#SnapeDay #RRSnape
Disclaimer: Semua karakter dalam Harry Potter adalah milik JK Rowling. Bukan untuk kepentingan komersial. Fanfic ini hanya hiburan semata.
Rated: PG-13 / K-T - B.Indonesia - Drama atau Family
Genre: Romance, Humor
Main character(s): Snape, boleh ditambah karakter Marauder
Ships: Snape/Lily
Era: Masa Marauder, Desember 1975 (tahun ke-empat)
Awal cerita oleh: Anne
Peserta #SnapeDay #RRSnape, Para #Sprinkler atau Para Penerus Cerita:
Disclaimer: Semua karakter dalam Harry Potter adalah milik JK Rowling. Bukan untuk kepentingan komersial. Fanfic ini hanya hiburan semata.
Rated: PG-13 / K-T - B.Indonesia - Drama atau Family
Genre: Romance, Humor
Main character(s): Snape, boleh ditambah karakter Marauder
Ships: Snape/Lily
Era: Masa Marauder, Desember 1975 (tahun ke-empat)
Awal cerita oleh: Anne
Peserta #SnapeDay #RRSnape, Para #Sprinkler atau Para Penerus Cerita:
- Yuzka Malfoy @yuzkangaroo
- Putri Primasari @RuryPiliang
- Ambu Dian @ambudaff
- DE Malfoy @ManOfDE
- Bundo Henny @bundohenny
- Aisyah R. Syihab @arvisha
- Ismanto Hadi @ismantohadi
- Astrini @ashimie_
Kalau namamu sudah terdaftar di atas, berarti sudah siap menyumbang cerita untuk event ini ya.
Penulis yang melanjutkan, harus melanjutkan dari tanda [ :: nama penulis :: ] yang ditinggalkan penulis sebelumnya. Harap baca dulu cerita pembuka dan cerita sebelumnya. silakan diskusikan di thread comment.
berikan keterangan yang lain, maka dianggap cerita yang diinginkan akan berjalan di alur plot canon (sesuai dengan buku), jadi, bacalah buku dan/atau wikia/leksikon online untuk melengkapinya ya!
Lain-lain: baca https://www.facebook.com/notes/pohon-cerita/panduan-aturan-main/298828443523182
Bahan referensi:
http://harrypotter.wikia.com/wiki/Yule_Ball
http://harrypotter.wikia.com/wiki/1975
== CERITA PEMBUKA ==
18 Desember 1975
Can you hear me, can you hear me
Thro the dark night, far away,
I am dying, forever trying,
To be with you, who can say.
Lagu Rod Stewart terdengar sayup-sayup dari sebuah sudut kamar di ruang bawah tanah, Asrama Slytherin. Seorang anak berambut hitam sedang mencoba menikmati lagu ini sambil membereskan buku ramuan yang berantakan di bawah meja samping tempat tidurnya. Suasana asrama sepi, hanya 1-2 orang di ruangan itu, semua sibuk sendiri. Terdengar suara Damian Kern, yang sedang menggumamkan lagu Rod Stewart. Snape merasa terganggu, ia matikan radio Muggle milik sang ayah-satu-satunya barang yang ia bawa dari rumah, berharap tak perlu mendengar suara orang lain yang menikmati lagu ini.
Seminggu lagi Pesta dansa Yule Ball akan diadakan di Hogwarts. Kalau ada anak Hogwarts yang paling tidak semangat menyambut acara ini, Snape-lah orangnya.
[ :: Anne :: ]
Tetapi sesungguhnya beberapa bulan yang lalu ia sangat bersemangat mengikuti pesta dansa, sungguh-sungguh bersemangat. Ia bahkan sampai menyisihkan uangnya yang sesungguhnya sangat sedikit untuk dapat membeli sebuah jubah pesta nan indah. Jubah pesta yang akan ia kenakan untuk berdansa dengan sang pujaan hati, satu-satunya wanita yang ia cintai.
Namun semua harapannya, keinginannya, semangatnya lenyap ketika ia meminta seorang Lily Evans untuk menjadi pasangannya dua bulan yang lalu. Ia terlambat, gadis itu telah menerima permintaan orang lain. Ia terlambat, sungguh terlambat. Kini jubah pesta yang telah ia beli itu hanya tersimpan di dalam koper di bawah tempat tidurnya.
Ketidak beruntungannya tak hanya berhenti sampai disitu. Entah mengetahui dari mana si bocah nakal Potter beserta teman-temannya tau perihal keterlambatannya mengajak seorang Lily Evans ke pesta dansa. Setiap hari tiap jam selama dua bulan ini keempat bocah nakal itu selalu mengolok-oloknya, serta menghinanya. Ia tak tau hinaan apa lagi yang akan ia terima esok hari.
[ :: Rury :: ]
Keesokan harinya, Snape berjalan mengitari taman kastil sendirian. Ia tidak tahu kalau empat sekawan potter itu membuntutinya dari dungeon. Snape tiba tiba berhenti disebuah pohon besar dekat gargoyle itu. Dia pun duduk dibawah pohon tersebut. Sinar mentari pagi itu sangat cerah yang membuat snape terlihat ceria pada saat itu. Membuka buku ramuan yang ia ambil dari tasnya, terlihat bayangan dari empat sekawan potter itu. Tapi, snape tetap tidak memperdulikannya.
Membuka halaman per halaman buku ramuan tersebut, tiba tiba terlihat seorang Lily Evans mendatanginya. Empat teman potter itu tidak tahu bahwa lily evans telah bersama snape dari tadi. Lily langsung menyapa snape dengan senyumnya yang indah, snape pun membalas sapaan lily dengan senyum walaupun snape sedikit malu saat itu. Setelah lily dan snape berbincang lama, James Potter baru sadar bahwa lily telah bersama snape. James Potter langsung berjalan dengan wajah yang sedikit marah terhadap snape menuju ruang rekreasi gryffindor. James jalan dengan cepatnya dan diikuti oleh tiga temannya.
Snape tidak merasakan bahwa empat sekawan yang memusuhinya itu telah pergi. Snape dan Lily pun pergi meninggalkan pohon besar tersebut menuju Aula Besar untuk Makan siang. Setelah sampai di Aula besar, Lily duduk dimeja khusus Gryffindor dan sebaliknya Snape duduk dimeja slytherin. Tidak disangka oleh snape, James Potter dan temannya datang dan duduk bersama Lily Evans. Snape hanya bisa melihat Lily dan James Potter dari jauh dengan perasaan yang sangat sakit bagi snape.
Sudah Lama James dan Lily makan berdua di Aula besar siang itu, Snape sudah lelah melihat mereka berdua dan langsung meninggalkan aula besar. Snape lari menuju dungeon bersama buku ramuan yang ia sayangi itu, dan langsung menuju kamarnya. Snape sangat membenci jika james potter itu menyentuh bahkan memeluk lily evans. Waktu semakin berlalu dan Malam sudah tiba. setelah Makan Malam di Aula besar Snape tidak melakukan apa apa diruang rekreasi dan langsung menuju kamarnya itu. Dikamar snape hanya seorang diri sedangkan temannya masih bermain diruang rekreasi. Snape pun tertidur pulas, dan ia berharap tidak akan bertemu dengan Potter lainnya dikemudian hari.
