas. Sangat. Sangat Panas. Tapi tidak lama. Karena tak lama setelah aku—yang masih berbentuk cairan—dituangkan ke dalam cetakan, goblin yang mengawasiku langsung merapal mantra pendingin. Merapal mantra untuk mengukirkan nomor seri di pinggiranku. Setelahnya, goblin itu melemparku ke atas tumpukan Galleon lain.
Benar. Aku adalah sekeping Galleon. Galleon Emas. Sekarang aku berada di tempat pembuatan mata uang. Tumpukan terdekat adalah tumpukan rekan-rekanku, sesama Galleon. Agak jauh sedikit, beberapa goblin sedang membuat Sickle perak, dan di sebelah sana, Knut perunggu.
Goblin-goblin pembuat mata uang ini sudah disumpah untuk hanya membuat mata uang sejumlah yang ditentukan, tidak bisa sembarangan mencetak lebih. Nanti bisa-bisa inflasi. Eh, jangan salah, di dunia penyihir juga bisa ada inflasi lho! Karenanya ada juga ahli ekonomi dan keuangan penyihir!
Oke, akhirnya kami sudah selesai dicetak. Para goblin itu menghitung, merapikan kami, lalu membawa kami melalui lorong-lorong yang panjang. Penjagaannya ketat. Selain dikawal goblin, mereka juga mengerahkan naga untuk mengamankan rute menuju khasanah Gringgots.
Akhirnya kami sampai juga. Setibanya kami di khasanah Gringgots, kami diserahkan pada sekelompok goblin yang lain. Goblin-goblin ini memegang setumpukan perkamen.
Sepertinya catatan keuangan. Atau mungkin, catatan yang harus dibayar? Catatan gaji pegawai mungkin?
Mungkin. Kami dibagi-bagi ke dalam kantong-kantong kecil. Sudah tercantum nama, nama perusahaan atau instansi, dan jumlah yang harus dimasukkan.
Aku dimasukkan ke sebuah kantong yang bertuliskan: Arthur Weasley – Kementrian.
[::ambu ::]
Di dalam kantung kain itu aku berkumpul dengan uang lainnya. Rasanya kantung ini berpindah tempat sekarang. Aku tidak tahu berapa lama di dalam kantung ini. Galleon tidak dilatih untuk mengenal waktu, mungkin kau bisa bayangkan kalau kami mengenal waktu, kami bisa gila menunggu saat para Goblin menghitung dengan cermat satu-persatu.
Ada suara-suara orang berbicara, suara mereka tidak seperti suara para Goblin yang kasar dan serak. Ini suara manusia.
Tiba-tiba kantung terbuka. Sebuah tangan masuk dan meraihku ke atas. Tangan Mr.Weasley. Rupanya ia bekerja di Kementrian Sihir, siang ini Mr.Weasley mengambil gajinya di Gringotts. Ia terlihat senang.
Mr.Weasley memasuki sebuah toko di Diagon Alley.
"Oh, hello, Mr.Weasley! Aku sudah menunggu kedatanganmu! Tidak seperti biasanya Mrs.Weasley menjahitkan jubah di sini...eh, maaf.. tapi pasti ini karena untuk hadiah kejutan, bukan? " Madam Malkin menyambutnya dengan ramah.
"Ya, begitulah. " jawab Mr.Weasley singkat, "5 galleon, 10 sickles and 5 knuts. Mudah-mudahan saya tidak salah hitung." Aku berpindah dari tangan Mr.Weasley, bersama teman-temanku, ke atas meja counter tua dari kayu mahoni.
"Ah, terima kasih! Kuharap Mrs.Weasley senang dengan jubah ini. Ini dia kotak jubahnya. Salam untuk Nyonya, Mr.Weasley."
"Baik, pasti saya sampaikan." Mr.Weasley mengangguk sopan, keluar dari toko, meninggalkan aku di sini.
[ Anne ]
Disinilah aku, teronggok didalam sebuah kotak kayu tempat menyimpan uang lainya, "satu dua tiga empat..." hitungku, ada sekitar 20 galleon disini, pemilik toko jubah ini gemar memilah dan menyendirikan antara galleon, sickles dan knuts, ya terkadang aku sering melihat pendaran cahaya emas yang terpantul dari sinar matahari tatkala kotak berisi galleon ini dibuka.
"dua... tigaa... empat!" sudah berapa hari aku terongok di kotak galleon ini, bisa dimaklumi, sebagai mata uang terbesar, kami jarang digunakan untuk kembalian dan paling sering terjadi adalah kami disetorkan kembali ke gringots untuk disimpan atau digunakan lagi untuk membeli barang baru.
"madam! bisakah saya menukar 85 sickles ini untuk 5 galleon? dompet saya sudah tidak cukup memuat sickles ini!" terdengar suara dari luar kotak galleon, sebuah suara lembut wanita.
"baiklah?" ucap madam malkin sambil merongoh beberapa galleon dari kotaknya, satu galleon, dua galleon, tiga galleon, empat galleon... dan aku... dia mengambil aku dari tumpukan galleon tersebut... "dia mengambil akuuu!" teriakku, tentu tak ada manusia yang bisa mendengar apalagi bercakap dalam bahasa koin uang
"satu, dua tiga empat lima galleon!" kata madam malkin sambil menyerahkanku berserta galleon lainnya ke tangan seorang wanita cantik berumur 30 tahunan, tanggannya kasar banyak luka parut disana sini, apa yang dilakukan oleh wanita ini? pikirku saat dia mengenggamku dengan tanggannya yang penuh luka parut
dengan berhati-hati dia memasukkan aku ke dalam sebuah dompet berwarna hijau toska, tampaknya terbuat dari bahan suede, entah dari sapi jenis apa. "terima kasih madam!" ucap wanita itu sambil mengangguk ke madam malkin lalu pergi keluar dari toko jubah
wanita itu terburu-buru meninggalkan toko Jubah madam Malkin, dari langkahnya yang dipercepat orang pasti melihatnya seperti orang yang sedang dikejar Banshee, kali ini langkahnya terhenti tatkala dia sedang di depan Eeylops Owl Emporium...
"EDWAAAAAAARD!" teriak wanita itu, dari suaranya dia terdengar menggelegar dengan nada marah!
"bell... bella! kenapa kamu ada disini, aku kira kamu sedang kerja!" ucap seorang pria bernama edward...
"GILA LOE YA! gue rela kerja banting tulang merawat naga peliharaan tetangga demi nambahin ongkos buat liburan kita ke Bali indonesia, LOE MALAH MAEN GILA ama PEREMPUAN LAIN????!!!"
"bell belaa.. sabar dulu!" kata edward
Bella sudah tak bisa menahan amarahnya, dia mengambil tongkat dari tasnya kali "BOMBARDAA... MAXI..."
"EXPELIARMUS!" belum sempat Bella mengucapkan manteranya, sebuah mantera pelucut senjata sudah terlempar dan tongkat Bella sudah terlempar keudara...
"kurang ajar kau Edward!" kali ini Bella mengambil dompetnya, iya dompet yang didalamnya ada aku, Bella melemparkan dompet warna hijau toska itu tepat ke muka edward! seketika, aku dan para teman galleon, sickles, knuts berhamburan keluar dari dompet...
aku sendiri melayang beberapa kaki keudara lalu terjatuh dan tergelinding di bawah sebuah etalase suram diantara kandang-kandang burung hantu...
