Mohon maklum, cerita ini adalah arsip lama kami, cerita dibuat tahun 2002 saat serial Harry Potter belum tamat, sehingga mungkin ada alur cerita, dan penokohan yang kurang tepat.
Disclaimer: Harry Potter dan karakter lainnya © JKR, pemegang copyright cerita HarryPotter-- kecuali plot dan hasil pemikiran penulis. Fanfic ini dibuat hanya untuk hiburan semata dan tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan material apapun.
Rated: T - B.Indonesia -
Partisipan: Wita76, Anne, Rezi, dan ambudaff
1. Kembali ke Dunia Muggle
“Ingat, Potter. Bos minta secepatnya,"
“Untuk apa lagi sih dia meminta aku, Ron, dan Hermione menghadapnya segera? Apa para Death Eater itu mengacau lagi? Baru saja kemarin kami menangkap tiga," Harry Potter berbicara pada sebuah kepala yang nongol di perapian.
---
“Yah, mereka kan kagak ade matinye. Datang sajalah, Potter, dan dengar dia ngomong apa. Tapi, ya, terserah kau. Pokoknya aku sudah menyampaikan. Bye," katanya sebelum bergegas menghilang dengan bunyi pop pelan.
Harry Potter, pemuda gagah berusia dua puluh tahun, sejak lulus sekolah dua tahun lalu bekerja sebagai Auror di Departemen Penegakan Hukum Sihir, Kementrian Sihir. Kebetulan pula, kedua sohibnya semasa sekolah, Ron Weasley dan Hermione Granger, diterima di tempat yang sama. Bertiga, mereka sudah sering berhasil menjalankan berbagai operasi penting, seperti pelacakan dan penangkapan para Death Eater yang masih berkeliaran walaupun bos besar mereka, Dia yang Tak Boleh Disebut, sudah ditaklukkan. Harry dan kedua temannya berperan dalam penaklukan besar itu.
Harry segera meraih perkamen dan menulis surat pendek untuk Hermione. Surat itu segera diikatkannya di kaki Hedwig, burung hantu saljunya yang setia.
“Cepat kirimkan, ya. Dan, cepat pulang," katanya membelai Hedwig
sebelum melepasnya lewat jendela.
Harry kembali ke perapian, mengambil serbuk halus dalam toples kecil
di sampingnya dan melemparnya ke perapian.
“Hei, Ron!” teriaknya sambil memasukkan kepala ke api kehijauan yang
menyembur dari perapian.
Segera dapur keluarga Weasley terpampang di depan matanya. Ron yang
mulutnya masih sibuk mengunyah sandwich berjongkok di depan perapian.
“Fai, Yarry," katanya dengan mulut penuh.
Bentakan keras segera terdengar di belakangnya. “Sudah berkali-kali
ibu bilang, jangan bicara kalau sedang makan,"
Mrs. Weasley cepat berpaling pada Harry. “Hai Harry, apa kabar,"
sapanya.
Harry membalas sopan, bicara lagi pada Ron. “Hei, Bos menyuruh kita
datang. Kutunggu setengah jam lagi di kantor. Hedwig sudah kukirim pada
Hermione. Salam buat ibumu, bye,"
Setengah jam kemudian, setelah berpamitan pada Remus Lupin yangrumahnya dia tempati (Sirius Black sekarang mengajar DADA di Hogwarts), Harry berdisapparate. Dia muncul di depan kantor Auror, hampir bersamaan dengan Hermione. Setelah saling ber-hai, mereka masuk dan menunggu. Ron menyusul tak lama kemudian. Ketiganya segera minta ijin menemui Kepala Auror, Mr.Hoover.
Mr. Hoover langsung ke pokok permasalahan. “Mata-mataku menyebutkan
kalau para Death Eater punya rencana untuk mengacaukan kota-kota muggle. Mereka hendak menyusup ke tengah muggle, ke tengah para penjahat muggle, dan membuat kekacauan.
Beberapa Auror kutugaskan ke tempat-tempat sasaran mereka, termasuk kalian. Tugasnya adalah menggagalkan rencana mereka dan tetap menjaga kerahasiaan komunitas sihir. Untuk tugas ini kalian juga harus menyusup dan tinggal bersama muggle. Ini tentu tidak sulit buat kalian Potter dan Granger. Kalian bisa mengajari Weasley nanti,"
Ron menelan ludah. Seperti kebanyakan penyihir berdarah murni lainnya, kehidupan muggle adalah hal yang paling dihindarinya. Tapi dia tahu benar, Mr. Hoover pantang mendengar penolakan. Tugas tetap tugas. Setiap Auror harus melaksanakan setiap tugas yang diberikan padanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Begitulah bunyi point kedua dari The Five Famous Hoover’s Doctrine.
“Mereka mengincar uang muggle. Bank-bank muggle tidak punya pengamanan seketat Gringotts. Awasi juga lokasi barang-barang berharga lain, yang mungkin juga mereka incar," geramnya.
“Mengenai tempat tugas, kalian akan ditugaskan di Surrey. Kalian
pasti tahu tempat itu. Kota tempat kau menghabiskan masa kecil, Potter. Aku juga telah mengatur penyusupan kalian. Kau akan tinggal di rumah pamanmu Potter. Kau pasti senang, heh," delik Mr. Hoover.
“Oh, no," keluh Harry, hanya dalam hati, sebab dia segera ingat point keempat The Five Famous Hoover’s Doctrine. Setiap Auror harus siap bertugas di mana pun dan dalam keadaan apa pun.
“Aku mengatur keberadaan kalian di kepolisian Muggle. Mengenai tempat tinggal untuk Granger dan Weasley ...,"
“Bibi jauhku tinggal di Surrey, Sir. Kurasa cukup aman kalau aku tinggal bersamanya," potong Hermione cepat.
Dia langsung mengkerut dipelototi Mr. Hoover. Tapi Mr. Hoover tidak marah. Malah, “Kalau begitu, aturlah supaya Weasley bisa tinggal bersamamu," desisnya.
Hermione terdiam. Dia tak yakin bibinya mau menerima teman lelakinya. Ketika di luar dia membicarakan dengan Harry, Harry menolak kemungkinan Ron tinggal bersamanya di rumah Dursley.
“Percayalah, menerimaku seorang saja mereka pasti sangat keberatan,"katanya meyakinkan.
Mau tak mau mereka menerima pengaturan yang ditawarkan Mr. Hoover.
Dua malam kemudian, Harry ber-Apparate di Privet Drive. Dia sengaja memilih waktu malam agar tak ada tetangga terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba.
Dengan hati lebih berat dari kopernya, Harry berdiri di depan pintu rumah no. 4 di Privet Drive. Hampir dua tahun sudah rumah itu ditinggalkannya, sejak Sirius mengajaknya tinggal bersamanya dan Remus. Apa kata mereka kalau melihatnya muncul?
Pintu depan rumah keluarga Dursley terlihat tua dan tidak terurus.
Bola lampu di teras depan mulai redup dan Harry bisa melihat sarang laba-laba yang hampir setengah jadi tepat di atas pintu depan rumah.
Harry terdiam sesaat. Ia ingat betul kenangan buruknya selama tinggal di sana. Dua tahun meninggalkan rumah ini "such as a great escape" buatnya. Sirius Black sudah seperti ayahnya sendiri, dan meski mereka hidup sederhana setidaknya Harry bisa merasakan ikatan kasih sayang yang sudah lama hilang.
Harry memencet bel rumah keluarga Dursley.
Sekali.
Dua kali.
Belum ada jawaban, hingga ia mendengar langkah kaki yang ringan, ia hafal betul itu pasti Bibi Petunia. Omelannya seperti menandingi jumlah tiap langkahnya.
"Ya! Ya! Aduuuuuh..tunggu dong! Aku heran, malam-malam begini masih
ada saja yang terpikir buat ganggu istirahat orang lain!"
Kunci pintu dan gerendel dibuka.
Harry berusaha melupakan kenangan buruk dan mencoba meyakinkan dirinya ia tahan untuk menghadapi "cobaan" tinggal di keluarga menyebalkan ini.
Di depannya sinar lampu dari dalam keluar bersamaan dengan sosok Bibi
Petunia yang terlihat jauh lebih tua. Masih terlihat kurus, sasak rambut yang kusut dan kulit muka bertambah keriput. Ditambah lagi sikap Bibi Petunia yang melotot tidak percaya melihat Harry ada di depannya.
"Malam, Bibi Petunia..," salam Harry.
"Kau..kapan..tapi.," Bibi Petunia menjawab sambil sedikit mundur dan
membuka pintu lebih lebar agar Harry bisa masuk.
"Masuk, Harry. Kau mengagetkanku saja!" hentak Bibi Petunia setelah
berhasil kendalikan rasa kagetnya.
Harry masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Ia lalu memindahkan kopornya ke sisi dan mengikuti Bibi Petunia ke dapur.
"Apa yang kau kerjakan di sini? Dua tahun pindah dari sini tanpa beri
kabar.," omel Bibi Petunia.
Harry bingung, tidak biasanya Bibi Petunia atau siapa pun penghuni
rumah ini yang memperhatikan keberadaannya. Ia masih bingung apakah Bibinya
hanya basa-basi atau memang mencarinya.
"Maafkan aku Bibi. Aku seharusnya mengirimkan surat lewat Hedwig,"
Bibi Petunia menyerahkan secangkir air putih di sebuah cangkir tua
pada Harry. "Hedwig?" tanyanya bingung.
"Err..maaf, burung hantuku, Bibi," jelas Harry sambil menerima cangkir itu.
"Huh! Kalau Vernon sampai tahu burung-burung menyebalkan itu mampir
lagi kemari..,"
Harry teringat Paman Vernon. "Di manakah Paman Vernon?"