[ :: Rizky ::]
Mimpi itu terasa nyata. Saat itu dia berada di sebuah taman bunga yang indah sekali. Bunga-bunga bermekaran, beraneka warna. Kicau burung begitu merdu terdengar. Dengan Lily yang berjalan disampingnya, segalanya terlihat indah, segalanya terasa bahagia. Mereka berdua tersenyum. Dikemurungan kehidupan keluarganya, bertemu Lily adalah matahari yang menyinari hatinya.
Dia berjalan terus, tapi tiba-tiba cuaca berubah. Semakin jauh dia berjalan, dunia terlihat semakin kelabu, suasana hening. Seketika dia berbalik memandang Lily, namun alangkah terkejutnya dia, karena melihat Lily tertinggal jauh, tangannya menggapai-gapai namun hilang ditelan kabut kelabu. Dia berlari mengejar Lily, napasnya sesak, dadanya sakit. Apapun yang terjadi dia tidak mau kehilangan mataharinya. Tapi sekitarnya berubah menjadi hitam pekat. Segalanya gelap...tak satupun yang bisa dilihatnya, dia seperti buta. Segalanya hampa...
Tersentak dia terduduk, terbangun tiba-tiba dengan kepala sedikit pusing. Dadanya masih sakit, namun mimpi itu masih menghantuinya. Ditariknya napas panjang. ‘Ah, semoga hanya bunga tidur’, batinnya. Dia bangkit dari pembaringan, meraih handuk dan mencuci muka, mencoba menghilangkan gelapnya mimpi yang masih membayanginya. Di edarkannya pandangannya ke sekeliling kamar, memandang tubuh teman2nya yang tertidur pulas tanpa merasakan kesedihan apapun. Kembali dia memicingkan mata sambil membayangkan nama-nama ramuan yang akan dipelajarinya dalam semester ini. Dalam sekejap dia kembali pulas, lupa akan mimpinya barusan
[ :: Henny ::]
Esok paginya ketika ia telah bangun dari tidurnya, Snape berjalan menuju Great Hall sendirian - Seperti Biasa -. Kesepian memang, tapi ia harus dan sudah terbiasa dengan semua itu.
Sampai di Great Hall, dilihatnya si Potter, Black, Lupin dan si payah Pettigrew sedang bercanda ria dengan - Snape mendengus melihat ini - si cantik Lily Evans. Lily terlihat sangat bahagia disana mendengar lelucon Potter, kejadian kemarin masih belum bisa ia lupakan dan ini seperti siaran ulang yang menyebalkan.
Cemburu? ya, tapi tidak mungkin ia berkata itu di depan 4 sekawan pembawa ulah itu bukan? Apa lagi nama olokan yang akan mereka tambah setelah Snivellus dan Snivelly, Si malang Snivellus atau Singvellus (Singgel Snivellus).
Teringat lagi tentang nasib malang Pesta dansa Yule Ball-nya. Dengan siapa ia akan pergi nantinya?
[ :: Yuzka ::]
Lagi-lagi pandangan matanya jatuh kepada Lily. Seperti gerakan tak sadar, setiap kali memikirkan tentang pesta Yule Ball, selalu semuanya tentang Lily. Dan setiap kali tersadar dengan yang sudah Lily lakukan padanya, setiap itu pula sudut hatinya terasa sakit.
Kini datang ke pesta Yule Ball bukan lagi prioritasnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin muncul dalam pesta dansa itu. Yeah, seandainya saja tidak ada peraturan dari kepala Sekolah yang mewajibkan semua murid untuk datang. Peraturan yang menyebalkan. Itu sama saja dengan mewajibkan setiap murid datang berpasangan ke pesta Yule Ball. Astaga, harus dengan siapa dirinya datang ke pesta terkutuk itu?!
Sally Anderson pernah menjadi pilihan. Tetapi ia ragu, hanya sekali mereka pernah berbicara, itupun saat Sally bertanya di mana letak buku "66 Cara Mengembangbiakkan Cacing Flobber" di perpustakaan Hogwarts satu tahun silam.
Lei-entah siapa-, juga bisa jadi pilihan. Gadis dari kelas empat, seorang pendiam, berkacamata, dan sepertinya tak punya banyak teman. Bukan tipe yang populer, bahkan di dalam asrama Slytherin sendiri. Sayangnya Severus Snape tak pernah berbicara dengannya. Dia bahkan baru sadar ada seorang anak Slytherin seperti itu kemarin.
Galau? Tidak, tidak. Dia tidak mungkin galau. Severus Snape tidak pernah galau, ingat itu!
[ :: Astrin :: ]
Dimalam yang sama, Snape hampir tidak bisa tidur. Ia Selalu membayangkan betapa sakit hatinya ia melihat lily dan Potter itu berdansa di yule ball nanti. Mungkin snape tidak pernah menyebut dirinya seorang "Pemuja" Lily, tapi hanya sebuah teman yang akrab dimata snape maupun dimata lily sendiri. Snape masih tidak bisa tidur memikirkan hal itu, dia hanya memikirkan bagaimana ia datang ke pesta yule ball nanti. Ya, Snape tidak seperti murid slytherin lainnya. Snape adalah orang yang tulus jika berteman dan selau sabar jika Empat sekawan potter itu menghinanya bahkan memantrainya.
Snape bangun sedikit lama dari bisanya, mungkin karena memikirkan tentang hal tadi malam. Seperti biasa, snape tidak pernah menyapa teman sekamarnya dia langsung menuju kamar mandi. Setelah menyiapkan perkamen-perkamen untuk pelajaran pagi ini, dia langsung menuju kelas ramuan. Diperjalanan, ia bertemu dengan kapten tim quidditch slytherin Emma Vanity yang mungkin banyak disukai oleh murid slytherin lainnya. Dia hanya senyum dan tak memperdulikannya jika perempuan itu membalas senyumnya.
Snape telah sampai dikelas ramuannya, dia selalu menyendiri dari murid lainnya. Seperti biasa, Lily dan Potter selalu bersebelahan jika mengikuti kelas tersebut. Proffesor pun memasuki kelas, dan prof langsung memberi tugas untuk membuat ramuan Amortentia atau Ramuan Cinta. Ya, Snape lah yang selalu pertama kali berhasil membuatnya dan disusul oleh Gilderoy Lockhart murid Ravenclaw yang selalu melakukan hal yang aneh. Snape tidak mendapatkan apa apa , tapi ia mendapatkan rasa bangga nya itu di kelas ramuan. Lily mendatanginya untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannya itu. Snape selalu Gugup jika didekat Lily.
Severus Snape keluar dari kelas ramuan beserta murid lainnya. Snape melewati taman kastil dan berhenti dipohon besar dimana ia selalu membaca buku ramuannya disana. Snape tidak menyangka jika 4 sekawan potter itu mengikutinya dari tadi. Snape belum menoleh kebelakang, tiba tiba potter melontarkan mantra Levicorpus ke Snape. Tubuh snape langsung menggantung diatas pohon itu, dan menjadi bahan tertawaan murid lainnya. Dalam hatinya snape, ia ingin membalas atas kelakuan potter itu. Beberapa menit kemudian mantra itu lepas dan snape jatuh dari atas pohon itu. Potter tertawa terlalu keras pada saat itu, snape hanya bisa sabar dan langsung berlari ke kamarnya dengan sedikit air mata yang menetes.