[sakamoto kiki]
Ah, Sempurna! Belum seminggu aku mewujud harus berakhir di antara tumpukan kotoran. Para burung hantu yang bodoh itu tak tahu bahwa mereka sedang dikunjungi oleh sekeping logam paling berharga di dunia sihir. Sekeping Galeon. AKU!!
CROT!!
Badanku yang mengilap segera saja tertutup kotoran segar dengan manisnya. Sebagai sesosok gentleman (aku bukan orang, dan ya, aku merasa diri ini laki-laki) emosiku tak boleh terpancing. Aku mengulang-ulang nomer seriku untuk menurunkan emosi. Setelah 10 kali mengulang aku kembali tenang. Suasana juga kembali tenang saat sepasang manusia tadi menghentikan pertengakaran hebohnya yang sangat menarik-perhatian-sekitar.
Berjam-jam kemudian aku masih tergeletak tanpa seorang pun yang menyadari kehadiranku. Sore telah menjelang. Pengunjung Diagon Alley perlahan namun pasti mulai menyusut. pemilik toko memasukan kandang-kandang binatang jualannya ke dalam toko. aku ditinggalkan sendirian dengan kotoran 3 kali lebih banyak dari semula.
Putus Asa adalah nama yang hendak aku sematkan ketika tiba-tiba sebuah gigi berliur menyentuhku. Sejak pertama mewujud aku sudah diberi pengetahuan mengenai macam-macam hal. Maka bukan sesuatu yang mengherankan jika aku tahu bahwa seekor Crup sedang mengigitku.
PLUK.
Aku berpindah dari mulut ke tangan seseorang. "Apa ini?" ucap si pemilik tangan, pria. sepertinya dia buta karena alih-alih melihat, dia malah mengendus dan menjilatku (kotoran burung hantuku dijilat!? Yeeek!).
"Lagi-lagi kau bawa barang tak berguna." Komentar si pria. aku SANGAT terhina mendengarnya.
"Ya, kurasa itu memang tak berguna." Terdengar suara pria yang lain. "Will, coba aku lihat!"
"Wah, tak kukira bisa bertemu dengan kau disini, Rave." Balas Will terkejut namun tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. "Sedang tak bertugas rupanya?"
"Kau tahu lah... Auror pada masa seperti ini tak benar-benar diperlukan. Tugas kami sekarang hanya memburu para pengutil atau melerai duel tak berguna."
"Bagaimana kalau kita pergi minum ke Leaky Couldron?" Ajak Will.
"Aku masih ada sedikit urusan disini. Kau pergilah duluan." Rave mengaduk kantong uangnya dan mengeluarkan 4 Sickle. "Aku yang traktir!"
Will menerima pemberian Rave dengan muka berseri. "Makasih 4 sicklenya!"
"Aku senang jika bisa membantu teman." Dia memasukanku kedalam kantong. "Dan aku simpan rongsokan dari peliharaanmu."
Dengan satu anggukan, Will pergi menuju Leaky Couldron. "Dasar bodoh!" Ucap Rave sambil terkekeh.
[Hinata]
Setelah itu, aku disimpan di dalam kantong Rave selama sebulan. Aku bosan, aku ingin berpindah!
Seakan memendengar ucapanku, Rave mengeluarkanku dari kantongnya dan berkata kepada seseorang,
"Hmm, dimana barang yang mau kau lelang padaku, Mrs.Granger?"
"Oh, itu di sini!Aku menyimpannya!Kau jadi membelinya?" tanya Mrs. Granger penuh harap
"Ya, tunjukkan padaku maka aku akan membelinya.."
"Nah, ini! Kau mau membeli kacamata bekas Harry Potter?Berapa kau tawar?"
"Bagaimana kalau 10 galleon dan 6 sickle?"
"Ya sudahlah, bagaimanapun penawaranmu paling tinggi dari semua orang di lelang kemarin.."
"Ya. Aku selalu mendukungnya. Anak hebat, Harry Potter. Aku rela mengeluarkan uangku untuk mengoleksi barang-barangnya" kata Rave serius
HORE! Aku akan berpindah sebentar lagi!
Lalu Rave-pun mengambilku bersama kesembilan galleon lainnya dan beberapa sickle itu. HORE!!Akhirnyaa...
Rave bertanya, "Untuk apa kau menjualnya Mrs.Granger?Kau tahu?Semua orang pasti mengagumimu kalau kau memiliki kacamata itu"
Mrs. Granger memandangku dengan penuh syukur. Dia bergumam, "aku sudah berjanji pada Harry akan memberikannya pada S.P.E.W., tapi mungkin aku akan membelikannya untuk keperluan sehari-hari, aku tak tahu pasti.."
Rave mengangkat alisnya dan pergi. Ah, siapa Harry Potter itu? sepertinya dia sangat terkenal. Tapi aku tak peduli, pokoknya aku sudah berpindah!
[Patricia]
----
Hmmmmhhh...haaahh.. Dikantung ini begitu harum dan nyaman. Sudah lama rasanya aku terjebak di dalam kantong apak Rave. Kalian pasti bertanya mengapa aku bisa tahu bahwa disini lebih nyaman. Aku hanya berfikir dan menganalisa apa yang orang lakukan di sekitar Rave, terutama para wanita. Aku senang mendengar suara wanita-wanita yang kadang berada dekat dengan Rave. Hey, bukannya sudah ku katakan aku menganggap diriku laki-laki, dan laki-laki sangat wajar kan menyukai wanita?! Apalagi suara mereka yang indah.
Oh, oke balik ke topik semula. Selama bersama Rave, aku mendengar beberapa teman wanitanya selalu berkomentar –dengan nada suara aneh- bahwa Rave itu bau. Dan yah, memang sepertinya Rave tidak pernah mencuci jubahnya untuk waktu yang lama. Kantong tempat aku berdiam diri selama bersama rave adalah kantong gelap yang cukup lembab. Wajar saja kalau dia bau, ditambah Rave suka sekali pergi ke sebuah kafe dan memesan wiski api. Lalu selalu selang beberapa lama setelah itu dia mulai berbicara melantur, dan jika berdiri, aku akan ikut bergoyang membentur beberapa teman koinku yang lain yang berada di dalam kantong. Ada saatnya aku hanya berdiam diri, kurasa itu saat Rave menaruh jubahnya. Berada di dalam kantong Rave membuatku merasa lengket. Euh..
Dan saat aku berpindah ke kantong uang Mrs. Granger, aku merasa sangat bebas. Disini begitu sejuk, dan tidak lembab. Terasa jauh lebih bersih ketimbang berada di kantong Rave. Dan sepintas tadi aku melihat wanita yang bernama Mrs. Granger itu ternyata cantik dan sangat ramah. Terlihat dari beberapa orang yang bertemu dengannya selalu menyapanya dengan lembut. Ah, senangnya berada di kantong orang yang baik seperti ini. Rasanya aku ingin terus berada disini saja tanpa harus berpindah lagi.