"Dia sedang ke South Hampton. Dudley mulai kuliah di sana," Bibi
Petunia menjelaskan, ia lalu mulai beranjak dari tempatnya.
"Kupikir lemari di bawah tangga itu sudah tidak akan muat lagi.
Sebaiknya kau tidur di loteng. Sapu dan seprai baru...kau tau dimana letaknya. Aku mau tidur,"
Harry beranjak dari tempatnya juga. Dan ia baru akan mengangkat kopor
ketika Bibi Petunia berkata, "Meski terasa aneh, aku merasa kepulanganmu kali ini ada gunanya,"
Lalu Bibi Petunia menutup pintu kamarnya. Entah kenapa Harry merasadadanya sesak. Bagaimanapun Bibi Petunia adalah kakak ibunya. Ia belum pernah merasa dihargai, tapi kali ini meski bibinya berkata dengan gayanya yang ketus, Harry merasa lega kedatangannya bisa diterima.
+++
"Ron, Ron... bangun. Aku tak mau Mr. Hoover marah-marah karena kita terlambat mengurus pekerjaan kita di sini. Ron! Ron!
Ayo, bangun!" teriak Hermione sambil mengetuk sedikit menggedor pintu kamar tamu yang ditinggali Ron.
Ron muncul. "Aku sudah bangun," jawab Ron sambil mengibaskan bulu
burung hantu di kemejanya yang kusut.
"Barusan aku menerima perkamen dari Harry. Ayo, bersiap. Ia menunggu kita di depan kafetaria Surrey, The RedBox, jam 9 pagi ini."
Tidak lama, mereka berdua sudah siap dan segera pamit pada Aunt
Hilda, bibi jauh Hermione. "Bye Auntie, jangan tunggu kami makan malam ya, ada kemungkinan kami harus lembur karena ini hari pertama kami bertugas," Hermione melambai pada bibinya yang mengantarkan mereka ke pintu.
"Huahhh, aku kenyang sekali nih, masakan Bibi-mu enak sekali
Hermione, tidak kalah dengan masakan ibuku" Ron dengan masih sedikit mengantuk berkomentar puas.
"Aku sih engga bisa makan enak tadi karena..," belum selesai Hermione
berkata Ron sudah menyambar,
"Aku tahu! pasti karena kamu mikir tugas apa yang kita
akan terima, apakah kita akan diberi fasilitas lengkap ataukah dengan fasilitas seadanya ala Muggle kita harus berjuang keras menutupi kemampuan sihir kita supaya mereka tidak sadar akan keberadaan para penyihir cerdas, pemberani dan tangkas seperti kita, hahaha…" Ron mulai ngelantur sambil tertawa ala Pahlawan Bertopeng, satu karakter yang kemarin dia tonton dari tivi Muggle.
"Ah kau ini Ron, aku bukannya memikirkan hal itu, tapi aku lagi
memikirkan ulah Death Eater ini. Untuk apa mereka mengincar uang muggle sih?
Lagipula selama ini kan tujuan mereka adalah membuat kekacauan bahkan menghabisi para muggle, lalu untuk apa juga mereka motif mereka kali ini adalah uang muggle? Mau dipakai apa uang muggle itu untuk mereka? Coba kau pikirkan itu Ron, aku semalaman tidak bisa tidur juga karena memikirkan hal itu," Hermione menjelaskan sambil menggigit bibir tanda dia lagi berpikir.
"Hmm betul juga seperti yang kau bilang, iya ya, buat apa mereka
mengincar uang muggle yang tidak ada gunanya untuk kita di dunia sihir.
Kemarin juga aku waktu menukarkan knuts dengan uang muggle juga sampai bingung kenapa uang kecil dan bukan dari emas ini mereka incar. Dari yang aku baca di koran muggle, uang yang beredar saat ini justru kualitas logamnya lebih rendah dari edisi sebelumnya, bahkan bahan uang dari emas sudah ditiadakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Kalau uang muggle ini dari emas, aku bisa maklum kalau para Death Eater berniat merampok. Tapi ini? Buat campuran hotdog saja ga laku , hueeexxxx .," Ron mulai ngelantur lagi dengan pemikirannya yang aneh.
"RON WEASLEY!!!" tiba-tiba Hermione berteriak sehingga mengagetkan
para pejalan kaki yang lewat di sekitar mereka bahkan Ron sendiri sampai
meloncat 2 kaki saking kagetnya.
"Apa-apaan sih MISS HERMIONE GRANGER???" Ron balas teriak sambil
siap-siap menunjuk tenggorokannya dengan tongkat sihir sambil mengambil
ancang-ancang teriak 'Sonorus'.
"You're brilliant! That's the keyword, Ron? Kamu sadar ga sih??"
Hermione tidak memperdulikan orang-orang yang mulai menunjuk-nunjuk mereka
sambil geleng-geleng kepala malah ada yang sambil menyilangkan telunjuk ke
dahi.
"Apa? Kamu punya ide ya Hermione?" Ron mulai sadar dengan gelagat
aneh Hermione sekaligus sadar dengan kelakuan mereka di tengah jalan yang so weird ini dan bakalan mengundang perhatian orang banyak. Sehingga dia menarik tangan Hermione ke tengah taman dan mendudukkan dia di bangku taman.
"Sekarang coba tenang, dan ceritakan ke aku pelan-pelan, jangan
tergesa-gesa, kita punya waktu .," Ron melihat jam tangan yang baru dibelinya di Toko Jam Muggle kemarin " .. sekitar 15 menit lagi sebelum kita harus setor muka ke Inspektur Howard Marks".
"Tidak, lebih baik kita panggil Harry dulu, supaya kita bisa
berdiskusi mengenai pemikiranku yang tiba-tiba ini, hmm.. di mana dia ya?"
Hermione mulai memejamkan mata dan menggunakan telepatinya untuk menghubungi Harry.
Tidak lama kemudian *PAFF* Harry muncul di belakang mereka dengan
sedikit terhuyung-huyung karena dia muncul persis di pinggir kolam dan 4,2 senti lagi dia melangkahkan kaki ke depan, dia akan mandi untuk ke-2 kalinya pagi ini.
"Ada apa sih Hermione? Sebenarnya tadi aku sudah tinggal 5 menit lagi
sampai" Harry bergegas menghampiri mereka sambil membetulkan kacamatanya.
"Begini Harry, Ron, aku kan dari kemarin mikir untuk apa para Death
Eater merampok Bank Muggle dan mengincar uangnya? Padahal kan itu tidak bisa dipakai di dunia sihir. Kemudian tadi waktu aku omongin ke Ron, dia menyebutkan hal yang bikin aku punya teori tentang motif mereka," Hermione menjelaskan dengan semangat dan durasi 5 detik.
"Dan teori itu adalah ...," Ron mulai mendramatisir suasana.
Sedangkan Harry dengan sabar menunggu Hermione menyelesaikan teorinya.
"Kata kunci itu adalah MENCAMPUR, waktu Ron tadi sambil lalu
menyebutkan bahwa uang itu untuk campuran hotdog saja tidak enak..,"
Sementara Ron bergumam "..padahal tadi maksudku adalah tidak sambil
lalu tapi memberi ide ke kamu.,"
Hermione dengan tidak sabar menukas, "Ah shut up Ron, kamu memang
cuman ngaku-ngaku.
Aku kemudian berpikir bahwa, apakah para Death Eater itu sedang merancang satu rencana besar yang memerlukan uang muggle untuk campurannya? Kalau iya, berarti kita harus segera mengontak para Auror yang lain untuk coba menyelidiki kebenaran teoriku ini. Kalau ternyata mereka memiliki pemikiran yang sejalan, kita segera kontak Dumbledore, Snape yang ahli ramuan atau siapapun yang bisa membantu kita menemukan hal yang berkaitan dengan kegunaan uang muggle ini," Hermione menarik napas setelah menyelesaikan uraian panjangnya.
Harry setengah mematung setelah mendengarkan uraian Hermione kemudian
seolah ada yang menyadarkan dia menepuk dahinya keras-keras karena tiba-tiba dia menyadari adanya kaitan teori Hermione ini dengan mimpi yang dia alami minggu lalu. Satu mimpi yang sampai sekarang membekas sehingga dia yakin bahwa itu sebenarnya adalah satu pertanda atas kejadian yang marak di dunia muggle saat ini.
Saat mengingat mimpinya itu, dia mulai dihinggapi rasa cemas karena
mimpinya sangat mengerikan bahkan bisa mengakibatkan terbunuhnya orang yang
dekat dengan dia. Dan yang dia ingat lagi, otak di belakang semua ini adalah justru orang yang selama ini dekat juga dengan mereka walau dia tidak bisa melihat dengan jelas sosok orang tersebut atau siapa teman dekat dia yang akan terbunuh....
====
“Hermione, dapatkah kau mencari tahu, untuk apa campuran logam itu
mereka perlukan?” tanya Harry.
“Tentu saja bisa. Tapi aku butuh perpustakaan. Sayangnya tak ada
perpustakaan sihir di sini. Kita perlu ke Hogwarts," kata Hermione.
“Tidak mungkin. Kita kan sedang bertugas di sini," protes Ron.
“Tapi kita bisa mengirim Hedwig ke sana, pada seseorang," gumam Harry
sambil berpikir.
“Siapa? Snape?” tanya Hermione tak yakin.
Mereka bertiga berpandangan. Mereka sama-sama tahu kalau Ahli RamuanHogwarts itu pasti tahu campuran ramuan-ramuan sihir seperti itu. Tapi bertanya padanya?“Itu hal terakhir yang akan aku lakukan," bantah Ron. Hermione mengangguk setuju.