Didalam kamar nya, ia meratapi nasibnya yang selalu sial jika bertemu potter. Dia tidak pandai dalam hal mantra, sebaliknya potter yang pandai dalam hal mantra. seharian dia terus berada dikamarnya walau hanya 1 kelas yang ia masuki saat itu. Berbaring ditutupi selimut memikirkan nasibnya tadi siang. Semakin lama snape pun tertidur pulas dikamarnya sendirian. Snape tidak tahu apa yang akan terjadi padanya dikemudian hari.
[ :: Rizky ::]
Keesokan harinya, Severus bangun pagi-pagi sekali. Padahal itu hari Minggu, tidak ada kelas sama sekali. Teman-teman sekamarnya masih terlelap. Hari libur seharusnya digunakan sebaik-baiknya untuk beristirahat bukan? Namun hal itu tidak berlaku untuk Severus Snape. Hampir tidak ada hari libur untuknya. Dia selalu sibuk belajar. Baginya, cara terbaik untuk mengalihkan pikiran adalah dengan belajar dan membaca buku. Masih banyak buku di perpustakaan yang ingin ia baca. Sesampainya di perpustakaan, Madam Pince baru saja membuka pintu perpustakaan, "Ah.. Severus, sudah kuduga kau akan datang hari ini. Namun tidak sepagi ini juga, bahkan bersamaan dengan aku membuka pintu ini. Atau mungkin kau sudah menungguku sejak lama?".
Severus hanya membalas sapaan Madam Pince dengan senyuman. Ia memang jarang berbicara, dan kali ini ia sudah tidak sabar menuju rak buku untuk mengambil buku yang sangat ingin dibacanya. Begitu pintu perpustakaan terbuka, ia segera menuju rak buku di sudut kiri ruangan, rak yang berdebu paling tebal, karena jarang disentuh. Matanya menyusuri buku-buku di rak tersebut hingga jatuh pada buku bersampul hitam. Buku itu berjudul "Guide to Advance Occlumency", karya Maxwell Harnett. Severus meraih buku tersebut dengan tersenyum puas. Dibersihkannya debu yang melapisi buku tersebut. Lalu ia menuju meja favoritnya, meja terdekat dengan bagian terlarang dari perpustakaan. Sudut di ruangan yang jarang dilintasi murid. Severus tidak ingin diganggu. Walaupun kecil kemungkinan ada orang lain yang akan mengunjungi perpustakaan pada hari Minggu menjelang Yule Ball, namun dia memilih resiko terkecil untuk menghindari gangguan. Severus pun mulai membaca bukunya.
Severus menikmati membaca buku tersebut sampai ia lupa kalau ia belum sarapan, dan sekarang sudah menjelang siang. Ia mulai merasa lapar, namun ia enggan meninggalkan bacaannya. Tak dipedulikannya rasa lapar itu, dan ia tetap melanjutkan membaca. Jam makan siang pun terlewati. Severus sudah tidak sanggup menahan rasa laparnya, maka ia berdiri untukkeluar dari ruangan, namun dilihatnya seseorang masuk ke dalam perpustakaan, orang itu menghampirinya.
"Sudah kuduga kau di sini Sev, kau tidak ada di aula besar saat sarapan dan makan siang tadi. Jadi kupikir, kau pasti sedang asyik melahap buku-buku sampai lupa makan. Aku bawakan makanan untukmu, Jika kau makan dengan cepat dan tersembunyi, maka Madam Pince tidak akan menyadari ada peraturan yang dilanggar di depan hidungnya". ujar Lily Evans sambil tersenyum, menyerahkan roti isi daging asap dan sebotol air jeruk hangat.
Severus tertegun sesaat ketika makanan dan minuman itu diulurkan Lily. Gadis itu memperhatikan bahwa ia belum makan seharian itu lalu datang mencarinya, membawakan makanan dan minuman . "Te.. terima kasih Lily", balasnya dingin. Lalu ia melahap roti itu dengan cepat, dan meminum jeruk hangatnya. Selesai makan dan minum, ia segera menekuni bukunya. Lily tersenyum melihat pola tingkah Snape. Lily pun duduk di kursi di hadapan Snape, lalu mengeluarkan sebuah buku dari tasnya, kemudian dia mulai membaca. Mereka berdua membaca dalam diam. Walau sebenarnya kehadiran Lily sedikit mengganggu konsentrasinya membaca buku, namun Severus Snape tidak keberatan.
[:: Aisyah ::]
"Sev, siapa pasanganmu ke Yule Ball?" tanya Lily memecah kesunyian. Buku yang dibacanya terbuka di atas meja.
Severus Snape tidak mengalihkan pandangannya dari buku. Ia menjawab, "belum ada."
"Oh," ucap Lily, mimik wajahnya berubah. "Aku berpikir tadinya kau akan mengajakku, Sev."
Severus tercekat. Pernyataan Lily barusan tepat mengenai hatinya. Ia mengangkat kepala dan menatap Lily. "Aku kira kau senang akan datang bersama si angkuh Potter itu ke pesta."
"Ck, namanya James, Sev," ucap Lily sebal. Ia tahu betapa Severus membenci James Potter. Lily menghela napas berat. "Aku tadinya menunggu ajakanmu. Tapi kau tetap tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menanyakannya padaku. Kupikir kau sudah mengajak orang lain. Jadi, saat James mengajakku duluan, aku menerimanya."
[ :: astrin :: ]
Suasana menjadi kikuk bagi keduanya. Severus tak tahu harus berkata apa, sementara Lily menunggu jawabannya."Ah, sudahlah. Tapi kau tetap datang ke Yule Ball kan?" tanya Lily memecahkan keheningan. "Aku tak tahu," jawab Severus.
"Walaupun kita datang bukan sebagai pasangan ke sana, kita tetap bisa berdansa berdua. Hanya berdansa", lanjut Lily lagi.
"Aku tak mengerti tentang aturan pesta dansa ini", Severus bingung, "...mungkin kau harus menulis buku tentang Yule Ball. Sepertinya kau tahu banyak", ujar Snape. Sebenarnya, ini adalah pesta dansa pertama yang mungkin akan dihadiri Severus. Kedua orang tuanya tak pernah mengajaknya ke pesta.
"Semua anak perempuan tahu tentang pesta dansa," Lily tersenyum malu, "Tuney dan aku sudah beberapa kali ke bermacam-macam pesta bersama orang tua kami. Tapi Yule Ball ini berbeda. Lebih istimewa."
Severus melihat wajah Lily yang merona bersemangat. Mungkin pesta ini yang merubah pola pergaulan murid-murid perempuan di Hogwarts. Mereka jadi suka berkumpul berkelompok, saling membandingkan catatan, terkikik pelan jika ada murid laki-laki lewat, dan hal-hal ajaib lainnya. Anak perempuan memang aneh. Bukan hanya sekali Severus melihat ada murid laki-laki yang meminta murid perempuan untuk menjadi pasangannya, diiringi sorak ramai teman-temannya. Seisi Hogwarts sudah menjadi aneh.
[:: Hadi ::]
"Jadi, kau mau datang kan?" desak Lily.
"A-Aku tak tahu--"
"Dasarnya mudah saja, Sev. Pria harus mengajak duluan. Begitu lagu mulai, kau bisa mengajak gadis mana saja untukl berdansa denganmu. Tentu harus minta baik-baik pada si gadis. Kalau si gadis tak mau, dia bisa menolak, dan kau tak bisa memaksa. Cuma itu saja--"
"Err..."