Aku mendengar Mrs. Granger beberapa kali memasuki toko-toko dan mengambil beberapa teman galleon ku untuk ditukar dengan beberapa barang yang diinginkannya. Dan setiap tangannya yang lembut masuk melalui mulut kantong, aku selalu berdoa agar bukan aku yang diambilnya untuk ditukar. Semakin Mrs. Granger mengaduk isi kantong uang ini, aku semakin terperosok kesudut kantong. Aku melihat ada sedikit celah yang robek disudut kantong itu. Dan aku juga berdoa agar lubang itu tidak membawaku keluar dari kantong nyaman ini. Untuk kali ini saja, aku tidak ingin berpindah.
Sekarang dikantong ini hanya terdapat beberapa keping teman galleon ku dan cukup banyak kepingan teman sickleku. Beberapa dari mereka sudah terlihat usang, dan dengan bangga aku mengatakan, aku masih yang paling berkilau diantara mereka. Haha.
Kali ini aku merasa Mrs. Granger memasuki sebuah toko yang cukup ramai dipadati orang. Karena aku dapat mendengar banyak suara orang yang sedang berbicara.
“Hai Mum, apa kau sudah selesai?” Terdengar sebuah suara lembut dari seorang wanita menyapa Mrs. Granger. Kelihatannya masih muda.
Aku merasa kantong tempatku berada dijatuhkan keatas sebuah meja, dan sepertinya aku berada diantara Mrs. Granger dan seorang gadis.
“Sudah sayang. Ayo kita pulang.” Mrs. Granger menjawab pertanyaan gadis didepannya.
“Oke. Tunggu sebentar Mum, aku akan menemui Tom untuk membayar Butterbeer ini.” Gadis ini sepertinya anak perempuan Mrs. Granger. Pasti cantik seperti ibunya.
Mrs. Granger mengangkat kantongku dari meja dan membawanya memasuki tempat yang sangat luas dan terang. Terdengar beberapa mesin menderu dikejauhan. Aku merasa mereka mulai berjalan.
Setelah beberapa menit berlalu, aku mendengar gadis itu berkata, “Mom, sebelum pulang aku ingin ke rumah keluarga Weasley dulu. Aku sudah berjanji akan menemui Ginny disana. Tak apa kan?”
“Tentu saja, sayang. Aku juga ingin bertemu Mrs. Weasley. Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumahnya. Taksi!” Mrs. Granger terdengar memanggil seseorang. Entah siapa itu taksi.
Kali ini aku berfikir bahwa aku berada di sebuah tempat yang cukup dingin. Suhu udara di ruangan ini redah, dan aku merasa aku tidak banyak bergerak. Hanya saja aku merasa tubuhku bergetar, dan bergoyang pada beberapa waktu. Aku mendengar lebih banyak lagi mesin yang sepertinya berjalan melewati sisi samping kami. Entah benda macam apa ini. Aku merasa aneh berada didalamnya. Satu hal yang pasti, betapa bahagianya aku mendengar suara wanita-wanita ini yang mengobrol dengan asiknya. Suara mereka terdengar renyah. Aku tidak tahan untuk tidak tersenyum. Haah, betapa indahnya hidup ini.
Tubuhku terasa semakin dingin saja. Teman-teman sickle ku terasa mulai mendesakku semakin kebawah. Robekan diujung kantong ini rupanya sudah semakin besar. Sekali benturan keras saja cukup membuatku keluar dari katung nyaman ini. Ugh, seandainya aku punya tangan untuk mendorong kembali tubuhku kedalam kantong, atau setidaknya untuk menahanku jatuh.
BUG!!
Ruangan –atau benda- ini berhenti mendadak. Dan ah, aku benar-benar sudah keluar dari kantong Mrs. Granger. Tidaaakk!! Aku ingin kembali ke kantong itu!
“Ada apa Sir? Kenapa mendadak mobil berhenti?” Mrs. Granger bertanya kepada seseorang.
“Maaf Ma’am, kelihatannya ada masalah dengan mesinnya.” Sahut suara lelaki yang baru kali ini aku perhatikan.
“Apa kerusakannya parah?” Tanya gadis yang berada bersama Mrs. Granger. Dari percakapan yang mereka lakukan tadi, aku dapat mengetahui namanya, Mione.
“Sepertinya cukup parah Miss.” Jawab laki-laki itu. Kudengar suara pintu dibanting. Dan sebuah suara seperti besi yang diangkat terdengar di kejauhan. Kali ini aku mendengar pintu dibuka disampingku. Aku terseret kesamping dan semakin turun saat Mrs. Granger menggeser tubuhnya untuk keluar dari ruangan sempit ini. Aaaargh, aku tertinggal! Mrs. Granger meninggalkanku di dalam ruangan –atau benda- aneh ini. Aku terjerembab daintara tempat yang kurasa untuk pijakan kaki. Karena disini tercap beberapa jejak kaki manusia. Sekali lagi aku mendengar pintu dibanting di depanku. Aku hanya dapat tertegun melihat bahwa Mrs. Granger meninggalkanku di ruangan –atau benda- yang entah apa namanya ini.
Masih dengan keadaan shock, aku mendengar Mrs. Granger dan anak gadisnya –yang ternyata memang cantik- berjalan menjauhiku. Tidak, Tidaaakk!! Mereka meninggalkanku. Oh kantongku yang nyaman. Seandainya aku benar-benar memiliki tangan, aku bisa mencengkeram kantong itu agar tubuhku tidak jatuh tadi. Dan kini mereka semakin menjauhiku. Tidaakk!
[:: Astrin ::]
cukup lama aku merutuki nasib buruk yang sedang kualami sementara bunyi-bunyian menggema dari luar 'taksi'. baru pada hitungan ke-8956 terasa sekelilingku kembali bergetar seperti sebelumnya. benda bernama taksi melaju kembali (sepertinya taksi ini mirip dengan karpet terbang yang beratap)
hitunganku belum genap seribu ketika pintu kembali membuka. seorang pria masuk sambil menyebutkan beberapa buah kata, sepertinya nama sebuah tempat. sebuah benda berat berdebam di sebelahku.
"Halo, Phil" Ujar si sopir.
"Oh, hai, Syd. aku tak tahu kalau kau jadi sopir taksi sekarang?!" Ujar Phil.
"Perekonomian sulit pada masa sekarang ini." Jawab si sopir yang kini kutahu namanya Syd.
"Yaah... begitulah. Perusahaanku juga sedang tidak begitu baik perkembangannya."
"Kudengar kau kehilangan putramu, Collin, dua tahun yang lalu. Aku ikut berduka mendengarnya."
kudengar satu helaan napas berat dari Phil. "Yaah begitulah hidup. Collin meninggal tak lama setelah kami pindah rumah."
aku merasa akan jadi gila jika harus terus mendengarkan pembicaraan macam ini. Taksi bergoyang-goyang lembut membuatku menggelinding kesana-kemari. aku merindukan berada dalam kantong uang.
"Pahlawan besar dia. menyelamatkan junior-juniornya dari kebakaran." kata Syd.
"Ya, kami bangga mendengar hal tersebut dari para gurunya ketika mereka mengantar jenasah Collin ke rumah."
"Dimana sih Hogwart itu? kok aku rasanya tidak pernah dengar!?"