“Hei, ingat point ketiga dari The Five Famous Hoover’s Doctrine.Gunakan segala kesempatan dan sarana yang mungkin untuk membantu keruntuhan sihir hitam. Tidak ada alasan bagi kita menolak meminta bantuan pada Snape," sergah Harry.
“Kalau begitu, kau yang tulis," kata Hermione menyodorkan perkamen,pena bulu, dan tinta.
Harry menggelar perkamennya di bangku taman, berpikir sejenak. Dia mencelupkan pena bulunya ke tinta, dan mulai menulis. Ron dan Hermione berdiri di dekatnya untuk menutupinya dari pandangan orang.
Dear Prof. Snape,
Mungkin perkamen ini sangat mengejutkan Anda, dan mungkin juga tidak menyenangkan Anda. Saat ini kami, saya, Ron Weasley dan Hermione Granger,
sedang melakukan tugas sebagai Auror, dan kami menemukan masalah yang
membutuhkan pengetahuan Anda. Kami perlu tahu untuk apa saja logam campuran digunakan dalam ramuan-ramuan sihir.
Karena masalah ini sangat mendesak dan berhubungan dengan
keselamatan orang banyak, saya harap Anda sudi sejenak melupakan perseteruan kita, dan membantu kami. Terima kasih.
Harry Potter
“Sudah," kata Harry melipat surat itu. Kemudian dia membuka
ranselnya dan mengeluarkan Hedwig. Setelah mengikat surat itu di kaki Hedwig, dengan sembunyi-sembunyi dia melepas Hedwig ke angkasa.
“Sekarang, kita bisa menemui Inspektur Marks," Harry melihat
arlojinya. “Waduh, kita hampir terlambat. Bisa tidak kita ber-Apparate saja?” katanya.
“Tidak," tolak Hermione tegas. “Ingat undang-undang kerahasiaan
sihir," katanya sok bertolak pinggang.
“Ok, kalau begitu, pakai cara muggle," kata Harry tersenyum
usil.
“Apa?” tanya Ron dan Hermione bersamaan.
“Lari," kata Harry sebelum melesat mendahului teman-temannya yangmengikutinya susah payah.
Mereka tiba di depan Kantor Polisi Wilayah Surrey dengan tangan memegangi perut. Mereka memasuki kantor itu dan melapor. Inspektur Marks
segera menemui mereka.
“Jadi kalian petugas dari kesatuan khusus itu? Baik, kalian mulai
bertugas hari ini. Tunggu sebentar," Inspektur Marks mengangkat telepon dan berbicara singkat, “Panggilkan sersan Jackson kemari,"
Pintu diketuk. Seorang laki-laki berambut coklat berseragam masuk
dengan sejumlah map. Dia duduk di sebelah Harry dan memandangi mereka.
“Sersan Josh Jackson ini akan bergabung dengan kalian. Sersan, ini
Harry Potter, Ron Weasley dan Hermione Granger. Josh ini yang akan menjelaskan kasusnya. Josh!”
“Begini, kami sedang menyelidiki serangkaian perampokan bank. Dalam
satu bulan ini, sudah lima bank dirampok. Polanya selalu sama. Mereka datang menyamar sebagai pemilik dan pimpinan bank yang akan dirampok.
Wajahnya benar-benar persis, entah bagaimana cara mereka menirunya. Karyawan bank tentu saja tidak curiga dan membuka kas. Saat itu komplotannya yang membaur dengan pengunjung keluar dan menodongkan senjata. Setelah isi kas dikuras, mereka keluar dan memasuki mobil yang sudah menunggu, lalu kabur,"
“Apa foto pelakunya sudah disebarkan?” tanya Hermione.
“Itulah masalahnya. Seperti kubilang tadi, salah satu mereka menyamar
jadi pemilik atau pimpinan bank. Ketika kami menginterogasi pimpinan banknya, ternyata dia punya alibi. Berarti bukan dia kan. Tapi bagaimana dia bisa meniru sepersis itu? Komplotannya juga aneh. Para saksi mata menyebutkan, mereka kembar karena wajahnya serupa. Anehnya, dalam setiap perampokan, orangnya pasti beda, tapi selalu kembar, identik," katanya.
“Polyjuice," bisik Hermione pelan.
“Apa?” tanya Josh.
“Oh, tidak apa-apa. Bagaimana dengan sidik jari, atau sidik DNA?”
tanya Hermione
“Bersih. Sama sekali tidak ada. Padahal petugas forensik sudah
memeriksa setiap inchi ruang bank,"
“Kalian tak pernah mencoba mengejar pelakunya?” tanya Harry.
“Kami hampir selalu terlambat tiba di tempat kejadian. Pernah sekali
aku sempat melihat mobil itu di kejauhan dan mencoba mengejarnya. Tapi aku
kehilangan jejak," sahutnya. “Singkatnya, kami belum punya cukup petunjuk,"
Telepon berdering. Inspektur mengangkatnya dan mendengarkan. Dia
menutup telepon dan menatap keempat orang itu.
“Kebetulan sekali. Perampokan lagi di Fifth Street, tidak terlalu
jauh dari sini. Bank of Columbia. Aku ingin kalian ke sana segera dan temukan pelakunya. Sudah cukup kita dipermalukan media massa karena kasus ini. Josh, berikan perlengkapan mereka," perintahnya.
Josh Jackson berdiri dan mengambil sesuatu dari lemari. Berikutnya
Harry cs menerima sepucuk pistol kaliber 32 beserta pelurunya, lencana polisi bertuliskan nama mereka, dan HT untuk berkomunikasi.
“Ayo kita bergerak," ajak Josh.
Dalam sepuluh menit, mereka sudah tiba di lokasi perampokan. Josh
baru akan membelokkan mobilnya saat sebuah Ferrari menderu nyaris menabraknya.
Dia mengumpat, lalu mengerem lagi karena seorang wanita berlari sambil
berteriak-teriak histeris. Hermione menoleh ke Ferrari yang ngebut di belakang mereka.
“Itu pasti perampoknya. Sebaiknya kita kejar dia," kata Hermione.
“Kita berpencar," kata Harry. “Kau dan Ron turun di sini. Aku dan
Josh akan mengejarnya,"
“Usul bagus," sahut Josh.
Josh berhenti sebentar untuk menurunkan Ron dan Hermione. Kemudian
mendadak berbelok dan mengejar Ferrari yang tinggal titik kecil di ujung jalan.
Dia menghidupkan sirine dan menekan gas sekuat-kuatnya. Lumayan juga kemampuan menyetirnya. Harry merasa tegang. Ini seperti film muggle yang dulu sering ditonton Dudley.
"Kau sudah mengenakan sabuk pengamanmu ?" teriak Josh mengatasi deru mesin mobilnya.
"Sudah," Harry balas berteriak.
Samar-samar Ferrari itu masih terlihat. Harry agak khawatir. Sejauh
yang dia tahu, Ferrari terkenal karena keunggulannya dalam hal kecepatan. Apakah mereka bisa mengejarnya ?
===
Seolah dapat membaca pikiran Harry, Josh berkata, "Jangan khawatir.
Mobil ini meski luarnya butut, tetapi mesinnya sudah diup-grade," dan angka yang
ditunjuk oleh jarum di speedometer meyakinkan Harry akan kebenaran ucapan
Josh.
Ferrari itu terlihat membelok ke jalan yang lebih sepi, lebih kecil.
Kecepatannya tidak berkurang. Sepinya jalan membuat Josh lebih leluasa
mengejarnya. Namun rupanya itu hanya trik, secepat apapun mobil polisi itu,
tidak akan dapat mengejarnya. Karena di tikungan tiba-tiba --alih-alih
membelok-- Ferrari itu malah mengeluarkan suara 'pop' dan menghilang.
"Dissaparate ?" ujar Harry tanpa bisa menahan diri, lupa bahwa
di sebelahnya ada Muggle.
"Apa ?"
"Emm, tidak, maksudku, bagaimana mungkin ..,"
"Aku tahu mungkin ini terdengar tolol, tetapi, mungkinkah ... ada
kekuatan lain yang berperan di sini ?" Josh bertanya.
"Maksudmu ?"
"Sihir, atau semacamnya, ... "
"Kau percaya sihir, Josh ?"
"Kalau yang kau maksud aku pernah mengalami atau melihat sendiri, sih
tidak. Tetapi, entahlah, aku merasa hal-hal semacam itu ada," Josh setengah
putus asa membelokkan mobilnya kembali ke arah mereka datang tadi. Ia menekan tombol radio komunikasi mobil-nya dan melaporkan lolosnya buruan mereka pada Inspektur Marks.
"Kita jemput Ron dan Hermione, lalu aku akan jelaskan sesuatu padamu," entah mengapa Harry merasa ia bisa mempercayai Josh dengan sepenuh hatinya.
2. Fiducia
Mereka kembali ke TKP (tempat kejadian perkara). Ron dan Hermione
nampak sedang sibuk menanyai sekumpulan orang, mencatat sana-sini. Mereka
melihat Harry dan Josh kembali, memberi isyarat untuk menunggu. Setelah beberapa
menit, mereka kembali ke mobil, dengan wajah kusut.
"Ada sesuatu yang menarik ?" tanya Harry, "dapat petunjuk ?" Ron dan
Hermione bersamaan menggeleng lesu.
"Kalian sendiri bagaimana ?"
"Dia lolos," keluh Josh, wajahnya sama kusutnya.
"Josh," sahut Harry, "adakah tempat di mana kami bisa berbicara
dengan aman tanpa ada yang mendengar ?" Ron dan Hermione agak bingung, mau
bicara apa Harry ?
"Bagaimana kalau di flat-ku ?" Josh nampak penasaran dengan yang akan
dibicarakan.
Mereka melaju menuju kawasan perumahan susun tidak jauh dari situ.