"Kuanggap kau menjawab 'ya', dan kau akan datang. Kutunggu ya!"
Severus tak tahu harus menjawab apa. Dan sekarang, ia bahkan tak tahu lagi harus berbuat apa.
[::ambu::]
"Sev, bagaimana pendapatmu," tanya Lily tiba-tiba sambil menyodorkan buku yang dibacanya, "tentang gaun ini?" Buku itu berjudul 'Kreasi Mode Jubah Penyihir sejak 1890', berisi foto-foto bergerak penyihir dalam jubah dan gaun dengan keterangan perancang busananya. Foto yang ditunjuk Lily adalah penyihir perempuan dalam gaun putih dengan hiasan berbentuk bunga berkelopak tiga di sekelilingnya. Bunga lily, fleur de lis.
"Bagus. Aku suka. Apakah kau akan memakainya di pesta nanti?" tanya Severus.
"Mungkin. Jika aku meminta lebih awal hadiah natal, berupa uang ke orang tuaku. Harganya sangat mahal jika memesan khusus di Madam Malkin. Tapi aku menemukan gaun yang mirip di Gladrags Wizardwear. Apalagi dengan tambahan ini." lanjut Lily sambil memperlihatkan secarik kertas.
Sebuah guntingan iklan Daily Prophet, yang ternyata adalah kupon 75% untuk pembelian produk Gladrags Wizardwear melalui pesanan burung hantu dalam rangka ulang tahun ke 225. '225 years dressing the Elegant Wizard', tulis iklan di kupon itu.
"Mari kuperlihatkan jubah yang mungkin cocok untukmu, aku lihat ada di buku ini," lanjut Lily sambil membuka-buka halaman, hingga menemukan sebuah foto jubah hitam berkancing banyak yang tampak elegan.
[:: Hadi ::]
Severus sungguh terkejut, mengapa jubah itu mirip dengan sebuah jubah yang kini mendekam di dasar kopernya? Sebuah jubah hitam dengan aksen kancing dari atas hingga bawah. Namun panjang jubah yang ia beli tidak sampai menyentuh tanah seperti yang diperlihatkan Lily dan sudah bisa dipasti jubah yang ia beli jauh lebih murah dari jubah yang ada di halaman tersebut.
"Bagaimana Sev? Bukankah ini keren? Kau pasti akan terlihat keren menggunakan jubah ini," ujar Lily berusaha meyakinkan.
"Dan kupon ini kita bisa gunakan untuk membeli jubah untukmu serta gaun untukku," lanjut Lily sambil menggoyang-goyangkan kupon 75% yang ia miliki.
"Ayolah Sev, Jubah ini sangat cocok untukmu,"
Severus Snape masih membisu, ia telah kembali menatap halaman buku "Guide to Advance Occlumency". Seolah-olah jubah pesta & Lily bukanlah sesuatu yang menarik perhatiannya. Namun tak ada satu pun yang tau, pikirannya kini telah bercabang. Ia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Lily dan ia juga sudah tidak punya uang untuk membeli sebuah jubah, walaupun jubah itu sudah pendapat potongan harga 75%.
"Aku tidak akan membeli jubah itu, Lils. Eeeemm... Mungkin aku juga, tidak akan membuang waktuku untuk pergi ke pesta dansa." Ujar Severus sambil meraih buku yang ia baca dan berlalu dari hadapan Lily.
[:: Rury ::]
Sesampainya di Aula Besar Hogwarts suasana Natal mulai terasa, walau tak dihiraukan Severus. Pohon cemara setinggi tujuh meter dihiasi peri-peri hidup, beragam ornamen, dan diliputi salju yang tak mencair. Langit-langit aula berlatar belakang hujan salju yang turun sedikit-sedikit. Beberapa murid ada yang belajar, ada yang bergosip sesama teman dalam suasana liburan.
Kini perhatian Severus tertuju pada teman-teman Slytherinnya. Mungkin bukan 'teman' dalam arti dekat, karena Severus tak pernah merasa dekat dengan mereka. Di pojok bangku panjang Slytherin, ada tiga murid perempuan yang sedang mengagumi gaun gadis keempat. Gaun berwarna hijau daun segar, yang di mata Severus lebih mirip toples acar kodok.
Di pinggir aula, tanpa malu-malu ada pasangan yang sedang berlatih dansa. Lebih tepat, si gadis mengajari cowoknya, yang tampak kikuk selalu salah langkah dansanya. Beberapa orang melihat mereka dengan pandangan seakan berkata, "Oh, so sweet...." Sementara Severus bergumam pelan, "Memuakkan."
[:: Hadi ::]
Melihat pasangan tadi, Severus membayangkan saat Lily berdansa dengan James - bukan ini bagian yang Severus senangi - Lalu si James dengan bodohnya menginjak kaki Lily beberapa kali, karena ia bukan pedansa yang baik. Severus tersenyum membayangkan ini, walau hanya di dalam hati. Severus tak mau mendapatkan pandangan aneh sepanjang koridor karena senyum-senyum sendiri.
Khayalannya pun berlanjut sembari ia berjalan ke Perpustakaan 'Semakin lama Lily tidak bisa menyembunyikan rasa kesal-nya lagi, Ia pergi meninggal-kan si Potter sendirian di lantai dansa' Sekarang Severus bisa tersenyum, walau dengan beberapa buku di depannya. Sedikit murid yang ada di Perpustakaan sekarang.
Khayalannya semakin menyenangkan, Lily menghampiri-nya yang sedang duduk dengan bosan di pinggir lantai, "Tidak berdansa Sev?" katanya manis. "Aku bukan pedansa yang baik Lil". Lily tidak mendengarnya dan langsung menariknya ke lantai dansa, "Kau pedansa yang cukup baik dibandingkan dengan James", Saat mereka berdua sedang berdansa. Severus merasa sangat bangga mendengarnya.
"Mau sampai kapan kau disini? Ini hampir memasuki jam malam, sebaiknya kau kembali ke Asramamu secepatnya" Severus kembali ke alam nyatanya. Perpustakaan sudah kosong hanya ada dirinya dan si penjaga Perpustakaan.
"Maaf Madam, aku akan segera kembali." Severus segera meninggalkan Perpustakaan itu. 'Sial' rutuknya, bisa-bisanya ia menghabiskan waktu hanya dengan berkhayal. 'Severus Snape bukan pemimpi' , batinnya.
[:: Yuzka ::]
Ada sebagian hati Severus Snape yang menginginkan khayalan itu menjadi nyata. Yah, semua orang tahu bahwa James Potter menyukai Lily Evans. Severus pun tahu jika Lily tidak memiliki perasaan yang sama terhadap si sombong Potter itu.
“Demi kutil Merlin!”, Severus Snape terkejut dengan pemikiran barusan. Seharusnya dia bisa memanfaatkan kesempatan itu. Dia bisa membuat James Potter menjadi seorang pecundang di depan Lily.
Pesta dansa Yule Ball akan diselenggarakan 4 hari lagi. Kalau begitu, dirinya harus sudah mahir berdansa dalam kurun waktu tiga hari ke depan. Dia harus banyak berlatih, supaya di pesta nanti Lily tak akan lama berdansa dengan si pitak Potter itu dan akan memilih bersama dengan dirinya.