Hogwart? HOGWART? HOGWART!? apa mungkin 'Collin' ini murid Hogwart? seketika itu juga aku tahu harus bisa ikut Phil pulang! semoga saja ada seseorang yang tahu sebenarnya aku ini apa dan membawaku ke dunia sihir.
kali ini aku tak hanya menggelinding tanpa tujuan. aku harus bisa masuk dalam benda besar di sebelah kaki Phil.
taksi bergoyang ke kiri, aku menggelinding ke kanan... Hup!... gagal...
berkali-kali aku mengalami kegagalan sebelum akhirnya pada percobaan ketujuh aku berhasil masuk dalam celah kecil di bawah benda itu. waktu yang sangat tepat karena belum aku menghitung dua. taksi berhenti dan Phil keluar. kurasakan udara segar. sesegar perasaanku yang akan kembali ke dunia sihir. AKHIRNYA.....
[:: Hinata ::]
Huft, sudah dua hari ini, aku tak tahu keberadaan ku sekarang ini. yang ku tahu aku berada di sebuah benda gelap dengan bau kain berkeringat ini. Lama-lama aku mulai bosan dengan keberadaan ku disini.
Tiba-tiba, cahaya mulai merekah. perlahan dan lama-lama menjadi terbuka lebar. oh, ternyata kini ku sudah berada di dunia kelahiranku. satu persatu phil mengeluarkan kain-kain baunya. dan tak lama "Criiiinnggg..." ku menggelinding diatas lantai kayu yang bersih. Phil terbuyar dari lamunannya. dia mulai memandang diriku. "Sejak kapan kau disini Galleon manis?" dan dia mulai mengangkat ku menju sakunya yang rapi itu.
Senandung phil semakin membuat ku menjadi tenang. Sesaat, bau Pakaian terbakar mulai tercium. "Ada apa ini?" seruku dalam hati. "K..K....Keba... KEBAKAAANNN!!!" seru Phil. kini ku malai dirundung ketegangan lagi. Phil berlari dan tak sadar, kini aku pun terlempar dari kantong bajunya. "Ouch..." seru ku ketika ku mulai menggelinding diatas koaran api. aku mulai khawatir... akan kah diriku menjadi gosong? atau mungkin lebih parah,Meleleh? aku menangis. dan tak tau apa yang harus ku perbuat. ku semakin khawatir. badan ku kini mulai memanas. "AAaaa..." Jeritku.
Sambil menangis aku menyadari. walaupun berteriak sekeras mungkin, tak bakal ada orang yang mau menolongku. aku hanyalah Galleon yang tidak lebih penting daripada nyawa para penyihir-penyihir itu. aku haya bisa menangis dan menyesali. sesal mengapa diriku hidup menderitaa. sesal mengapa aku berakhir dengan cara ini.
Tak tahu dari mana datangnya, sebuah tangan berkeriput tiba-tiba saja mengambilku. ia berlari menuju keluar bangunan tersebut. "Oh, betapa beruntungna diriku.." batinku senang. dengan tergesa-gesa ia berlari menuju seorang Penyihir bangsawan yang terlihat berwajah angker tersebut. bahkan, tikus pun mungkin bisa mati ketakutan jika melihatnya. "Dasar! Peri Rumah BODOH!! kenapa kau Lambat sekali tadi? Kalau kau mati siapa yang mengurus rumah ku?!" Serunya sambil menampar. "Maaf tu...tuan..." Katanya sambil menyembunyikan diriku di belakang baju Kotornya.
"Sekarang cepat kau bersihkan rumah ku! CEPATT!!" "B..ba...Baik Tu..Tuan"
Seketika ia menjetikkan tangannya dan kini diriku dan dirinya sudah berada di sebuah kastil yang sangat megah.
[:: Wiyan ::]
Entah berapa lama aku berada di dalam baju kotor peri rumah ini. Sepertinya dia kecanduan bekerja, karena sudah lama dia terus bekerja dan bekerja. Apakah dia melupakanku?
Akhirnya. Peri rumah itu berhenti. Dia duduk. Menyandarkan punggungnya yang kecil. Dan--ia tidak melupakanku! Ia mengeluarkanku dari saku dan menimangku seksama. Memperhatikanku.
"A-apakah ini yang mereka s-sebut Galleon?" bisik peri rumah itu. Oh ya! Aku baru sadar kalau peri rumah tidak mengenal nilai kami. Peri rumah normal tidak menyukai uang, yang mereka sukai hanya bekerja. Kecuali kalau ada peri rumah yang abnormal, yang bekerja untuk memperoleh uang. Eh, aku dengar ada seorang peri rumah yang bebas, dan bekerja untuk sekeping Galleon seperti diriku ya?
Aku dibersihkannya dengan ujung pakaiannya yang kotor. Mana bisa bersih ya? Akan tetapiia sudah berusaha. Lalu lagi-lagi aku dimasukkannya ke dalam saku. Peri rumah itu berdiri. Dan,
PLOP!
Ia menghilang dari kastilnya. Muncul kembali di suatu tempat--tunggu! Aku kenal tempat ini, aku hapal baunya!
Gringgots!
Mau apa peri rumah ke Gringgots?
Peri rumah itu mendekati salah satu pegawai--Goblin tentu saja--di sana.
"Sir, bi-bisakah aku bertanya?"
Goblin itu melirik dengan pandangan tak senang. "'Da pa?"
Peri rumah itu mengkerut ketakutan. "I-ini Sir, a-apakah i-ini Galleon?"
"Darimana kau dapatkan? Bukankah peri rumah tidak seharusnya punya uang?"
"A-aku me-memungut--"
Tapi perhatian Goblin itu kemudian beralih padaku. Dengan cermat ia memandangi seluruh tubuhku, kemudian ia membalik ke sisi tubuhku yang lain.
"Galleon ini sudah rusak! Sepertinya terbakar. Kau dapat dari mana? Seharusnya Galleon rusak tidak dibuang, tetapi ditukar dengan yang baru di Gringgots--"
"Eh, a-aku tidak ta-tahu. A-aku menemukannya--"
"Ya sudah!" Goblin itu tak sabaran. Ia mengeluarkan selembar formulir, menulis sesuatu di atasnya, dan memberikannya pada si peri rumah, "Tanda tangan di sini--" Goblin itu menunjuk kolom dalam formulir.
Si peri rumah mencoretkan sesuatu, entah apakah itu memang tanda tangan atau bukan, tetapi Goblin itu puas. Kemudian ia membuka kunci sebuah lemari. Aku menjulurkan leher (tidak, ini hanya kiasan, mana bisa sekeping Galleon punya leher!) mencoba melihat isi lemari itu.
Penuh dengan teman-temanku yang lain! Galleon, Sickle, dan Knuts!
Goblin itu meraih sekeping Galleon dan menutup lemari itu kembali rapat-rapat. Dikuncinya dengan seksama. Baru ia menyerahkan Galleon itu pada peri rumah. "Ini Galleon-mu yang baru!"
Goblin itu kemudian mengambil diriku, dan memasukkanku ke dalam sebuah keranjang. Berdiri dan berjalan ke dalam.
Masih bisa aku dengar suara si peri rumah, lamat-lamat, "Ta-tapi, kalau ini memang Galleon, untuk apa? Aku tidak pernah punya Galleon--"
Aku menggeleng-geleng. Kok ada ya, makhluk seperti dia, tidak membutuhkan uang? Yah, tidak usah memikirkan dia. Sekarang, pikirkan saja nasibku! Mau dibawa ke mana aku?
Goblin itu masuk ke sebuah ruangan. Di situ ada beberapa Goblin lain sedang bekerja, meneliti kepingan-kepingan uang.