Setelah memarkir mobilnya, mereka turun, melintasi sebuah lapangan basket, dan memasuki satu di antara beberapa gedung bertingkat di sana.
"Cuma tingkat tujuh," sahut Josh mencoba menjawab kengerian di wajah Ron. Mereka naik lift, turun di tingkat 7, dan berhenti di depan pintu dengan tulisan "713" di depannya.
Harry berusaha untuk tidak terlihat nyengir, nomor itu sama dengan
kamar penyimpanan batu bertuah, dulu, di Gringotts.
Mereka memasuki sebuah ruangan, kecil tetapi bersih, tidak seperti
biasanya kamar laki-laki yang berantakan.
"Anggap saja rumah sendiri," Josh mempersilakan semua duduk, "dan Harry, aku tidak ingin berbasa-basi lagi, apa yang ingin kau bicarakan itu berkaitan dengan sihir ?"
Hermione dan Ron seakan terlonjak saking kagetnya.
Harry berusaha untuk tetap tenang. "Mobil yang kami kejar tadi,"
katanya berusaha menjelaskan pada Ron dan Hermione, "tiba-tiba menghilang. Aku curiga mereka ber-Dissaparate. Third Party Apparate tingkat tinggi, kukira, jika mereka bisa membawa mobil ber-Dissaparate bersama mereka,"
Hermione dan Ron menampakkan wajah mulai mengerti.
"Josh, aku --kami--, harus berterus terang padamu," Harry mencoba
menjelaskan.
"Bahwa kalian penyihir ?" Josh menebak dengan tepat. Harry
mengangguk.
"Yah, ini setidaknya menjelaskan padaku, beberapa fenomena aneh yang
tak terjelaskan dalam kasus ini," Josh entah lega, entah ngeri mendapati
kenyataan partnernya adalah penyihir.
"Tetapi kau harus berjanji," Hermione cepat-cepat menambahkan, "tetap
merahasiakan hal ini,"
Josh mengangguk, "sumpah pramuka," katanya sambil tersenyum, tangan
kanannya diangkat sejajar kepalanya.
"Kau kelihatan tidak terkejut ?" Ron ingin tahu.
"Aku punya keluarga jauh, sepupu kakekku kalau tidak salah, seorang
penyihir. Saat setingkat SMP, ia masuk sekolah entah apa, yang lokasinya pun entah di mana. Ia hanya pulang pada liburan musim panas, dengan tingkah laku yang semakin aneh dari hari ke hari," Josh menjelaskan.
"Hogwarts," batin Harry. "lalu apa yang terjadi, maksudku, di mana ia
sekarang ?"
"Sudah meninggal,"
"Oh, sory,"
"Tidak apa. Kakekku bilang ia seorang yang gagah berani. Meninggalnya
pun karena melawan seorang penyihir yang maha-jahat. Yang bahkan namanya pun para penyihir tidak berani menyebutkannya,"
Bertiga mereka langsung maklum siapa "dia".
"Penyihir jahat itu sekarang sudah mati, Josh," Ron meyakinkannya,
"tetapi sisa-sisa pengikutnya masih berkeliaran, dan masih cukup potensial untuk menimbulkan kerusuhan. Seperti sekarang ini. Kami curiga para Death Eaters, itu istilah untuk mereka, yang menjadi biang keladi semua perampokan ini"
"Tetapi untuk apa ?" Josh keheranan, "aku rasa uang kami tidak akan
ada artinya di dunia sihir kalian,"
Harry mengangguk, "itulah yang ingin kami ketahui sekarang,"
Terdengar suara seperti ada yang mengetuk-ngetuk kaca jendela dapur.
Josh langsung waspada, menyiapkan pistolnya, mengendap ke dapur. Harry
mengikuti.
"Josh, tidak apa-apa. Ia Hedwig," Harry lega melihat siapa yang
berada di luar jendela. Tentu saja, siapa juga yang bisa berada di luar jendela di tingkat tujuh kecuali unggas ?
Josh membuka jendelanya, dan Hedwig langsung meluncur masuk, hinggap
di bahu Harry. Mematuk kupingnya dengan sayang, dan melontarkan pandangan 'ini siapa sih ?' pada Josh.
"Jangan takut, Hedwig, dia teman," kata Harry sambil membuka ikatan
di kaki burung hantu itu, segulung perkamen yang cukup panjang.
"Itu cara kalian berkomunikasi ?" tanya Josh. Mereka bertiga
mengangguk.
Harry membawa perkamen itu ke atas meja,lalu membuka dan
membentangkannya agar mereka semua bisa membacanya bersama-sama.
***
Mr Potter,
Sungguh suatu kejutan. Aku sama sekali tidak mengira bahwa Kementrian akan mempekerjakan orang-orang yang, bila menemui kesulitan, kembali ke guru mereka di sekolah.
(Harry membayangkan Snape menulis kalimat ini dengan senyum sinisnya
yang khas itu. Tetapi ia tidak peduli. Kenyataan bahwa Snape bersedia membalas surat saja sudah merupakan kemajuan yang bagus dari hubungan mereka)
Ada banyak macam logam yang dapat dipergunakan dalam ramuan-ramuan sihir. Tetapi, melihat situasi saat ini, -kasus yang kukira sedang kalian tangani-, maka ada suatu teori yang kupikir cocok. Kita kembali pada masa sewaktu aku masih bergabung dengan mereka. Ada suatu strategi yang mereka sebut
"Fiducia". Kepercayaan. Strategi ini terdiri dari dua langkah:
1. Menimbulkan gangguan keamanan di dunia Muggle sedemikian sehingga tidak teratasi oleh para petugas keamanan Muggle. Lalu mereka menawarkan jasa
pengamanan. Tentu saja dibuat sandiwara sedemikian rupa sehingga nampak bahwa mereka mampu mengatasi semua gangguan, gangguan mana ditimbulkan oleh rekan mereka sendiri. Jika para Muggle sudah percaya, sudah berada dalam genggaman 'bantuan keamanan' para Death Eaters ini perlahan akan menguasai masyarakat, dengan upeti, perbudakan Muggle, dan semacamnya.
2. Mungkin kalian perlu ketahui bahwa uang Muggle nilainya tidak seperti uang kita. Nilai nominal --begitu mereka menyebut angka yang tertera di
atas uang tsb-- biasanya lebih besar dari nilai bahan pembuat uang itu sendiri.
Mereka menggunakan tembaga, dan bahkan kertas, untuk nilai nominal yang sangat besar. Tetapi masyarakat mempercayai bank dan pemerintahnya, bahwa nilai yang tertulis itu benar. Kepercayaan terhadap mata uang ini, kepercayan terhadap bank, kepercayaan terhadap pemerintah yang mengeluarkan uang, dapat diserap secara sihir, ke dalam ramuan yang diberi nama Ramuan Fiducia.
Ramuan ini bekerja seperti Kutukan Imperium, membuat korbannya mengerjakan apa saja yang diinginkan pengendalinya. Hanya saja efeknya bertahan sangat lama, hanya berakhir jika korban mendapat ramuan penawar, atau mati. Jika para Death Eaters berhasil membuat Ramuan Fiducia ini, maka masyarakat Muggle akan sangat terancam.
Aku curiga, perampokan uang Muggle secara besar-besaran ini berkaitan dengan usaha untuk memperoleh sejumlah besar mata uang Muggle, agar dapat diserap "Fiducia"-nya. Aku sendiri juga sedang mengerjakan riset untuk meneliti Ramuan Fiducia ini, berikut kemungkinan membuat penawarnya.
Aku harap kalian bertiga berusaha keras menangani kasus ini.
Jangan mengecewakan bekas gurumu, meskipun aku sudah tidak bisa memotong poin asrama kalian lagi saat ini.
(bertiga mereka langsung nyengir membayangkan Snape masih berusaha
memotong poin asrama)
Beri kabar bila ada perubahan lebih lanjut, atau ada yang ingin kalian tanyakan lagi.
Prof. S Snape
***
"Woow, Harry," seru Ron, "Aku benar-benar tidak percaya Snape menulis ini,"
"Memangnya kenapa ?" Josh tidak mengerti.
"Profesor Snape ini sangat membenci kami bertiga. Harry terutama. Ia selalu berusaha mencari-cari kesalahan kami, dan memotong poin asrama atau memberi detensi sebanyak mungkin," Hermione menjelaskan.
"Tetapi, toh, ia membantu juga," Harry membela, sesuatu yang ganjil, sejak kapan Harry Potter membela Profesor Snape ?
"Baiklah, sekarang apa tindakan kita ?" Josh ingin tahu, "terutama dengan adanya perkembangan tak terduga ini, emm .. sihir maksudku," Josh jadi salah tingkah.
"Pertama-tama, tentu saja kenyataan bahwa kami adalah penyihir tidakboleh diketahui orang lain," Josh mengangguk pada pernyataan Hermione ini, "lalu, kau juga harus tahu bahwa kami hanya diperkenankan melakukan sihir seminimal mungkin, dan dalam keadaan darurat sekali" Josh menampakkan wajah kecewa.
Seolah tadinya ia ingin melihat ketiga partner barunya ini melakukan hal-hal yang dahsyat. Tapi ia mengangguk juga,
"Jadi aku harus membantu kalian mengatasi kasus ini secara Mu .. eh apa istilah kalian untuk menyebut masyarakat non-penyihir ?"
"Muggle"
"Nah, itu dia. Kukira sekarang kita sebaiknya pergike bagian Puslitbang, melihat arsip kasus-kasus terdahulu secara detil. Mungkin ada petunjuk yang dapat ditarik. Meskipun para detektif terlatih dari kepolisian telah berulangkali mencoba, namun kukira, akan ada temuan baru bila diteliti dari sudut pandang para penyihir,"
Mereka sepakat. Turun kembali ke lapangan parkir (Hedwig dilepas setelah diberitahu bahwa di dekat situ ada taman dengan pepohonan penuh burung hantu).