Severus Snape berjalan lebih cepat menuruni tangga menuju bawah tanah. Menggumamkan kata sandi di depan pintu menuju ruang rekreasi Asrama Slytherin. Lalu berlari menuju kamar anak laki-laki kelas empat, kamarnya. Tak ada orang, teman-temannya masih sibuk bermain di ruang rekreasi sepertinya.
Severus Snape segera mengambil jubah pesta dari dalam tumpukan bajunya dan pergi ke depan cermin besar di sudut ruangan. Dia berdiri mematutkan jubah itu di depan tubuhnya, melihat dirinya sendiri ke dalam cermin. Ya, jubah pestanya sudah keren dan siap dipakai. Maka dalam pesta Yule Ball pertamanya ini, dia harus tampil sebaik mungkin. Ia ingin Lily melihatnya secara berbeda.
[ :: astrin :: ]
'Tapi...,' Snape menghempaskan diri di kasur. 'Aku mesti belajar dansa dengan siapa?’ batinnya pasrah. ' Snape menyadari betul bahwa dia tidak punya banyak teman di Hogwarts ini. Dengan keterbatasan teman ini, dia bingung mesti belajar dansa dengan siapa. Dia tidak mau belajar dengan sembarang orang yang nantinya akan mentertawakannya dan jelas dia bukan jenis orang yang mau dijadikan bahan tertawaan.Terlalu sedikit rasa humor tertanam dihatinya dari rasa tidak bahagia perkawinan orang tuanya.
Snape menyimpan kembali baju pesta yang indah itu. Dalam kegalauannya dia berjalan keluar dari asramanya dan ups...tiba-tiba dia hampir saja menabrak tubuh yang gemuk sekali. “Maaf profesor Slughorn”, bisiknya dingin sambil bergerak pergi. Dia jelas bukan favorit Slughorn meskipun dia termasuk yang terpandai di pelajaran Ramuan. Lily Evans lah selalu yang jadi kesayangan Slughorn.
“Tidak apa-apa, tidak apa-apa”, Slughorn melambai riang.”Hari ini aku sangat senang, baru saja terima hadiah dari Honeydukes. Ambrosius Flame selalu tahu seleraku.” Snape hanya mendengus dan makin menunduk. “ Apakah engkau akan ikut Yule ball anak muda?”
“Err...sepertinya tidak’” jawab Snape acuh.
“Kenapa? Sepertinya engkau lengket dengan si cantik Evans?”
“Aku tidak bisa berdansa,” Snape makin terpuruk dalam tunduknya.
Profesor Slughorn tergelak.” Ah, anak muda, berdansa itu jauh lebih gampang dari pelajaran ramuan. Jangan pernah lewatkan pesta itu, engkau boleh datang ke kantorku untuk belajar berdansa. Meskipun gendut begini, aku rajanya pesta”. Slughorn beranjak pergi sambil sebelumnya menepuk bahu Snape yang makin mengkerut.
Snape tersandar didinding sepeninggal Slughorn. Belajar berdansa dengan Slughorn? Benar-benar suatu keajaiban tiba-tiba ada yang menyodorkan diri mau mengajarinya berdansa, disaat dia sangat butuh guru untuk mengajarinya. Dia tahu pasti bahwa Slughorn sangat pilih-pilih orang dan yang jelas dia rajanya pesta. Sering didengarnya Lily bercerita tentang pesta-pesta yang diadakan Slughorn dengan murid2 Favoritnya. Dan sudah pasti dia tidak pernah diundang. Sekarang Slughorn sendiri yang memintanya jadi murid. Snape tidak tahu mesti harus bilang apa.
[ :: Henny :: ]
Setelah memikirkan matang-matang, Snape akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran Prof. Slughorn. Tidak ada salahnya menerima tawaran itu, Prof Slughorn merupakan kepala asramanya, pasti beliau akan mau diajak kerja sama untuk merahasiakan perihal ia belajar dansa. Ia tak ingin ada seorang pun yang tahu tentang hal ini. Maka Snape segera menyusul Slughorn yang menuju kantornya. Slughorn yang sadar dirinya diikuti pun menoleh ke belakang, "Ahaa! Severus Snape... Kau mau menerima tawaranku?".
Snape mengangguk kaku. Sesampainya di kantor Slughorn, Snape terkesima. Ada sesuatu yang berbeda di dalam ruangan itu. Ruangan itu semarak dengan hiasan natal berwarna merah dan hijau. Penuh dengan peri-peri kecil bertebangan di sekeliling ruangan, mistletoe bergantungan, dan pohon natal cukup besar di sudut ruang. Namun bukan itu yang membuat Snape tercekat begitu memasuki kantor gurunya. Snape sudah terbiasa dengan ruangan ini, karena seringkali diajak ke pesta pertemuan Slug Club oleh sang guru. Ya, walau bukan anak emas, Snape termasuk murid yang diperhitungkan Slughorn karena kecerdasannya, dan ia terpilih menjadi salah satu anggota Slug Club. Berbagai hiasan pesta sering dilihat Snape di ruangan ini, tetapi patung peraga busana yang disebut muggle sebagai manekin, baru kali ini terlihat olehnya di ruangan gurunya. "Hahaha.... kau pasti heran dengan manekin itu Severus? Tak usah bingung, aku meminjam manekin itu untuk melatih para murid berdansa. Kau tentunya tak ingin berdansa dengan lelaki tua dan gemuk seperti aku bukan?", ujar Slughorn menjawab kebingungan Snape. "Oh, baguslah kalau begitu. Aku awalnya keberatan untuk belajar dansa, karena takut membayangkan harus berlatih dengan Anda,Sir. Tapi demi Lil...", Snape menghentikan kata-katanya, setelah melihat perubahan di wajah gurunya.
"Haaa!!! Kau agak kurang ajar juga rupanya. Memangnya kenapa kalau berlatih dansa denganku? Sudah kukatakan kan tadi, aku adalah raja pesta! Sangat hebat dalam berdansa!", ujar Slughorn marah. "Maaf, Sir. Aku tidak bermaksud..", Snape meminta maaf, namun dipotong gurunya, "Sudahlah, aku tahu. Mana mungkin ada laki-laki mau berdansa denganku, kecuali Dumbledore tentunya, Upz.."
"Prof. Dumbledore, Sir?", Snape berusaha mencerna kalimat yang tak sengaja diucapkan Slughorn. "Sssstt... jangan diulangi lagi. Dan jangan katakan pada siapapun aku pernah mengatakan itu! Aku pun tak mau berdansa dengan laki-laki. Aku masih normal, tahu!".
Snape tersenyum dingin, kesempatan baginya untuk meminta Slughorn berjanji, "Baik, Prof. Asal Anda juga berjanji akan merahasiakan bahwa aku belajar dansa dengan Anda". Tak disangkanya, Slughorn malah dengan wajah yang ceria menjawab, "Ah, tentu saja. Aku memang sudah berniat mengajarimu berdansa. Aku ingin kau berdansa dengan my lovely Lily. Aku melihat kalian berdua cocok. Kau menyukai Lily bukan? Gadis itu juga sepertinya tertarik padamu. Alangkah indahnya kalau Slytherin dan Gryffindor bisa bersatu. Hijau dan merah, seperti suasana natal".