"Satu Galleon rusak," sahut Goblin yang membawaku. Ia menyerahkanku pada Goblin yang ada di situ.
Goblin yang satu kemudian menelitiku. Mencatat nomer seriku. Lalu melemparku ke dalam tumpukan Galleon lain. "Yah, kalian akan dilebur lagi, kemudian akan lahir Galleon baru lagi! Selalu akan demikian--"
Goblin itu kemudian membawa keranjang yang sudah penuh berisi Galleon rusak. Aku melihat berkeliling keranjang. Semuanya penuh berisi teman-temanku yang rusak, apakah rusak ringan seperti diriku, atau ada juga yang rusak parah seperti yang di ujung sana, nyaris tinggal setengah. Entah apa yang terjadi dengannya.
Aku kemudian merasakan suhu bertambah panas.
Sepertinya aku ada di tempat peleburan logam. Aku tahu tempat ini. Di sinilah dulu aku dilahirkan...
Aku akan dilebur, kemudian akan lahir Galleon baru lagi!
Baiklah. Jadi, selamat tinggal semuanya! Sampai jumpa pada penampakkanku yang baru nanti!
Keranjang tempatku berada dimiringkan. Galleon-Galleon yang ada ditumpahkan pada api yang menyala-nyala.
FIN
Ada suara-suara orang berbicara, suara mereka tidak seperti suara para Goblin yang kasar dan serak. Ini suara manusia.
Tiba-tiba kantung terbuka. Sebuah tangan masuk dan meraihku ke atas. Tangan Mr.Weasley. Rupanya ia bekerja di Kementrian Sihir, siang ini Mr.Weasley mengambil gajinya di Gringotts. Ia terlihat senang.
Mr.Weasley memasuki sebuah toko di Diagon Alley.
"Oh, hello, Mr.Weasley! Aku sudah menunggu kedatanganmu! Tidak seperti biasanya Mrs.Weasley menjahitkan jubah di sini...eh, maaf.. tapi pasti ini karena untuk hadiah kejutan, bukan? " Madam Malkin menyambutnya dengan ramah.
"Ya, begitulah. " jawab Mr.Weasley singkat, "5 galleon, 10 sickles and 5 knuts. Mudah-mudahan saya tidak salah hitung." Aku berpindah dari tangan Mr.Weasley, bersama teman-temanku, ke atas meja counter tua dari kayu mahoni.
"Ah, terima kasih! Kuharap Mrs.Weasley senang dengan jubah ini. Ini dia kotak jubahnya. Salam untuk Nyonya, Mr.Weasley."
"Baik, pasti saya sampaikan." Mr.Weasley mengangguk sopan, keluar dari toko, meninggalkan aku di sini.
[ Anne ]
Disinilah aku, teronggok didalam sebuah kotak kayu tempat menyimpan uang lainya, "satu dua tiga empat..." hitungku, ada sekitar 20 galleon disini, pemilik toko jubah ini gemar memilah dan menyendirikan antara galleon, sickles dan knuts, ya terkadang aku sering melihat pendaran cahaya emas yang terpantul dari sinar matahari tatkala kotak berisi galleon ini dibuka.
"dua... tigaa... empat!" sudah berapa hari aku terongok di kotak galleon ini, bisa dimaklumi, sebagai mata uang terbesar, kami jarang digunakan untuk kembalian dan paling sering terjadi adalah kami disetorkan kembali ke gringots untuk disimpan atau digunakan lagi untuk membeli barang baru.
"madam! bisakah saya menukar 85 sickles ini untuk 5 galleon? dompet saya sudah tidak cukup memuat sickles ini!" terdengar suara dari luar kotak galleon, sebuah suara lembut wanita.
"baiklah?" ucap madam malkin sambil merongoh beberapa galleon dari kotaknya, satu galleon, dua galleon, tiga galleon, empat galleon... dan aku... dia mengambil aku dari tumpukan galleon tersebut... "dia mengambil akuuu!" teriakku, tentu tak ada manusia yang bisa mendengar apalagi bercakap dalam bahasa koin uang
"satu, dua tiga empat lima galleon!" kata madam malkin sambil menyerahkanku berserta galleon lainnya ke tangan seorang wanita cantik berumur 30 tahunan, tanggannya kasar banyak luka parut disana sini, apa yang dilakukan oleh wanita ini? pikirku saat dia mengenggamku dengan tanggannya yang penuh luka parut
dengan berhati-hati dia memasukkan aku ke dalam sebuah dompet berwarna hijau toska, tampaknya terbuat dari bahan suede, entah dari sapi jenis apa. "terima kasih madam!" ucap wanita itu sambil mengangguk ke madam malkin lalu pergi keluar dari toko jubah
wanita itu terburu-buru meninggalkan toko Jubah madam Malkin, dari langkahnya yang dipercepat orang pasti melihatnya seperti orang yang sedang dikejar Banshee, kali ini langkahnya terhenti tatkala dia sedang di depan Eeylops Owl Emporium...
"EDWAAAAAAARD!" teriak wanita itu, dari suaranya dia terdengar menggelegar dengan nada marah!
"bell... bella! kenapa kamu ada disini, aku kira kamu sedang kerja!" ucap seorang pria bernama edward...
"GILA LOE YA! gue rela kerja banting tulang merawat naga peliharaan tetangga demi nambahin ongkos buat liburan kita ke Bali indonesia, LOE MALAH MAEN GILA ama PEREMPUAN LAIN????!!!"
"bell belaa.. sabar dulu!" kata edward
Bella sudah tak bisa menahan amarahnya, dia mengambil tongkat dari tasnya kali "BOMBARDAA... MAXI..."
"EXPELIARMUS!" belum sempat Bella mengucapkan manteranya, sebuah mantera pelucut senjata sudah terlempar dan tongkat Bella sudah terlempar keudara...
"kurang ajar kau Edward!" kali ini Bella mengambil dompetnya, iya dompet yang didalamnya ada aku, Bella melemparkan dompet warna hijau toska itu tepat ke muka edward! seketika, aku dan para teman galleon, sickles, knuts berhamburan keluar dari dompet...
aku sendiri melayang beberapa kaki keudara lalu terjatuh dan tergelinding di bawah sebuah etalase suram diantara kandang-kandang burung hantu...
[sakamoto kiki]
Ah, Sempurna! Belum seminggu aku mewujud harus berakhir di antara tumpukan kotoran. Para burung hantu yang bodoh itu tak tahu bahwa mereka sedang dikunjungi oleh sekeping logam paling berharga di dunia sihir. Sekeping Galeon. AKU!!
CROT!!
Badanku yang mengilap segera saja tertutup kotoran segar dengan manisnya. Sebagai sesosok gentleman (aku bukan orang, dan ya, aku merasa diri ini laki-laki) emosiku tak boleh terpancing. Aku mengulang-ulang nomer seriku untuk menurunkan emosi. Setelah 10 kali mengulang aku kembali tenang. Suasana juga kembali tenang saat sepasang manusia tadi menghentikan pertengakaran hebohnya yang sangat menarik-perhatian-sekitar.
Berjam-jam kemudian aku masih tergeletak tanpa seorang pun yang menyadari kehadiranku. Sore telah menjelang. Pengunjung Diagon Alley perlahan namun pasti mulai menyusut. pemilik toko memasukan kandang-kandang binatang jualannya ke dalam toko. aku ditinggalkan sendirian dengan kotoran 3 kali lebih banyak dari semula.