"Josh ?" Hermione menghentikan langkahnya sejenak.
"Apa ?"
"Terimakasih,"
"Untuk apa ?"
"Kau sangat pengertian, .. er .. pada keadaan kami,"
Wajah Josh memerah, "tidak apa-apa. Aku sudah dari dulu ingin punya kawan penyihir."
--- (bersambung) ---
“Yah, mereka kan kagak ade matinye. Datang sajalah, Potter, dan dengar dia ngomong apa. Tapi, ya, terserah kau. Pokoknya aku sudah menyampaikan. Bye," katanya sebelum bergegas menghilang dengan bunyi pop pelan.
Harry Potter, pemuda gagah berusia dua puluh tahun, sejak lulus sekolah dua tahun lalu bekerja sebagai Auror di Departemen Penegakan Hukum Sihir, Kementrian Sihir. Kebetulan pula, kedua sohibnya semasa sekolah, Ron Weasley dan Hermione Granger, diterima di tempat yang sama. Bertiga, mereka sudah sering berhasil menjalankan berbagai operasi penting, seperti pelacakan dan penangkapan para Death Eater yang masih berkeliaran walaupun bos besar mereka, Dia yang Tak Boleh Disebut, sudah ditaklukkan. Harry dan kedua temannya berperan dalam penaklukan besar itu.
Harry segera meraih perkamen dan menulis surat pendek untuk Hermione. Surat itu segera diikatkannya di kaki Hedwig, burung hantu saljunya yang setia.
“Cepat kirimkan, ya. Dan, cepat pulang," katanya membelai Hedwig
sebelum melepasnya lewat jendela.
Harry kembali ke perapian, mengambil serbuk halus dalam toples kecil
di sampingnya dan melemparnya ke perapian.
“Hei, Ron!” teriaknya sambil memasukkan kepala ke api kehijauan yang
menyembur dari perapian.
Segera dapur keluarga Weasley terpampang di depan matanya. Ron yang
mulutnya masih sibuk mengunyah sandwich berjongkok di depan perapian.
“Fai, Yarry," katanya dengan mulut penuh.
Bentakan keras segera terdengar di belakangnya. “Sudah berkali-kali
ibu bilang, jangan bicara kalau sedang makan,"
Mrs. Weasley cepat berpaling pada Harry. “Hai Harry, apa kabar,"
sapanya.
Harry membalas sopan, bicara lagi pada Ron. “Hei, Bos menyuruh kita
datang. Kutunggu setengah jam lagi di kantor. Hedwig sudah kukirim pada
Hermione. Salam buat ibumu, bye,"
Setengah jam kemudian, setelah berpamitan pada Remus Lupin yangrumahnya dia tempati (Sirius Black sekarang mengajar DADA di Hogwarts), Harry berdisapparate. Dia muncul di depan kantor Auror, hampir bersamaan dengan Hermione. Setelah saling ber-hai, mereka masuk dan menunggu. Ron menyusul tak lama kemudian. Ketiganya segera minta ijin menemui Kepala Auror, Mr.Hoover.
Mr. Hoover langsung ke pokok permasalahan. “Mata-mataku menyebutkan
kalau para Death Eater punya rencana untuk mengacaukan kota-kota muggle. Mereka hendak menyusup ke tengah muggle, ke tengah para penjahat muggle, dan membuat kekacauan.
Beberapa Auror kutugaskan ke tempat-tempat sasaran mereka, termasuk kalian. Tugasnya adalah menggagalkan rencana mereka dan tetap menjaga kerahasiaan komunitas sihir. Untuk tugas ini kalian juga harus menyusup dan tinggal bersama muggle. Ini tentu tidak sulit buat kalian Potter dan Granger. Kalian bisa mengajari Weasley nanti,"
Ron menelan ludah. Seperti kebanyakan penyihir berdarah murni lainnya, kehidupan muggle adalah hal yang paling dihindarinya. Tapi dia tahu benar, Mr. Hoover pantang mendengar penolakan. Tugas tetap tugas. Setiap Auror harus melaksanakan setiap tugas yang diberikan padanya dengan penuh rasa tanggung jawab. Begitulah bunyi point kedua dari The Five Famous Hoover’s Doctrine.
“Mereka mengincar uang muggle. Bank-bank muggle tidak punya pengamanan seketat Gringotts. Awasi juga lokasi barang-barang berharga lain, yang mungkin juga mereka incar," geramnya.
“Mengenai tempat tugas, kalian akan ditugaskan di Surrey. Kalian
pasti tahu tempat itu. Kota tempat kau menghabiskan masa kecil, Potter. Aku juga telah mengatur penyusupan kalian. Kau akan tinggal di rumah pamanmu Potter. Kau pasti senang, heh," delik Mr. Hoover.
“Oh, no," keluh Harry, hanya dalam hati, sebab dia segera ingat point keempat The Five Famous Hoover’s Doctrine. Setiap Auror harus siap bertugas di mana pun dan dalam keadaan apa pun.
“Aku mengatur keberadaan kalian di kepolisian Muggle. Mengenai tempat tinggal untuk Granger dan Weasley ...,"
“Bibi jauhku tinggal di Surrey, Sir. Kurasa cukup aman kalau aku tinggal bersamanya," potong Hermione cepat.
Dia langsung mengkerut dipelototi Mr. Hoover. Tapi Mr. Hoover tidak marah. Malah, “Kalau begitu, aturlah supaya Weasley bisa tinggal bersamamu," desisnya.
Hermione terdiam. Dia tak yakin bibinya mau menerima teman lelakinya. Ketika di luar dia membicarakan dengan Harry, Harry menolak kemungkinan Ron tinggal bersamanya di rumah Dursley.
“Percayalah, menerimaku seorang saja mereka pasti sangat keberatan,"katanya meyakinkan.
Mau tak mau mereka menerima pengaturan yang ditawarkan Mr. Hoover.
Dua malam kemudian, Harry ber-Apparate di Privet Drive. Dia sengaja memilih waktu malam agar tak ada tetangga terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba.
Dengan hati lebih berat dari kopernya, Harry berdiri di depan pintu rumah no. 4 di Privet Drive. Hampir dua tahun sudah rumah itu ditinggalkannya, sejak Sirius mengajaknya tinggal bersamanya dan Remus. Apa kata mereka kalau melihatnya muncul?
Pintu depan rumah keluarga Dursley terlihat tua dan tidak terurus.
Bola lampu di teras depan mulai redup dan Harry bisa melihat sarang laba-laba yang hampir setengah jadi tepat di atas pintu depan rumah.
Harry terdiam sesaat. Ia ingat betul kenangan buruknya selama tinggal di sana. Dua tahun meninggalkan rumah ini "such as a great escape" buatnya. Sirius Black sudah seperti ayahnya sendiri, dan meski mereka hidup sederhana setidaknya Harry bisa merasakan ikatan kasih sayang yang sudah lama hilang.
Harry memencet bel rumah keluarga Dursley.
Sekali.
Dua kali.
Belum ada jawaban, hingga ia mendengar langkah kaki yang ringan, ia hafal betul itu pasti Bibi Petunia. Omelannya seperti menandingi jumlah tiap langkahnya.
"Ya! Ya! Aduuuuuh..tunggu dong! Aku heran, malam-malam begini masih
ada saja yang terpikir buat ganggu istirahat orang lain!"
Kunci pintu dan gerendel dibuka.
Harry berusaha melupakan kenangan buruk dan mencoba meyakinkan dirinya ia tahan untuk menghadapi "cobaan" tinggal di keluarga menyebalkan ini.
Di depannya sinar lampu dari dalam keluar bersamaan dengan sosok Bibi
Petunia yang terlihat jauh lebih tua. Masih terlihat kurus, sasak rambut yang kusut dan kulit muka bertambah keriput. Ditambah lagi sikap Bibi Petunia yang melotot tidak percaya melihat Harry ada di depannya.
"Malam, Bibi Petunia..," salam Harry.
"Kau..kapan..tapi.," Bibi Petunia menjawab sambil sedikit mundur dan
membuka pintu lebih lebar agar Harry bisa masuk.
"Masuk, Harry. Kau mengagetkanku saja!" hentak Bibi Petunia setelah
berhasil kendalikan rasa kagetnya.
Harry masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Ia lalu memindahkan kopornya ke sisi dan mengikuti Bibi Petunia ke dapur.
"Apa yang kau kerjakan di sini? Dua tahun pindah dari sini tanpa beri
kabar.," omel Bibi Petunia.
Harry bingung, tidak biasanya Bibi Petunia atau siapa pun penghuni
rumah ini yang memperhatikan keberadaannya. Ia masih bingung apakah Bibinya
hanya basa-basi atau memang mencarinya.
"Maafkan aku Bibi. Aku seharusnya mengirimkan surat lewat Hedwig,"
Bibi Petunia menyerahkan secangkir air putih di sebuah cangkir tua
pada Harry. "Hedwig?" tanyanya bingung.
"Err..maaf, burung hantuku, Bibi," jelas Harry sambil menerima cangkir itu.
"Huh! Kalau Vernon sampai tahu burung-burung menyebalkan itu mampir
lagi kemari..,"
Harry teringat Paman Vernon. "Di manakah Paman Vernon?"
"Dia sedang ke South Hampton. Dudley mulai kuliah di sana," Bibi
Petunia menjelaskan, ia lalu mulai beranjak dari tempatnya.
"Kupikir lemari di bawah tangga itu sudah tidak akan muat lagi.