[:: Aisyah ::]
Slughorn mengatakan bahwa Snape akan berlatih dansa besok malam , saat murid - murid lainnya sudah berada diruang rekreasinya masing masing dan slughorn menyarankan berhati hati jika Snape ingin ke ruangan Prof. Slughorn karena telah melanggar jam malam. Snape hanya mengangguk dan berbicara hanya sepenggal kalimat saja. Snape pun keluar dari ruangan Slughorn.
Snape berlari menuju ruang rekreasi Slytherin yang berada dibawah tanah itu. Belum sampai didekat ruang rekreasi Slytherin, teman Snape yang berasal dari satu asrama dengan Snape menyenggol bahu Snape dengan sengaja. Akibat senggolan itu buku buku yang Snape bawa tadi berhamburan dibawah bahkan sebagian buku terinjak oleh murid lainnya. Snape hanya bisa diam dan mengambil buku buku yang jatuh tadi. Snape tidak memperdulikan temen temannya yang mengejeknya ketika melewati Snape yang sedang duduk mengambil buku buku itu.
Dikamarnya, Snape hanya seorang diri yang masih membaca buku ramuannya sedangkan temannya yang lain sibuk dengan mainan barunya yang mereka beli beberapa hari yang lalu di Hogsmeade. Snape berbaring dengan ditutupi oleh selimut yang membantunya tidak dapat melihat teman teman pengganggunya itu. Snape perlahan lahan mulai tertidur dengan lelap.
Keesokan Paginya, Snape bangun dengan wajah yang kotor dengan coretan tinta tinta pena. Snape berfikir bahwa temannya lah yang mencoretinya itu. Untung saja coretan itu masih dapat hilang dan tidak menghalanginya memasuki kelas hari ini. Kelas Pertamanya hari ini adalah Transfigurasi yang diajar Albus Dombledore. Mungkin, dikelas itu snape kurang unggul tapi dia selalu berusaha mendapatkan nilai yang terbaik.
Sore menjelang petang, seluruh murid harus segera masuk ke asramanya masing masing. Tetapi tidak bagi snape, dia harus berlari ke ruang Proffesor. Slughorn dengan sangat hati hati agar tidak diketahui oleh penjaga Hogwarts maupun Proffesor lainnya bahwa dia melanggar jam malam. Snape tiba didepan ruangan Slughorn. Snape mengetuk pintunya yang terbuat dari kayu itu walaupun pintu itu tidak terkunci. Slughorn pun membuka pintunya dan menyuruh Snape masuk keruangannya.
[:: Rizky ::]
"Oho, Severus Snape!" sambut Profesor Slughorn dengan riang. "Mari-mari, jangan malu-malu, nak. Pelajaran dansa dariku sebentar lagi akan dimulai." Ia mengibaskan tangannya dengan penuh semangat, menyilakan Snape memasuki ruanganya dan membawa Severus Snape ke tengah ruangan. Terdengar alunan irama merdu dari sebuah pemutar musik di sebelah perapian, alunan khas dansa Waltz. Pelajaran pertama adalah mengenai bagaimana cara mengajak wanita untuk berdansa denganmu. Ini mudah. Bungkukkan bahumu di depannya, lalu simpan tangan kirimu di balik punggung. Terakhir, ulurkan tangan kananmu terbuka untuk menerima tangan si wanita.
"Dan jangan lupa, tunjukkan senyummu. Wanita sangat menyukai pria ramah dan maskulin," ucap Profesor Slughor di akhir instruksinya. Severus tak tahu bagaimana senyum yang tampak maskulin itu. Merlin, ingin mengajak berdansa saja serumit ini?! Astaga!
Lalu saat masuk sesi untuk belajar dansa, Profesor Slughorn menggiring sebuah manekin dari sebelah lemari dan menarik Severus Snape mendekat. Sambil membenahi posisi manekin, ia terus bersenandung mengikuti irama alunan musik yang mengalun, dirinya terlihat senang walaupun harus beberapa kali berjinjit untuk menggapai bahu Severus Snape dan memposisikan salah satu tangan manekin diatasnya.
"Ayo, nak, lingkarkan tanganmu di pinggangnya. Anggap saja boneka ini adalah wanita yang akan kau ajak berdansa nanti." Severus Snape terbelalak mendengar ucapan itu. Dia harus memegang pinggang wanita?! Itu berarti dia akan memegang pinggang Lily?! Severus Snape benar-benar pusing sekarang. Tak pernah dalam benaknya bahwa berdansa akan seperti ini. Severus Snape menahan keinginannya mengeluh. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia harus menguasai dansa Waltz sebelum Yule Ball. Sebagai bukti, ia tetap menjaga mulutnya diam dan trus mengikuti semua instruksi dari Profesor Slughorn. Dan ini berlangsung pada kesempatan berikutnya mereka bertemu.
Di malam terkahir mereka belajar, Profesor Slughorn mengatakan kalau ia dinilai sudah cukup pandai berdansa. Itu mengembangkan hati Severus. Tak sia-sia usahanya belajar dalam waktu singkat ini. Sekarang Severus Snape merasa lebih percaya diri. Ia sudah siap untuk menghadiri Pesta Dansa Yule Ball.
[ :: astrin :: ]
================= BATAS LOMBA #SNAPEDAY ==============Meski event ditutup, kini siapa saja boleh berpartisipasi melanjutkan cerita ini di FB grup. Kalau cerita sudah rampung akan diupdate di sini.
Terima kasih bagi para #Sprinkler yang sudh berpartisipasi di #RRSnape menyambut #SnapeDay @pohoncerita. Juga untuk dukungan komunitas @indoharrypotter dan sponsor @kelontongsihir .
=======================================================
Like
Penulis yang melanjutkan, harus melanjutkan dari tanda [ :: nama penulis :: ] yang ditinggalkan penulis sebelumnya. Harap baca dulu cerita pembuka dan cerita sebelumnya. silakan diskusikan di thread comment.
berikan keterangan yang lain, maka dianggap cerita yang diinginkan akan berjalan di alur plot canon (sesuai dengan buku), jadi, bacalah buku dan/atau wikia/leksikon online untuk melengkapinya ya!
Lain-lain: baca https://www.facebook.com/notes/pohon-cerita/panduan-aturan-main/298828443523182
Bahan referensi:
http://harrypotter.wikia.com/wiki/Yule_Ball
http://harrypotter.wikia.com/wiki/1975
== CERITA PEMBUKA ==
18 Desember 1975
Can you hear me, can you hear me
Thro the dark night, far away,
I am dying, forever trying,
To be with you, who can say.
Lagu Rod Stewart terdengar sayup-sayup dari sebuah sudut kamar di ruang bawah tanah, Asrama Slytherin. Seorang anak berambut hitam sedang mencoba menikmati lagu ini sambil membereskan buku ramuan yang berantakan di bawah meja samping tempat tidurnya. Suasana asrama sepi, hanya 1-2 orang di ruangan itu, semua sibuk sendiri. Terdengar suara Damian Kern, yang sedang menggumamkan lagu Rod Stewart. Snape merasa terganggu, ia matikan radio Muggle milik sang ayah-satu-satunya barang yang ia bawa dari rumah, berharap tak perlu mendengar suara orang lain yang menikmati lagu ini.
Seminggu lagi Pesta dansa Yule Ball akan diadakan di Hogwarts. Kalau ada anak Hogwarts yang paling tidak semangat menyambut acara ini, Snape-lah orangnya.
