Disclaimer: Semua karakter dalam Harry Potter adalah milik JK Rowling. Bukan untuk kepentingan komersial. Fanfic ini hanya hiburan semata.
Rated: PG-13 / K-T - B.Indonesia - Drama atau Family
Genre: Romance, Humor
Main character(s): Hermione, Ron, Harry
Ships: Harry/ Hermione, Ron/Hermione
Era: the end of the Second Wizarding War (sekitar 1998), 2017
Awal cerita oleh Anne Mariane
======
Lily Luna sedang menggambar bunga di atas tempat tidur, ketika Hermione memasuki kamar sambil bersenandung, "When we dance, angels will run and hide their wings.. "
Hermione meletakkan keranjang setrikaan ke atas tempat tidur Lily sambil terus menggumamkan lagu sedih itu. Ia lalu memilah baju sesuai jenisnya dan menepuk kaki Lily Luna dan mengedikkan kepala, supaya Lily beranjak dan membantunya memasukkan baju-baju ke dalam lemari.
"Lagu apa sih, Ma?" Lily mendorong peralatan gambar dan segera bangun. Ia membereskan baju yang baru disetrika dan memasukkannya ke dalam lemari.
"Lagu kesukaan Mama, lagunya Sting." Hermione tersenyum simpul. Lalu ia meninggalkan Lily Luna di kamarnya, dan memasuki kenangan lama. Karena lirik lagu When We Dance ini seperti menyihirnya kembali ke masa-masa di mana ia sedang merasa dicintai pria lain selain suaminya.
".. If he loved you
Like I love you
I would walk away in shame
I'd move town
I'd change my name.. "
[: Anne:]
Ah ya, kenangan lama. Sebuah kisah masa lalu.
Hanya karena sebuah lagu, semua ingatan itu muncul begitu saja dalam bayangannya.
Lagu itu dulu bukanlah lagu kesukaannya. Dia tak sengaja mendengar lagu itu dimainkan dari dalam kamar seseorang beberapa hari sebelum pesta pernikahannya. Dia kemudian menyukainya hanya karena lagu itu yang membuatnya mengerti tentang apa yang terjadi sesungguhnya.
Hermione merebahkan tubuhnya pada sebuah sofa empuk di ruang keluarga. Untunglah semua pekerjaan rumah sudah beres. Dia bisa bersantai sekarang.
Sambil terus bersenandung, Hermione memijit tombol sebuah remot yang di arahkannya pada pemutar musik di seberang. Tak lama, lantunan musik pembuka dari lagu When We Dance terdengar memenuhi ruangan. Bibirnya berhenti bersenandung dan mendengarkan lagu itu dengan seksama.
Hujan di luar rumah masih terus turun. Tidak bertambah deras, tidak juga terlihat tanda-tanda akan reda. Waktu yang pas untuk beristirahat. Ditambah dengan aroma khas tanah yag basah menguar kuat hingga menyentuh hidung Hermione yang sedang duduk di dekat jendela.
“... When he watches you
When he counts to buy your soul
On your hands his golden rings
Like he owns the bird that sings...”
Lagu itu terus melantun seiring dengan pikiran Hermione yang mulai melayang menghampiri awal kisah dari sebuah kenangan yang telah tersimpan bersama lagu tersebut.
“Mau berdansa?” tanya Harry pada malam itu di dalam tenda mereka. Dia mengulurkan telapak tangannya yang menengadah ke atas kepada Hermione.
Hermione menatap mata hijau Harry yang sedikit menyipit karena tertarik oleh senyumnya yang serasa dipaksakan.
Hermione sedang kalut, Harry tahu persis mengapa. Tak ada Ron, tak ada lagi Trio Emas. Kini mereka hanya berdua, di tenda ini, untuk berburu Horcrux. Ron meninggalkan mereka begitu saja. Tanpa salam perpisahan, tanpa penyesalan.
Juga, tanpa peduli perasaan Hermione.
[: Astrin :]
Dalam kekosongan pikirannya, Hermione menyadari betul kehadiran Harry di tenda mereka. Hanya berdua saja. Diawal-awal masa sekolah dulu, pasti dia akan terlonjak senang, bisa berdua saja dengan tokoh idolanya. Dia sudah membaca semua buku tentang Harry Potter saat diketahui dia akan sekolah di Hogwarts.