Sebaiknya kau tidur di loteng. Sapu dan seprai baru...kau tau dimana letaknya. Aku mau tidur,"
Harry beranjak dari tempatnya juga. Dan ia baru akan mengangkat kopor
ketika Bibi Petunia berkata, "Meski terasa aneh, aku merasa kepulanganmu kali ini ada gunanya,"
Lalu Bibi Petunia menutup pintu kamarnya. Entah kenapa Harry merasadadanya sesak. Bagaimanapun Bibi Petunia adalah kakak ibunya. Ia belum pernah merasa dihargai, tapi kali ini meski bibinya berkata dengan gayanya yang ketus, Harry merasa lega kedatangannya bisa diterima.
+++
"Ron, Ron... bangun. Aku tak mau Mr. Hoover marah-marah karena kita terlambat mengurus pekerjaan kita di sini. Ron! Ron!
Ayo, bangun!" teriak Hermione sambil mengetuk sedikit menggedor pintu kamar tamu yang ditinggali Ron.
Ron muncul. "Aku sudah bangun," jawab Ron sambil mengibaskan bulu
burung hantu di kemejanya yang kusut.
"Barusan aku menerima perkamen dari Harry. Ayo, bersiap. Ia menunggu kita di depan kafetaria Surrey, The RedBox, jam 9 pagi ini."
Tidak lama, mereka berdua sudah siap dan segera pamit pada Aunt
Hilda, bibi jauh Hermione. "Bye Auntie, jangan tunggu kami makan malam ya, ada kemungkinan kami harus lembur karena ini hari pertama kami bertugas," Hermione melambai pada bibinya yang mengantarkan mereka ke pintu.
"Huahhh, aku kenyang sekali nih, masakan Bibi-mu enak sekali
Hermione, tidak kalah dengan masakan ibuku" Ron dengan masih sedikit mengantuk berkomentar puas.
"Aku sih engga bisa makan enak tadi karena..," belum selesai Hermione
berkata Ron sudah menyambar,
"Aku tahu! pasti karena kamu mikir tugas apa yang kita
akan terima, apakah kita akan diberi fasilitas lengkap ataukah dengan fasilitas seadanya ala Muggle kita harus berjuang keras menutupi kemampuan sihir kita supaya mereka tidak sadar akan keberadaan para penyihir cerdas, pemberani dan tangkas seperti kita, hahaha…" Ron mulai ngelantur sambil tertawa ala Pahlawan Bertopeng, satu karakter yang kemarin dia tonton dari tivi Muggle.
"Ah kau ini Ron, aku bukannya memikirkan hal itu, tapi aku lagi
memikirkan ulah Death Eater ini. Untuk apa mereka mengincar uang muggle sih?
Lagipula selama ini kan tujuan mereka adalah membuat kekacauan bahkan menghabisi para muggle, lalu untuk apa juga mereka motif mereka kali ini adalah uang muggle? Mau dipakai apa uang muggle itu untuk mereka? Coba kau pikirkan itu Ron, aku semalaman tidak bisa tidur juga karena memikirkan hal itu," Hermione menjelaskan sambil menggigit bibir tanda dia lagi berpikir.
"Hmm betul juga seperti yang kau bilang, iya ya, buat apa mereka
mengincar uang muggle yang tidak ada gunanya untuk kita di dunia sihir.
Kemarin juga aku waktu menukarkan knuts dengan uang muggle juga sampai bingung kenapa uang kecil dan bukan dari emas ini mereka incar. Dari yang aku baca di koran muggle, uang yang beredar saat ini justru kualitas logamnya lebih rendah dari edisi sebelumnya, bahkan bahan uang dari emas sudah ditiadakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Kalau uang muggle ini dari emas, aku bisa maklum kalau para Death Eater berniat merampok. Tapi ini? Buat campuran hotdog saja ga laku , hueeexxxx .," Ron mulai ngelantur lagi dengan pemikirannya yang aneh.
"RON WEASLEY!!!" tiba-tiba Hermione berteriak sehingga mengagetkan
para pejalan kaki yang lewat di sekitar mereka bahkan Ron sendiri sampai
meloncat 2 kaki saking kagetnya.
"Apa-apaan sih MISS HERMIONE GRANGER???" Ron balas teriak sambil
siap-siap menunjuk tenggorokannya dengan tongkat sihir sambil mengambil
ancang-ancang teriak 'Sonorus'.
"You're brilliant! That's the keyword, Ron? Kamu sadar ga sih??"
Hermione tidak memperdulikan orang-orang yang mulai menunjuk-nunjuk mereka
sambil geleng-geleng kepala malah ada yang sambil menyilangkan telunjuk ke
dahi.
"Apa? Kamu punya ide ya Hermione?" Ron mulai sadar dengan gelagat
aneh Hermione sekaligus sadar dengan kelakuan mereka di tengah jalan yang so weird ini dan bakalan mengundang perhatian orang banyak. Sehingga dia menarik tangan Hermione ke tengah taman dan mendudukkan dia di bangku taman.
"Sekarang coba tenang, dan ceritakan ke aku pelan-pelan, jangan
tergesa-gesa, kita punya waktu .," Ron melihat jam tangan yang baru dibelinya di Toko Jam Muggle kemarin " .. sekitar 15 menit lagi sebelum kita harus setor muka ke Inspektur Howard Marks".
"Tidak, lebih baik kita panggil Harry dulu, supaya kita bisa
berdiskusi mengenai pemikiranku yang tiba-tiba ini, hmm.. di mana dia ya?"
Hermione mulai memejamkan mata dan menggunakan telepatinya untuk menghubungi Harry.
Tidak lama kemudian *PAFF* Harry muncul di belakang mereka dengan
sedikit terhuyung-huyung karena dia muncul persis di pinggir kolam dan 4,2 senti lagi dia melangkahkan kaki ke depan, dia akan mandi untuk ke-2 kalinya pagi ini.
"Ada apa sih Hermione? Sebenarnya tadi aku sudah tinggal 5 menit lagi
sampai" Harry bergegas menghampiri mereka sambil membetulkan kacamatanya.
"Begini Harry, Ron, aku kan dari kemarin mikir untuk apa para Death
Eater merampok Bank Muggle dan mengincar uangnya? Padahal kan itu tidak bisa dipakai di dunia sihir. Kemudian tadi waktu aku omongin ke Ron, dia menyebutkan hal yang bikin aku punya teori tentang motif mereka," Hermione menjelaskan dengan semangat dan durasi 5 detik.
"Dan teori itu adalah ...," Ron mulai mendramatisir suasana.
Sedangkan Harry dengan sabar menunggu Hermione menyelesaikan teorinya.
"Kata kunci itu adalah MENCAMPUR, waktu Ron tadi sambil lalu
menyebutkan bahwa uang itu untuk campuran hotdog saja tidak enak..,"
Sementara Ron bergumam "..padahal tadi maksudku adalah tidak sambil
lalu tapi memberi ide ke kamu.,"
Hermione dengan tidak sabar menukas, "Ah shut up Ron, kamu memang
cuman ngaku-ngaku.
Aku kemudian berpikir bahwa, apakah para Death Eater itu sedang merancang satu rencana besar yang memerlukan uang muggle untuk campurannya? Kalau iya, berarti kita harus segera mengontak para Auror yang lain untuk coba menyelidiki kebenaran teoriku ini. Kalau ternyata mereka memiliki pemikiran yang sejalan, kita segera kontak Dumbledore, Snape yang ahli ramuan atau siapapun yang bisa membantu kita menemukan hal yang berkaitan dengan kegunaan uang muggle ini," Hermione menarik napas setelah menyelesaikan uraian panjangnya.
Harry setengah mematung setelah mendengarkan uraian Hermione kemudian
seolah ada yang menyadarkan dia menepuk dahinya keras-keras karena tiba-tiba dia menyadari adanya kaitan teori Hermione ini dengan mimpi yang dia alami minggu lalu. Satu mimpi yang sampai sekarang membekas sehingga dia yakin bahwa itu sebenarnya adalah satu pertanda atas kejadian yang marak di dunia muggle saat ini.
Saat mengingat mimpinya itu, dia mulai dihinggapi rasa cemas karena
mimpinya sangat mengerikan bahkan bisa mengakibatkan terbunuhnya orang yang
dekat dengan dia. Dan yang dia ingat lagi, otak di belakang semua ini adalah justru orang yang selama ini dekat juga dengan mereka walau dia tidak bisa melihat dengan jelas sosok orang tersebut atau siapa teman dekat dia yang akan terbunuh....
====
“Hermione, dapatkah kau mencari tahu, untuk apa campuran logam itu
mereka perlukan?” tanya Harry.
“Tentu saja bisa. Tapi aku butuh perpustakaan. Sayangnya tak ada
perpustakaan sihir di sini. Kita perlu ke Hogwarts," kata Hermione.
“Tidak mungkin. Kita kan sedang bertugas di sini," protes Ron.
“Tapi kita bisa mengirim Hedwig ke sana, pada seseorang," gumam Harry
sambil berpikir.
“Siapa? Snape?” tanya Hermione tak yakin.
Mereka bertiga berpandangan. Mereka sama-sama tahu kalau Ahli RamuanHogwarts itu pasti tahu campuran ramuan-ramuan sihir seperti itu. Tapi bertanya padanya?“Itu hal terakhir yang akan aku lakukan," bantah Ron. Hermione mengangguk setuju.
“Hei, ingat point ketiga dari The Five Famous Hoover’s Doctrine.Gunakan segala kesempatan dan sarana yang mungkin untuk membantu keruntuhan sihir hitam. Tidak ada alasan bagi kita menolak meminta bantuan pada Snape," sergah Harry.
“Kalau begitu, kau yang tulis," kata Hermione menyodorkan perkamen,pena bulu, dan tinta.
Harry menggelar perkamennya di bangku taman, berpikir sejenak. Dia mencelupkan pena bulunya ke tinta, dan mulai menulis. Ron dan Hermione berdiri di dekatnya untuk menutupinya dari pandangan orang.