[ :: Anne :: ]
Tetapi sesungguhnya beberapa bulan yang lalu ia sangat bersemangat mengikuti pesta dansa, sungguh-sungguh bersemangat. Ia bahkan sampai menyisihkan uangnya yang sesungguhnya sangat sedikit untuk dapat membeli sebuah jubah pesta nan indah. Jubah pesta yang akan ia kenakan untuk berdansa dengan sang pujaan hati, satu-satunya wanita yang ia cintai.
Namun semua harapannya, keinginannya, semangatnya lenyap ketika ia meminta seorang Lily Evans untuk menjadi pasangannya dua bulan yang lalu. Ia terlambat, gadis itu telah menerima permintaan orang lain. Ia terlambat, sungguh terlambat. Kini jubah pesta yang telah ia beli itu hanya tersimpan di dalam koper di bawah tempat tidurnya.
Ketidak beruntungannya tak hanya berhenti sampai disitu. Entah mengetahui dari mana si bocah nakal Potter beserta teman-temannya tau perihal keterlambatannya mengajak seorang Lily Evans ke pesta dansa. Setiap hari tiap jam selama dua bulan ini keempat bocah nakal itu selalu mengolok-oloknya, serta menghinanya. Ia tak tau hinaan apa lagi yang akan ia terima esok hari.
[ :: Rury :: ]
Keesokan harinya, Snape berjalan mengitari taman kastil sendirian. Ia tidak tahu kalau empat sekawan potter itu membuntutinya dari dungeon. Snape tiba tiba berhenti disebuah pohon besar dekat gargoyle itu. Dia pun duduk dibawah pohon tersebut. Sinar mentari pagi itu sangat cerah yang membuat snape terlihat ceria pada saat itu. Membuka buku ramuan yang ia ambil dari tasnya, terlihat bayangan dari empat sekawan potter itu. Tapi, snape tetap tidak memperdulikannya.
Membuka halaman per halaman buku ramuan tersebut, tiba tiba terlihat seorang Lily Evans mendatanginya. Empat teman potter itu tidak tahu bahwa lily evans telah bersama snape dari tadi. Lily langsung menyapa snape dengan senyumnya yang indah, snape pun membalas sapaan lily dengan senyum walaupun snape sedikit malu saat itu. Setelah lily dan snape berbincang lama, James Potter baru sadar bahwa lily telah bersama snape. James Potter langsung berjalan dengan wajah yang sedikit marah terhadap snape menuju ruang rekreasi gryffindor. James jalan dengan cepatnya dan diikuti oleh tiga temannya.
Snape tidak merasakan bahwa empat sekawan yang memusuhinya itu telah pergi. Snape dan Lily pun pergi meninggalkan pohon besar tersebut menuju Aula Besar untuk Makan siang. Setelah sampai di Aula besar, Lily duduk dimeja khusus Gryffindor dan sebaliknya Snape duduk dimeja slytherin. Tidak disangka oleh snape, James Potter dan temannya datang dan duduk bersama Lily Evans. Snape hanya bisa melihat Lily dan James Potter dari jauh dengan perasaan yang sangat sakit bagi snape.
Sudah Lama James dan Lily makan berdua di Aula besar siang itu, Snape sudah lelah melihat mereka berdua dan langsung meninggalkan aula besar. Snape lari menuju dungeon bersama buku ramuan yang ia sayangi itu, dan langsung menuju kamarnya. Snape sangat membenci jika james potter itu menyentuh bahkan memeluk lily evans. Waktu semakin berlalu dan Malam sudah tiba. setelah Makan Malam di Aula besar Snape tidak melakukan apa apa diruang rekreasi dan langsung menuju kamarnya itu. Dikamar snape hanya seorang diri sedangkan temannya masih bermain diruang rekreasi. Snape pun tertidur pulas, dan ia berharap tidak akan bertemu dengan Potter lainnya dikemudian hari.
[ :: Rizky ::]
Mimpi itu terasa nyata. Saat itu dia berada di sebuah taman bunga yang indah sekali. Bunga-bunga bermekaran, beraneka warna. Kicau burung begitu merdu terdengar. Dengan Lily yang berjalan disampingnya, segalanya terlihat indah, segalanya terasa bahagia. Mereka berdua tersenyum. Dikemurungan kehidupan keluarganya, bertemu Lily adalah matahari yang menyinari hatinya.
Dia berjalan terus, tapi tiba-tiba cuaca berubah. Semakin jauh dia berjalan, dunia terlihat semakin kelabu, suasana hening. Seketika dia berbalik memandang Lily, namun alangkah terkejutnya dia, karena melihat Lily tertinggal jauh, tangannya menggapai-gapai namun hilang ditelan kabut kelabu. Dia berlari mengejar Lily, napasnya sesak, dadanya sakit. Apapun yang terjadi dia tidak mau kehilangan mataharinya. Tapi sekitarnya berubah menjadi hitam pekat. Segalanya gelap...tak satupun yang bisa dilihatnya, dia seperti buta. Segalanya hampa...
Tersentak dia terduduk, terbangun tiba-tiba dengan kepala sedikit pusing. Dadanya masih sakit, namun mimpi itu masih menghantuinya. Ditariknya napas panjang. ‘Ah, semoga hanya bunga tidur’, batinnya. Dia bangkit dari pembaringan, meraih handuk dan mencuci muka, mencoba menghilangkan gelapnya mimpi yang masih membayanginya. Di edarkannya pandangannya ke sekeliling kamar, memandang tubuh teman2nya yang tertidur pulas tanpa merasakan kesedihan apapun. Kembali dia memicingkan mata sambil membayangkan nama-nama ramuan yang akan dipelajarinya dalam semester ini. Dalam sekejap dia kembali pulas, lupa akan mimpinya barusan
[ :: Henny ::]
Esok paginya ketika ia telah bangun dari tidurnya, Snape berjalan menuju Great Hall sendirian - Seperti Biasa -. Kesepian memang, tapi ia harus dan sudah terbiasa dengan semua itu.
Sampai di Great Hall, dilihatnya si Potter, Black, Lupin dan si payah Pettigrew sedang bercanda ria dengan - Snape mendengus melihat ini - si cantik Lily Evans. Lily terlihat sangat bahagia disana mendengar lelucon Potter, kejadian kemarin masih belum bisa ia lupakan dan ini seperti siaran ulang yang menyebalkan.
Cemburu? ya, tapi tidak mungkin ia berkata itu di depan 4 sekawan pembawa ulah itu bukan? Apa lagi nama olokan yang akan mereka tambah setelah Snivellus dan Snivelly, Si malang Snivellus atau Singvellus (Singgel Snivellus).
Teringat lagi tentang nasib malang Pesta dansa Yule Ball-nya. Dengan siapa ia akan pergi nantinya?
[ :: Yuzka ::]
Lagi-lagi pandangan matanya jatuh kepada Lily. Seperti gerakan tak sadar, setiap kali memikirkan tentang pesta Yule Ball, selalu semuanya tentang Lily. Dan setiap kali tersadar dengan yang sudah Lily lakukan padanya, setiap itu pula sudut hatinya terasa sakit.
Kini datang ke pesta Yule Ball bukan lagi prioritasnya. Bahkan kalau bisa, dia tidak ingin muncul dalam pesta dansa itu. Yeah, seandainya saja tidak ada peraturan dari kepala Sekolah yang mewajibkan semua murid untuk datang. Peraturan yang menyebalkan. Itu sama saja dengan mewajibkan setiap murid datang berpasangan ke pesta Yule Ball. Astaga, harus dengan siapa dirinya datang ke pesta terkutuk itu?!