Tapi kemudian ada Ron, cowok yang selalu nempel ke Harry, yang selalu ingin terlihat hebat, yang selalu mencemooh Hermione, membuat bayangan Harry memudar digantikan wajah Ron yang menjengkelkan. Rasa jengkel yang akhirnya meluluhkan hati cewek setomboy Hermione.
Diusapkan matanya yang berkabut, disambutnya uluran tangan Harry. Hermione mengerti mengapa tiba-tiba Harry mengajaknya berdansa.
[: Henny :]
"Lagu apa sih, Ma?" Lily mendorong peralatan gambar dan segera bangun. Ia membereskan baju yang baru disetrika dan memasukkannya ke dalam lemari.
"Lagu kesukaan Mama, lagunya Sting." Hermione tersenyum simpul. Lalu ia meninggalkan Lily Luna di kamarnya, dan memasuki kenangan lama. Karena lirik lagu When We Dance ini seperti menyihirnya kembali ke masa-masa di mana ia sedang merasa dicintai pria lain selain suaminya.
".. If he loved you
Like I love you
I would walk away in shame
I'd move town
I'd change my name.. "
[: Anne:]
Ah ya, kenangan lama. Sebuah kisah masa lalu.
Hanya karena sebuah lagu, semua ingatan itu muncul begitu saja dalam bayangannya.
Lagu itu dulu bukanlah lagu kesukaannya. Dia tak sengaja mendengar lagu itu dimainkan dari dalam kamar seseorang beberapa hari sebelum pesta pernikahannya. Dia kemudian menyukainya hanya karena lagu itu yang membuatnya mengerti tentang apa yang terjadi sesungguhnya.
Hermione merebahkan tubuhnya pada sebuah sofa empuk di ruang keluarga. Untunglah semua pekerjaan rumah sudah beres. Dia bisa bersantai sekarang.
Sambil terus bersenandung, Hermione memijit tombol sebuah remot yang di arahkannya pada pemutar musik di seberang. Tak lama, lantunan musik pembuka dari lagu When We Dance terdengar memenuhi ruangan. Bibirnya berhenti bersenandung dan mendengarkan lagu itu dengan seksama.
Hujan di luar rumah masih terus turun. Tidak bertambah deras, tidak juga terlihat tanda-tanda akan reda. Waktu yang pas untuk beristirahat. Ditambah dengan aroma khas tanah yag basah menguar kuat hingga menyentuh hidung Hermione yang sedang duduk di dekat jendela.
“... When he watches you
When he counts to buy your soul
On your hands his golden rings
Like he owns the bird that sings...”
Lagu itu terus melantun seiring dengan pikiran Hermione yang mulai melayang menghampiri awal kisah dari sebuah kenangan yang telah tersimpan bersama lagu tersebut.
“Mau berdansa?” tanya Harry pada malam itu di dalam tenda mereka. Dia mengulurkan telapak tangannya yang menengadah ke atas kepada Hermione.
Hermione menatap mata hijau Harry yang sedikit menyipit karena tertarik oleh senyumnya yang serasa dipaksakan.
Hermione sedang kalut, Harry tahu persis mengapa. Tak ada Ron, tak ada lagi Trio Emas. Kini mereka hanya berdua, di tenda ini, untuk berburu Horcrux. Ron meninggalkan mereka begitu saja. Tanpa salam perpisahan, tanpa penyesalan.
Juga, tanpa peduli perasaan Hermione.
[: Astrin :]
Dalam kekosongan pikirannya, Hermione menyadari betul kehadiran Harry di tenda mereka. Hanya berdua saja. Diawal-awal masa sekolah dulu, pasti dia akan terlonjak senang, bisa berdua saja dengan tokoh idolanya. Dia sudah membaca semua buku tentang Harry Potter saat diketahui dia akan sekolah di Hogwarts.
Tapi kemudian ada Ron, cowok yang selalu nempel ke Harry, yang selalu ingin terlihat hebat, yang selalu mencemooh Hermione, membuat bayangan Harry memudar digantikan wajah Ron yang menjengkelkan. Rasa jengkel yang akhirnya meluluhkan hati cewek setomboy Hermione.
Diusapkan matanya yang berkabut, disambutnya uluran tangan Harry. Hermione mengerti mengapa tiba-tiba Harry mengajaknya berdansa.
[: Henny :]