Dear Prof. Snape,
Mungkin perkamen ini sangat mengejutkan Anda, dan mungkin juga tidak menyenangkan Anda. Saat ini kami, saya, Ron Weasley dan Hermione Granger,
sedang melakukan tugas sebagai Auror, dan kami menemukan masalah yang
membutuhkan pengetahuan Anda. Kami perlu tahu untuk apa saja logam campuran digunakan dalam ramuan-ramuan sihir.
Karena masalah ini sangat mendesak dan berhubungan dengan
keselamatan orang banyak, saya harap Anda sudi sejenak melupakan perseteruan kita, dan membantu kami. Terima kasih.
Harry Potter
“Sudah," kata Harry melipat surat itu. Kemudian dia membuka
ranselnya dan mengeluarkan Hedwig. Setelah mengikat surat itu di kaki Hedwig, dengan sembunyi-sembunyi dia melepas Hedwig ke angkasa.
“Sekarang, kita bisa menemui Inspektur Marks," Harry melihat
arlojinya. “Waduh, kita hampir terlambat. Bisa tidak kita ber-Apparate saja?” katanya.
“Tidak," tolak Hermione tegas. “Ingat undang-undang kerahasiaan
sihir," katanya sok bertolak pinggang.
“Ok, kalau begitu, pakai cara muggle," kata Harry tersenyum
usil.
“Apa?” tanya Ron dan Hermione bersamaan.
“Lari," kata Harry sebelum melesat mendahului teman-temannya yangmengikutinya susah payah.
Mereka tiba di depan Kantor Polisi Wilayah Surrey dengan tangan memegangi perut. Mereka memasuki kantor itu dan melapor. Inspektur Marks
segera menemui mereka.
“Jadi kalian petugas dari kesatuan khusus itu? Baik, kalian mulai
bertugas hari ini. Tunggu sebentar," Inspektur Marks mengangkat telepon dan berbicara singkat, “Panggilkan sersan Jackson kemari,"
Pintu diketuk. Seorang laki-laki berambut coklat berseragam masuk
dengan sejumlah map. Dia duduk di sebelah Harry dan memandangi mereka.
“Sersan Josh Jackson ini akan bergabung dengan kalian. Sersan, ini
Harry Potter, Ron Weasley dan Hermione Granger. Josh ini yang akan menjelaskan kasusnya. Josh!”
“Begini, kami sedang menyelidiki serangkaian perampokan bank. Dalam
satu bulan ini, sudah lima bank dirampok. Polanya selalu sama. Mereka datang menyamar sebagai pemilik dan pimpinan bank yang akan dirampok.
Wajahnya benar-benar persis, entah bagaimana cara mereka menirunya. Karyawan bank tentu saja tidak curiga dan membuka kas. Saat itu komplotannya yang membaur dengan pengunjung keluar dan menodongkan senjata. Setelah isi kas dikuras, mereka keluar dan memasuki mobil yang sudah menunggu, lalu kabur,"
“Apa foto pelakunya sudah disebarkan?” tanya Hermione.
“Itulah masalahnya. Seperti kubilang tadi, salah satu mereka menyamar
jadi pemilik atau pimpinan bank. Ketika kami menginterogasi pimpinan banknya, ternyata dia punya alibi. Berarti bukan dia kan. Tapi bagaimana dia bisa meniru sepersis itu? Komplotannya juga aneh. Para saksi mata menyebutkan, mereka kembar karena wajahnya serupa. Anehnya, dalam setiap perampokan, orangnya pasti beda, tapi selalu kembar, identik," katanya.
“Polyjuice," bisik Hermione pelan.
“Apa?” tanya Josh.
“Oh, tidak apa-apa. Bagaimana dengan sidik jari, atau sidik DNA?”
tanya Hermione
“Bersih. Sama sekali tidak ada. Padahal petugas forensik sudah
memeriksa setiap inchi ruang bank,"
“Kalian tak pernah mencoba mengejar pelakunya?” tanya Harry.
“Kami hampir selalu terlambat tiba di tempat kejadian. Pernah sekali
aku sempat melihat mobil itu di kejauhan dan mencoba mengejarnya. Tapi aku
kehilangan jejak," sahutnya. “Singkatnya, kami belum punya cukup petunjuk,"
Telepon berdering. Inspektur mengangkatnya dan mendengarkan. Dia
menutup telepon dan menatap keempat orang itu.
“Kebetulan sekali. Perampokan lagi di Fifth Street, tidak terlalu
jauh dari sini. Bank of Columbia. Aku ingin kalian ke sana segera dan temukan pelakunya. Sudah cukup kita dipermalukan media massa karena kasus ini. Josh, berikan perlengkapan mereka," perintahnya.
Josh Jackson berdiri dan mengambil sesuatu dari lemari. Berikutnya
Harry cs menerima sepucuk pistol kaliber 32 beserta pelurunya, lencana polisi bertuliskan nama mereka, dan HT untuk berkomunikasi.
“Ayo kita bergerak," ajak Josh.
Dalam sepuluh menit, mereka sudah tiba di lokasi perampokan. Josh
baru akan membelokkan mobilnya saat sebuah Ferrari menderu nyaris menabraknya.
Dia mengumpat, lalu mengerem lagi karena seorang wanita berlari sambil
berteriak-teriak histeris. Hermione menoleh ke Ferrari yang ngebut di belakang mereka.
“Itu pasti perampoknya. Sebaiknya kita kejar dia," kata Hermione.
“Kita berpencar," kata Harry. “Kau dan Ron turun di sini. Aku dan
Josh akan mengejarnya,"
“Usul bagus," sahut Josh.
Josh berhenti sebentar untuk menurunkan Ron dan Hermione. Kemudian
mendadak berbelok dan mengejar Ferrari yang tinggal titik kecil di ujung jalan.
Dia menghidupkan sirine dan menekan gas sekuat-kuatnya. Lumayan juga kemampuan menyetirnya. Harry merasa tegang. Ini seperti film muggle yang dulu sering ditonton Dudley.
"Kau sudah mengenakan sabuk pengamanmu ?" teriak Josh mengatasi deru mesin mobilnya.
"Sudah," Harry balas berteriak.
Samar-samar Ferrari itu masih terlihat. Harry agak khawatir. Sejauh
yang dia tahu, Ferrari terkenal karena keunggulannya dalam hal kecepatan. Apakah mereka bisa mengejarnya ?
===
Seolah dapat membaca pikiran Harry, Josh berkata, "Jangan khawatir.
Mobil ini meski luarnya butut, tetapi mesinnya sudah diup-grade," dan angka yang
ditunjuk oleh jarum di speedometer meyakinkan Harry akan kebenaran ucapan
Josh.
Ferrari itu terlihat membelok ke jalan yang lebih sepi, lebih kecil.
Kecepatannya tidak berkurang. Sepinya jalan membuat Josh lebih leluasa
mengejarnya. Namun rupanya itu hanya trik, secepat apapun mobil polisi itu,
tidak akan dapat mengejarnya. Karena di tikungan tiba-tiba --alih-alih
membelok-- Ferrari itu malah mengeluarkan suara 'pop' dan menghilang.
"Dissaparate ?" ujar Harry tanpa bisa menahan diri, lupa bahwa
di sebelahnya ada Muggle.
"Apa ?"
"Emm, tidak, maksudku, bagaimana mungkin ..,"
"Aku tahu mungkin ini terdengar tolol, tetapi, mungkinkah ... ada
kekuatan lain yang berperan di sini ?" Josh bertanya.
"Maksudmu ?"
"Sihir, atau semacamnya, ... "
"Kau percaya sihir, Josh ?"
"Kalau yang kau maksud aku pernah mengalami atau melihat sendiri, sih
tidak. Tetapi, entahlah, aku merasa hal-hal semacam itu ada," Josh setengah
putus asa membelokkan mobilnya kembali ke arah mereka datang tadi. Ia menekan tombol radio komunikasi mobil-nya dan melaporkan lolosnya buruan mereka pada Inspektur Marks.
"Kita jemput Ron dan Hermione, lalu aku akan jelaskan sesuatu padamu," entah mengapa Harry merasa ia bisa mempercayai Josh dengan sepenuh hatinya.
2. Fiducia
Mereka kembali ke TKP (tempat kejadian perkara). Ron dan Hermione
nampak sedang sibuk menanyai sekumpulan orang, mencatat sana-sini. Mereka
melihat Harry dan Josh kembali, memberi isyarat untuk menunggu. Setelah beberapa
menit, mereka kembali ke mobil, dengan wajah kusut.
"Ada sesuatu yang menarik ?" tanya Harry, "dapat petunjuk ?" Ron dan
Hermione bersamaan menggeleng lesu.
"Kalian sendiri bagaimana ?"
"Dia lolos," keluh Josh, wajahnya sama kusutnya.
"Josh," sahut Harry, "adakah tempat di mana kami bisa berbicara
dengan aman tanpa ada yang mendengar ?" Ron dan Hermione agak bingung, mau
bicara apa Harry ?
"Bagaimana kalau di flat-ku ?" Josh nampak penasaran dengan yang akan
dibicarakan.
Mereka melaju menuju kawasan perumahan susun tidak jauh dari situ.
Setelah memarkir mobilnya, mereka turun, melintasi sebuah lapangan basket, dan memasuki satu di antara beberapa gedung bertingkat di sana.
"Cuma tingkat tujuh," sahut Josh mencoba menjawab kengerian di wajah Ron. Mereka naik lift, turun di tingkat 7, dan berhenti di depan pintu dengan tulisan "713" di depannya.
Harry berusaha untuk tidak terlihat nyengir, nomor itu sama dengan
kamar penyimpanan batu bertuah, dulu, di Gringotts.