Putus Asa adalah nama yang hendak aku sematkan ketika tiba-tiba sebuah gigi berliur menyentuhku. Sejak pertama mewujud aku sudah diberi pengetahuan mengenai macam-macam hal. Maka bukan sesuatu yang mengherankan jika aku tahu bahwa seekor Crup sedang mengigitku.
PLUK.
Aku berpindah dari mulut ke tangan seseorang. "Apa ini?" ucap si pemilik tangan, pria. sepertinya dia buta karena alih-alih melihat, dia malah mengendus dan menjilatku (kotoran burung hantuku dijilat!? Yeeek!).
"Lagi-lagi kau bawa barang tak berguna." Komentar si pria. aku SANGAT terhina mendengarnya.
"Ya, kurasa itu memang tak berguna." Terdengar suara pria yang lain. "Will, coba aku lihat!"
"Wah, tak kukira bisa bertemu dengan kau disini, Rave." Balas Will terkejut namun tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. "Sedang tak bertugas rupanya?"
"Kau tahu lah... Auror pada masa seperti ini tak benar-benar diperlukan. Tugas kami sekarang hanya memburu para pengutil atau melerai duel tak berguna."
"Bagaimana kalau kita pergi minum ke Leaky Couldron?" Ajak Will.
"Aku masih ada sedikit urusan disini. Kau pergilah duluan." Rave mengaduk kantong uangnya dan mengeluarkan 4 Sickle. "Aku yang traktir!"
Will menerima pemberian Rave dengan muka berseri. "Makasih 4 sicklenya!"
"Aku senang jika bisa membantu teman." Dia memasukanku kedalam kantong. "Dan aku simpan rongsokan dari peliharaanmu."
Dengan satu anggukan, Will pergi menuju Leaky Couldron. "Dasar bodoh!" Ucap Rave sambil terkekeh.
[Hinata]
Setelah itu, aku disimpan di dalam kantong Rave selama sebulan. Aku bosan, aku ingin berpindah!
Seakan memendengar ucapanku, Rave mengeluarkanku dari kantongnya dan berkata kepada seseorang,
"Hmm, dimana barang yang mau kau lelang padaku, Mrs.Granger?"
"Oh, itu di sini!Aku menyimpannya!Kau jadi membelinya?" tanya Mrs. Granger penuh harap
"Ya, tunjukkan padaku maka aku akan membelinya.."
"Nah, ini! Kau mau membeli kacamata bekas Harry Potter?Berapa kau tawar?"
"Bagaimana kalau 10 galleon dan 6 sickle?"
"Ya sudahlah, bagaimanapun penawaranmu paling tinggi dari semua orang di lelang kemarin.."
"Ya. Aku selalu mendukungnya. Anak hebat, Harry Potter. Aku rela mengeluarkan uangku untuk mengoleksi barang-barangnya" kata Rave serius
HORE! Aku akan berpindah sebentar lagi!
Lalu Rave-pun mengambilku bersama kesembilan galleon lainnya dan beberapa sickle itu. HORE!!Akhirnyaa...
Rave bertanya, "Untuk apa kau menjualnya Mrs.Granger?Kau tahu?Semua orang pasti mengagumimu kalau kau memiliki kacamata itu"
Mrs. Granger memandangku dengan penuh syukur. Dia bergumam, "aku sudah berjanji pada Harry akan memberikannya pada S.P.E.W., tapi mungkin aku akan membelikannya untuk keperluan sehari-hari, aku tak tahu pasti.."
Rave mengangkat alisnya dan pergi. Ah, siapa Harry Potter itu? sepertinya dia sangat terkenal. Tapi aku tak peduli, pokoknya aku sudah berpindah!
[Patricia]
----
Hmmmmhhh...haaahh.. Dikantung ini begitu harum dan nyaman. Sudah lama rasanya aku terjebak di dalam kantong apak Rave. Kalian pasti bertanya mengapa aku bisa tahu bahwa disini lebih nyaman. Aku hanya berfikir dan menganalisa apa yang orang lakukan di sekitar Rave, terutama para wanita. Aku senang mendengar suara wanita-wanita yang kadang berada dekat dengan Rave. Hey, bukannya sudah ku katakan aku menganggap diriku laki-laki, dan laki-laki sangat wajar kan menyukai wanita?! Apalagi suara mereka yang indah.
Oh, oke balik ke topik semula. Selama bersama Rave, aku mendengar beberapa teman wanitanya selalu berkomentar –dengan nada suara aneh- bahwa Rave itu bau. Dan yah, memang sepertinya Rave tidak pernah mencuci jubahnya untuk waktu yang lama. Kantong tempat aku berdiam diri selama bersama rave adalah kantong gelap yang cukup lembab. Wajar saja kalau dia bau, ditambah Rave suka sekali pergi ke sebuah kafe dan memesan wiski api. Lalu selalu selang beberapa lama setelah itu dia mulai berbicara melantur, dan jika berdiri, aku akan ikut bergoyang membentur beberapa teman koinku yang lain yang berada di dalam kantong. Ada saatnya aku hanya berdiam diri, kurasa itu saat Rave menaruh jubahnya. Berada di dalam kantong Rave membuatku merasa lengket. Euh..
Dan saat aku berpindah ke kantong uang Mrs. Granger, aku merasa sangat bebas. Disini begitu sejuk, dan tidak lembab. Terasa jauh lebih bersih ketimbang berada di kantong Rave. Dan sepintas tadi aku melihat wanita yang bernama Mrs. Granger itu ternyata cantik dan sangat ramah. Terlihat dari beberapa orang yang bertemu dengannya selalu menyapanya dengan lembut. Ah, senangnya berada di kantong orang yang baik seperti ini. Rasanya aku ingin terus berada disini saja tanpa harus berpindah lagi.
Aku mendengar Mrs. Granger beberapa kali memasuki toko-toko dan mengambil beberapa teman galleon ku untuk ditukar dengan beberapa barang yang diinginkannya. Dan setiap tangannya yang lembut masuk melalui mulut kantong, aku selalu berdoa agar bukan aku yang diambilnya untuk ditukar. Semakin Mrs. Granger mengaduk isi kantong uang ini, aku semakin terperosok kesudut kantong. Aku melihat ada sedikit celah yang robek disudut kantong itu. Dan aku juga berdoa agar lubang itu tidak membawaku keluar dari kantong nyaman ini. Untuk kali ini saja, aku tidak ingin berpindah.
Sekarang dikantong ini hanya terdapat beberapa keping teman galleon ku dan cukup banyak kepingan teman sickleku. Beberapa dari mereka sudah terlihat usang, dan dengan bangga aku mengatakan, aku masih yang paling berkilau diantara mereka. Haha.
Kali ini aku merasa Mrs. Granger memasuki sebuah toko yang cukup ramai dipadati orang. Karena aku dapat mendengar banyak suara orang yang sedang berbicara.
“Hai Mum, apa kau sudah selesai?” Terdengar sebuah suara lembut dari seorang wanita menyapa Mrs. Granger. Kelihatannya masih muda.
Aku merasa kantong tempatku berada dijatuhkan keatas sebuah meja, dan sepertinya aku berada diantara Mrs. Granger dan seorang gadis.
“Sudah sayang. Ayo kita pulang.” Mrs. Granger menjawab pertanyaan gadis didepannya.
“Oke. Tunggu sebentar Mum, aku akan menemui Tom untuk membayar Butterbeer ini.” Gadis ini sepertinya anak perempuan Mrs. Granger. Pasti cantik seperti ibunya.
Mrs. Granger mengangkat kantongku dari meja dan membawanya memasuki tempat yang sangat luas dan terang. Terdengar beberapa mesin menderu dikejauhan. Aku merasa mereka mulai berjalan.
Setelah beberapa menit berlalu, aku mendengar gadis itu berkata, “Mom, sebelum pulang aku ingin ke rumah keluarga Weasley dulu. Aku sudah berjanji akan menemui Ginny disana. Tak apa kan?”
“Tentu saja, sayang. Aku juga ingin bertemu Mrs. Weasley. Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumahnya. Taksi!” Mrs. Granger terdengar memanggil seseorang. Entah siapa itu taksi.
Kali ini aku berfikir bahwa aku berada di sebuah tempat yang cukup dingin. Suhu udara di ruangan ini redah, dan aku merasa aku tidak banyak bergerak. Hanya saja aku merasa tubuhku bergetar, dan bergoyang pada beberapa waktu. Aku mendengar lebih banyak lagi mesin yang sepertinya berjalan melewati sisi samping kami. Entah benda macam apa ini. Aku merasa aneh berada didalamnya. Satu hal yang pasti, betapa bahagianya aku mendengar suara wanita-wanita ini yang mengobrol dengan asiknya. Suara mereka terdengar renyah. Aku tidak tahan untuk tidak tersenyum. Haah, betapa indahnya hidup ini.
Tubuhku terasa semakin dingin saja. Teman-teman sickle ku terasa mulai mendesakku semakin kebawah. Robekan diujung kantong ini rupanya sudah semakin besar. Sekali benturan keras saja cukup membuatku keluar dari katung nyaman ini. Ugh, seandainya aku punya tangan untuk mendorong kembali tubuhku kedalam kantong, atau setidaknya untuk menahanku jatuh.
BUG!!
Ruangan –atau benda- ini berhenti mendadak. Dan ah, aku benar-benar sudah keluar dari kantong Mrs. Granger. Tidaaakk!! Aku ingin kembali ke kantong itu!
“Ada apa Sir? Kenapa mendadak mobil berhenti?” Mrs. Granger bertanya kepada seseorang.
“Maaf Ma’am, kelihatannya ada masalah dengan mesinnya.” Sahut suara lelaki yang baru kali ini aku perhatikan.
“Apa kerusakannya parah?” Tanya gadis yang berada bersama Mrs. Granger. Dari percakapan yang mereka lakukan tadi, aku dapat mengetahui namanya, Mione.
“Sepertinya cukup parah Miss.” Jawab laki-laki itu. Kudengar suara pintu dibanting. Dan sebuah suara seperti besi yang diangkat terdengar di kejauhan. Kali ini aku mendengar pintu dibuka disampingku. Aku terseret kesamping dan semakin turun saat Mrs. Granger menggeser tubuhnya untuk keluar dari ruangan sempit ini. Aaaargh, aku tertinggal! Mrs. Granger meninggalkanku di dalam ruangan –atau benda- aneh ini. Aku terjerembab daintara tempat yang kurasa untuk pijakan kaki. Karena disini tercap beberapa jejak kaki manusia. Sekali lagi aku mendengar pintu dibanting di depanku. Aku hanya dapat tertegun melihat bahwa Mrs. Granger meninggalkanku di ruangan –atau benda- yang entah apa namanya ini.
Masih dengan keadaan shock, aku mendengar Mrs. Granger dan anak gadisnya –yang ternyata memang cantik- berjalan menjauhiku. Tidak, Tidaaakk!! Mereka meninggalkanku. Oh kantongku yang nyaman. Seandainya aku benar-benar memiliki tangan, aku bisa mencengkeram kantong itu agar tubuhku tidak jatuh tadi. Dan kini mereka semakin menjauhiku. Tidaakk!
[:: Astrin ::]
cukup lama aku merutuki nasib buruk yang sedang kualami sementara bunyi-bunyian menggema dari luar 'taksi'. baru pada hitungan ke-8956 terasa sekelilingku kembali bergetar seperti sebelumnya. benda bernama taksi melaju kembali (sepertinya taksi ini mirip dengan karpet terbang yang beratap)
hitunganku belum genap seribu ketika pintu kembali membuka. seorang pria masuk sambil menyebutkan beberapa buah kata, sepertinya nama sebuah tempat. sebuah benda berat berdebam di sebelahku.
"Halo, Phil" Ujar si sopir.
"Oh, hai, Syd. aku tak tahu kalau kau jadi sopir taksi sekarang?!" Ujar Phil.
"Perekonomian sulit pada masa sekarang ini." Jawab si sopir yang kini kutahu namanya Syd.
"Yaah... begitulah. Perusahaanku juga sedang tidak begitu baik perkembangannya."
"Kudengar kau kehilangan putramu, Collin, dua tahun yang lalu. Aku ikut berduka mendengarnya."
kudengar satu helaan napas berat dari Phil. "Yaah begitulah hidup. Collin meninggal tak lama setelah kami pindah rumah."
aku merasa akan jadi gila jika harus terus mendengarkan pembicaraan macam ini. Taksi bergoyang-goyang lembut membuatku menggelinding kesana-kemari. aku merindukan berada dalam kantong uang.
"Pahlawan besar dia. menyelamatkan junior-juniornya dari kebakaran." kata Syd.
"Ya, kami bangga mendengar hal tersebut dari para gurunya ketika mereka mengantar jenasah Collin ke rumah."
"Dimana sih Hogwart itu? kok aku rasanya tidak pernah dengar!?"
Hogwart? HOGWART? HOGWART!? apa mungkin 'Collin' ini murid Hogwart? seketika itu juga aku tahu harus bisa ikut Phil pulang! semoga saja ada seseorang yang tahu sebenarnya aku ini apa dan membawaku ke dunia sihir.
kali ini aku tak hanya menggelinding tanpa tujuan. aku harus bisa masuk dalam benda besar di sebelah kaki Phil.
taksi bergoyang ke kiri, aku menggelinding ke kanan... Hup!... gagal...
berkali-kali aku mengalami kegagalan sebelum akhirnya pada percobaan ketujuh aku berhasil masuk dalam celah kecil di bawah benda itu. waktu yang sangat tepat karena belum aku menghitung dua. taksi berhenti dan Phil keluar. kurasakan udara segar. sesegar perasaanku yang akan kembali ke dunia sihir. AKHIRNYA.....
[:: Hinata ::]
Huft, sudah dua hari ini, aku tak tahu keberadaan ku sekarang ini. yang ku tahu aku berada di sebuah benda gelap dengan bau kain berkeringat ini. Lama-lama aku mulai bosan dengan keberadaan ku disini.
Tiba-tiba, cahaya mulai merekah. perlahan dan lama-lama menjadi terbuka lebar. oh, ternyata kini ku sudah berada di dunia kelahiranku. satu persatu phil mengeluarkan kain-kain baunya. dan tak lama "Criiiinnggg..." ku menggelinding diatas lantai kayu yang bersih. Phil terbuyar dari lamunannya. dia mulai memandang diriku. "Sejak kapan kau disini Galleon manis?" dan dia mulai mengangkat ku menju sakunya yang rapi itu.