Mereka memasuki sebuah ruangan, kecil tetapi bersih, tidak seperti
biasanya kamar laki-laki yang berantakan.
"Anggap saja rumah sendiri," Josh mempersilakan semua duduk, "dan Harry, aku tidak ingin berbasa-basi lagi, apa yang ingin kau bicarakan itu berkaitan dengan sihir ?"
Hermione dan Ron seakan terlonjak saking kagetnya.
Harry berusaha untuk tetap tenang. "Mobil yang kami kejar tadi,"
katanya berusaha menjelaskan pada Ron dan Hermione, "tiba-tiba menghilang. Aku curiga mereka ber-Dissaparate. Third Party Apparate tingkat tinggi, kukira, jika mereka bisa membawa mobil ber-Dissaparate bersama mereka,"
Hermione dan Ron menampakkan wajah mulai mengerti.
"Josh, aku --kami--, harus berterus terang padamu," Harry mencoba
menjelaskan.
"Bahwa kalian penyihir ?" Josh menebak dengan tepat. Harry
mengangguk.
"Yah, ini setidaknya menjelaskan padaku, beberapa fenomena aneh yang
tak terjelaskan dalam kasus ini," Josh entah lega, entah ngeri mendapati
kenyataan partnernya adalah penyihir.
"Tetapi kau harus berjanji," Hermione cepat-cepat menambahkan, "tetap
merahasiakan hal ini,"
Josh mengangguk, "sumpah pramuka," katanya sambil tersenyum, tangan
kanannya diangkat sejajar kepalanya.
"Kau kelihatan tidak terkejut ?" Ron ingin tahu.
"Aku punya keluarga jauh, sepupu kakekku kalau tidak salah, seorang
penyihir. Saat setingkat SMP, ia masuk sekolah entah apa, yang lokasinya pun entah di mana. Ia hanya pulang pada liburan musim panas, dengan tingkah laku yang semakin aneh dari hari ke hari," Josh menjelaskan.
"Hogwarts," batin Harry. "lalu apa yang terjadi, maksudku, di mana ia
sekarang ?"
"Sudah meninggal,"
"Oh, sory,"
"Tidak apa. Kakekku bilang ia seorang yang gagah berani. Meninggalnya
pun karena melawan seorang penyihir yang maha-jahat. Yang bahkan namanya pun para penyihir tidak berani menyebutkannya,"
Bertiga mereka langsung maklum siapa "dia".
"Penyihir jahat itu sekarang sudah mati, Josh," Ron meyakinkannya,
"tetapi sisa-sisa pengikutnya masih berkeliaran, dan masih cukup potensial untuk menimbulkan kerusuhan. Seperti sekarang ini. Kami curiga para Death Eaters, itu istilah untuk mereka, yang menjadi biang keladi semua perampokan ini"
"Tetapi untuk apa ?" Josh keheranan, "aku rasa uang kami tidak akan
ada artinya di dunia sihir kalian,"
Harry mengangguk, "itulah yang ingin kami ketahui sekarang,"
Terdengar suara seperti ada yang mengetuk-ngetuk kaca jendela dapur.
Josh langsung waspada, menyiapkan pistolnya, mengendap ke dapur. Harry
mengikuti.
"Josh, tidak apa-apa. Ia Hedwig," Harry lega melihat siapa yang
berada di luar jendela. Tentu saja, siapa juga yang bisa berada di luar jendela di tingkat tujuh kecuali unggas ?
Josh membuka jendelanya, dan Hedwig langsung meluncur masuk, hinggap
di bahu Harry. Mematuk kupingnya dengan sayang, dan melontarkan pandangan 'ini siapa sih ?' pada Josh.
"Jangan takut, Hedwig, dia teman," kata Harry sambil membuka ikatan
di kaki burung hantu itu, segulung perkamen yang cukup panjang.
"Itu cara kalian berkomunikasi ?" tanya Josh. Mereka bertiga
mengangguk.
Harry membawa perkamen itu ke atas meja,lalu membuka dan
membentangkannya agar mereka semua bisa membacanya bersama-sama.
***
Mr Potter,
Sungguh suatu kejutan. Aku sama sekali tidak mengira bahwa Kementrian akan mempekerjakan orang-orang yang, bila menemui kesulitan, kembali ke guru mereka di sekolah.
(Harry membayangkan Snape menulis kalimat ini dengan senyum sinisnya
yang khas itu. Tetapi ia tidak peduli. Kenyataan bahwa Snape bersedia membalas surat saja sudah merupakan kemajuan yang bagus dari hubungan mereka)
Ada banyak macam logam yang dapat dipergunakan dalam ramuan-ramuan sihir. Tetapi, melihat situasi saat ini, -kasus yang kukira sedang kalian tangani-, maka ada suatu teori yang kupikir cocok. Kita kembali pada masa sewaktu aku masih bergabung dengan mereka. Ada suatu strategi yang mereka sebut
"Fiducia". Kepercayaan. Strategi ini terdiri dari dua langkah:
1. Menimbulkan gangguan keamanan di dunia Muggle sedemikian sehingga tidak teratasi oleh para petugas keamanan Muggle. Lalu mereka menawarkan jasa
pengamanan. Tentu saja dibuat sandiwara sedemikian rupa sehingga nampak bahwa mereka mampu mengatasi semua gangguan, gangguan mana ditimbulkan oleh rekan mereka sendiri. Jika para Muggle sudah percaya, sudah berada dalam genggaman 'bantuan keamanan' para Death Eaters ini perlahan akan menguasai masyarakat, dengan upeti, perbudakan Muggle, dan semacamnya.
2. Mungkin kalian perlu ketahui bahwa uang Muggle nilainya tidak seperti uang kita. Nilai nominal --begitu mereka menyebut angka yang tertera di
atas uang tsb-- biasanya lebih besar dari nilai bahan pembuat uang itu sendiri.
Mereka menggunakan tembaga, dan bahkan kertas, untuk nilai nominal yang sangat besar. Tetapi masyarakat mempercayai bank dan pemerintahnya, bahwa nilai yang tertulis itu benar. Kepercayaan terhadap mata uang ini, kepercayan terhadap bank, kepercayaan terhadap pemerintah yang mengeluarkan uang, dapat diserap secara sihir, ke dalam ramuan yang diberi nama Ramuan Fiducia.
Ramuan ini bekerja seperti Kutukan Imperium, membuat korbannya mengerjakan apa saja yang diinginkan pengendalinya. Hanya saja efeknya bertahan sangat lama, hanya berakhir jika korban mendapat ramuan penawar, atau mati. Jika para Death Eaters berhasil membuat Ramuan Fiducia ini, maka masyarakat Muggle akan sangat terancam.
Aku curiga, perampokan uang Muggle secara besar-besaran ini berkaitan dengan usaha untuk memperoleh sejumlah besar mata uang Muggle, agar dapat diserap "Fiducia"-nya. Aku sendiri juga sedang mengerjakan riset untuk meneliti Ramuan Fiducia ini, berikut kemungkinan membuat penawarnya.
Aku harap kalian bertiga berusaha keras menangani kasus ini.
Jangan mengecewakan bekas gurumu, meskipun aku sudah tidak bisa memotong poin asrama kalian lagi saat ini.
(bertiga mereka langsung nyengir membayangkan Snape masih berusaha
memotong poin asrama)
Beri kabar bila ada perubahan lebih lanjut, atau ada yang ingin kalian tanyakan lagi.
Prof. S Snape
***
"Woow, Harry," seru Ron, "Aku benar-benar tidak percaya Snape menulis ini,"
"Memangnya kenapa ?" Josh tidak mengerti.
"Profesor Snape ini sangat membenci kami bertiga. Harry terutama. Ia selalu berusaha mencari-cari kesalahan kami, dan memotong poin asrama atau memberi detensi sebanyak mungkin," Hermione menjelaskan.
"Tetapi, toh, ia membantu juga," Harry membela, sesuatu yang ganjil, sejak kapan Harry Potter membela Profesor Snape ?
"Baiklah, sekarang apa tindakan kita ?" Josh ingin tahu, "terutama dengan adanya perkembangan tak terduga ini, emm .. sihir maksudku," Josh jadi salah tingkah.
"Pertama-tama, tentu saja kenyataan bahwa kami adalah penyihir tidakboleh diketahui orang lain," Josh mengangguk pada pernyataan Hermione ini, "lalu, kau juga harus tahu bahwa kami hanya diperkenankan melakukan sihir seminimal mungkin, dan dalam keadaan darurat sekali" Josh menampakkan wajah kecewa.
Seolah tadinya ia ingin melihat ketiga partner barunya ini melakukan hal-hal yang dahsyat. Tapi ia mengangguk juga,
"Jadi aku harus membantu kalian mengatasi kasus ini secara Mu .. eh apa istilah kalian untuk menyebut masyarakat non-penyihir ?"
"Muggle"
"Nah, itu dia. Kukira sekarang kita sebaiknya pergike bagian Puslitbang, melihat arsip kasus-kasus terdahulu secara detil. Mungkin ada petunjuk yang dapat ditarik. Meskipun para detektif terlatih dari kepolisian telah berulangkali mencoba, namun kukira, akan ada temuan baru bila diteliti dari sudut pandang para penyihir,"
Mereka sepakat. Turun kembali ke lapangan parkir (Hedwig dilepas setelah diberitahu bahwa di dekat situ ada taman dengan pepohonan penuh burung hantu).
"Josh ?" Hermione menghentikan langkahnya sejenak.
"Apa ?"
"Terimakasih,"
"Untuk apa ?"
"Kau sangat pengertian, .. er .. pada keadaan kami,"
Wajah Josh memerah, "tidak apa-apa. Aku sudah dari dulu ingin punya kawan penyihir."
--- (bersambung) ---