Senandung phil semakin membuat ku menjadi tenang. Sesaat, bau Pakaian terbakar mulai tercium. "Ada apa ini?" seruku dalam hati. "K..K....Keba... KEBAKAAANNN!!!" seru Phil. kini ku malai dirundung ketegangan lagi. Phil berlari dan tak sadar, kini aku pun terlempar dari kantong bajunya. "Ouch..." seru ku ketika ku mulai menggelinding diatas koaran api. aku mulai khawatir... akan kah diriku menjadi gosong? atau mungkin lebih parah,Meleleh? aku menangis. dan tak tau apa yang harus ku perbuat. ku semakin khawatir. badan ku kini mulai memanas. "AAaaa..." Jeritku.
Sambil menangis aku menyadari. walaupun berteriak sekeras mungkin, tak bakal ada orang yang mau menolongku. aku hanyalah Galleon yang tidak lebih penting daripada nyawa para penyihir-penyihir itu. aku haya bisa menangis dan menyesali. sesal mengapa diriku hidup menderitaa. sesal mengapa aku berakhir dengan cara ini.
Tak tahu dari mana datangnya, sebuah tangan berkeriput tiba-tiba saja mengambilku. ia berlari menuju keluar bangunan tersebut. "Oh, betapa beruntungna diriku.." batinku senang. dengan tergesa-gesa ia berlari menuju seorang Penyihir bangsawan yang terlihat berwajah angker tersebut. bahkan, tikus pun mungkin bisa mati ketakutan jika melihatnya. "Dasar! Peri Rumah BODOH!! kenapa kau Lambat sekali tadi? Kalau kau mati siapa yang mengurus rumah ku?!" Serunya sambil menampar. "Maaf tu...tuan..." Katanya sambil menyembunyikan diriku di belakang baju Kotornya.
"Sekarang cepat kau bersihkan rumah ku! CEPATT!!" "B..ba...Baik Tu..Tuan"
Seketika ia menjetikkan tangannya dan kini diriku dan dirinya sudah berada di sebuah kastil yang sangat megah.
[:: Wiyan ::]
Entah berapa lama aku berada di dalam baju kotor peri rumah ini. Sepertinya dia kecanduan bekerja, karena sudah lama dia terus bekerja dan bekerja. Apakah dia melupakanku?
Akhirnya. Peri rumah itu berhenti. Dia duduk. Menyandarkan punggungnya yang kecil. Dan--ia tidak melupakanku! Ia mengeluarkanku dari saku dan menimangku seksama. Memperhatikanku.
"A-apakah ini yang mereka s-sebut Galleon?" bisik peri rumah itu. Oh ya! Aku baru sadar kalau peri rumah tidak mengenal nilai kami. Peri rumah normal tidak menyukai uang, yang mereka sukai hanya bekerja. Kecuali kalau ada peri rumah yang abnormal, yang bekerja untuk memperoleh uang. Eh, aku dengar ada seorang peri rumah yang bebas, dan bekerja untuk sekeping Galleon seperti diriku ya?
Aku dibersihkannya dengan ujung pakaiannya yang kotor. Mana bisa bersih ya? Akan tetapiia sudah berusaha. Lalu lagi-lagi aku dimasukkannya ke dalam saku. Peri rumah itu berdiri. Dan,
PLOP!
Ia menghilang dari kastilnya. Muncul kembali di suatu tempat--tunggu! Aku kenal tempat ini, aku hapal baunya!
Gringgots!
Mau apa peri rumah ke Gringgots?
Peri rumah itu mendekati salah satu pegawai--Goblin tentu saja--di sana.
"Sir, bi-bisakah aku bertanya?"
Goblin itu melirik dengan pandangan tak senang. "'Da pa?"
Peri rumah itu mengkerut ketakutan. "I-ini Sir, a-apakah i-ini Galleon?"
"Darimana kau dapatkan? Bukankah peri rumah tidak seharusnya punya uang?"
"A-aku me-memungut--"
Tapi perhatian Goblin itu kemudian beralih padaku. Dengan cermat ia memandangi seluruh tubuhku, kemudian ia membalik ke sisi tubuhku yang lain.
"Galleon ini sudah rusak! Sepertinya terbakar. Kau dapat dari mana? Seharusnya Galleon rusak tidak dibuang, tetapi ditukar dengan yang baru di Gringgots--"
"Eh, a-aku tidak ta-tahu. A-aku menemukannya--"
"Ya sudah!" Goblin itu tak sabaran. Ia mengeluarkan selembar formulir, menulis sesuatu di atasnya, dan memberikannya pada si peri rumah, "Tanda tangan di sini--" Goblin itu menunjuk kolom dalam formulir.
Si peri rumah mencoretkan sesuatu, entah apakah itu memang tanda tangan atau bukan, tetapi Goblin itu puas. Kemudian ia membuka kunci sebuah lemari. Aku menjulurkan leher (tidak, ini hanya kiasan, mana bisa sekeping Galleon punya leher!) mencoba melihat isi lemari itu.
Penuh dengan teman-temanku yang lain! Galleon, Sickle, dan Knuts!
Goblin itu meraih sekeping Galleon dan menutup lemari itu kembali rapat-rapat. Dikuncinya dengan seksama. Baru ia menyerahkan Galleon itu pada peri rumah. "Ini Galleon-mu yang baru!"
Goblin itu kemudian mengambil diriku, dan memasukkanku ke dalam sebuah keranjang. Berdiri dan berjalan ke dalam.
Masih bisa aku dengar suara si peri rumah, lamat-lamat, "Ta-tapi, kalau ini memang Galleon, untuk apa? Aku tidak pernah punya Galleon--"
Aku menggeleng-geleng. Kok ada ya, makhluk seperti dia, tidak membutuhkan uang? Yah, tidak usah memikirkan dia. Sekarang, pikirkan saja nasibku! Mau dibawa ke mana aku?
Goblin itu masuk ke sebuah ruangan. Di situ ada beberapa Goblin lain sedang bekerja, meneliti kepingan-kepingan uang.
"Satu Galleon rusak," sahut Goblin yang membawaku. Ia menyerahkanku pada Goblin yang ada di situ.
Goblin yang satu kemudian menelitiku. Mencatat nomer seriku. Lalu melemparku ke dalam tumpukan Galleon lain. "Yah, kalian akan dilebur lagi, kemudian akan lahir Galleon baru lagi! Selalu akan demikian--"
Goblin itu kemudian membawa keranjang yang sudah penuh berisi Galleon rusak. Aku melihat berkeliling keranjang. Semuanya penuh berisi teman-temanku yang rusak, apakah rusak ringan seperti diriku, atau ada juga yang rusak parah seperti yang di ujung sana, nyaris tinggal setengah. Entah apa yang terjadi dengannya.
Aku kemudian merasakan suhu bertambah panas.
Sepertinya aku ada di tempat peleburan logam. Aku tahu tempat ini. Di sinilah dulu aku dilahirkan...
Aku akan dilebur, kemudian akan lahir Galleon baru lagi!
Baiklah. Jadi, selamat tinggal semuanya! Sampai jumpa pada penampakkanku yang baru nanti!
Keranjang tempatku berada dimiringkan. Galleon-Galleon yang ada ditumpahkan pada api yang menyala-nyala.
FIN