Sally Anderson pernah menjadi pilihan. Tetapi ia ragu, hanya sekali mereka pernah berbicara, itupun saat Sally bertanya di mana letak buku "66 Cara Mengembangbiakkan Cacing Flobber" di perpustakaan Hogwarts satu tahun silam.
Lei-entah siapa-, juga bisa jadi pilihan. Gadis dari kelas empat, seorang pendiam, berkacamata, dan sepertinya tak punya banyak teman. Bukan tipe yang populer, bahkan di dalam asrama Slytherin sendiri. Sayangnya Severus Snape tak pernah berbicara dengannya. Dia bahkan baru sadar ada seorang anak Slytherin seperti itu kemarin.
Galau? Tidak, tidak. Dia tidak mungkin galau. Severus Snape tidak pernah galau, ingat itu!
[ :: Astrin :: ]
Dimalam yang sama, Snape hampir tidak bisa tidur. Ia Selalu membayangkan betapa sakit hatinya ia melihat lily dan Potter itu berdansa di yule ball nanti. Mungkin snape tidak pernah menyebut dirinya seorang "Pemuja" Lily, tapi hanya sebuah teman yang akrab dimata snape maupun dimata lily sendiri. Snape masih tidak bisa tidur memikirkan hal itu, dia hanya memikirkan bagaimana ia datang ke pesta yule ball nanti. Ya, Snape tidak seperti murid slytherin lainnya. Snape adalah orang yang tulus jika berteman dan selau sabar jika Empat sekawan potter itu menghinanya bahkan memantrainya.
Snape bangun sedikit lama dari bisanya, mungkin karena memikirkan tentang hal tadi malam. Seperti biasa, snape tidak pernah menyapa teman sekamarnya dia langsung menuju kamar mandi. Setelah menyiapkan perkamen-perkamen untuk pelajaran pagi ini, dia langsung menuju kelas ramuan. Diperjalanan, ia bertemu dengan kapten tim quidditch slytherin Emma Vanity yang mungkin banyak disukai oleh murid slytherin lainnya. Dia hanya senyum dan tak memperdulikannya jika perempuan itu membalas senyumnya.
Snape telah sampai dikelas ramuannya, dia selalu menyendiri dari murid lainnya. Seperti biasa, Lily dan Potter selalu bersebelahan jika mengikuti kelas tersebut. Proffesor pun memasuki kelas, dan prof langsung memberi tugas untuk membuat ramuan Amortentia atau Ramuan Cinta. Ya, Snape lah yang selalu pertama kali berhasil membuatnya dan disusul oleh Gilderoy Lockhart murid Ravenclaw yang selalu melakukan hal yang aneh. Snape tidak mendapatkan apa apa , tapi ia mendapatkan rasa bangga nya itu di kelas ramuan. Lily mendatanginya untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannya itu. Snape selalu Gugup jika didekat Lily.
Severus Snape keluar dari kelas ramuan beserta murid lainnya. Snape melewati taman kastil dan berhenti dipohon besar dimana ia selalu membaca buku ramuannya disana. Snape tidak menyangka jika 4 sekawan potter itu mengikutinya dari tadi. Snape belum menoleh kebelakang, tiba tiba potter melontarkan mantra Levicorpus ke Snape. Tubuh snape langsung menggantung diatas pohon itu, dan menjadi bahan tertawaan murid lainnya. Dalam hatinya snape, ia ingin membalas atas kelakuan potter itu. Beberapa menit kemudian mantra itu lepas dan snape jatuh dari atas pohon itu. Potter tertawa terlalu keras pada saat itu, snape hanya bisa sabar dan langsung berlari ke kamarnya dengan sedikit air mata yang menetes.
Didalam kamar nya, ia meratapi nasibnya yang selalu sial jika bertemu potter. Dia tidak pandai dalam hal mantra, sebaliknya potter yang pandai dalam hal mantra. seharian dia terus berada dikamarnya walau hanya 1 kelas yang ia masuki saat itu. Berbaring ditutupi selimut memikirkan nasibnya tadi siang. Semakin lama snape pun tertidur pulas dikamarnya sendirian. Snape tidak tahu apa yang akan terjadi padanya dikemudian hari.
[ :: Rizky ::]
Keesokan harinya, Severus bangun pagi-pagi sekali. Padahal itu hari Minggu, tidak ada kelas sama sekali. Teman-teman sekamarnya masih terlelap. Hari libur seharusnya digunakan sebaik-baiknya untuk beristirahat bukan? Namun hal itu tidak berlaku untuk Severus Snape. Hampir tidak ada hari libur untuknya. Dia selalu sibuk belajar. Baginya, cara terbaik untuk mengalihkan pikiran adalah dengan belajar dan membaca buku. Masih banyak buku di perpustakaan yang ingin ia baca. Sesampainya di perpustakaan, Madam Pince baru saja membuka pintu perpustakaan, "Ah.. Severus, sudah kuduga kau akan datang hari ini. Namun tidak sepagi ini juga, bahkan bersamaan dengan aku membuka pintu ini. Atau mungkin kau sudah menungguku sejak lama?".
Severus hanya membalas sapaan Madam Pince dengan senyuman. Ia memang jarang berbicara, dan kali ini ia sudah tidak sabar menuju rak buku untuk mengambil buku yang sangat ingin dibacanya. Begitu pintu perpustakaan terbuka, ia segera menuju rak buku di sudut kiri ruangan, rak yang berdebu paling tebal, karena jarang disentuh. Matanya menyusuri buku-buku di rak tersebut hingga jatuh pada buku bersampul hitam. Buku itu berjudul "Guide to Advance Occlumency", karya Maxwell Harnett. Severus meraih buku tersebut dengan tersenyum puas. Dibersihkannya debu yang melapisi buku tersebut. Lalu ia menuju meja favoritnya, meja terdekat dengan bagian terlarang dari perpustakaan. Sudut di ruangan yang jarang dilintasi murid. Severus tidak ingin diganggu. Walaupun kecil kemungkinan ada orang lain yang akan mengunjungi perpustakaan pada hari Minggu menjelang Yule Ball, namun dia memilih resiko terkecil untuk menghindari gangguan. Severus pun mulai membaca bukunya.
Severus menikmati membaca buku tersebut sampai ia lupa kalau ia belum sarapan, dan sekarang sudah menjelang siang. Ia mulai merasa lapar, namun ia enggan meninggalkan bacaannya. Tak dipedulikannya rasa lapar itu, dan ia tetap melanjutkan membaca. Jam makan siang pun terlewati. Severus sudah tidak sanggup menahan rasa laparnya, maka ia berdiri untukkeluar dari ruangan, namun dilihatnya seseorang masuk ke dalam perpustakaan, orang itu menghampirinya.
"Sudah kuduga kau di sini Sev, kau tidak ada di aula besar saat sarapan dan makan siang tadi. Jadi kupikir, kau pasti sedang asyik melahap buku-buku sampai lupa makan. Aku bawakan makanan untukmu, Jika kau makan dengan cepat dan tersembunyi, maka Madam Pince tidak akan menyadari ada peraturan yang dilanggar di depan hidungnya". ujar Lily Evans sambil tersenyum, menyerahkan roti isi daging asap dan sebotol air jeruk hangat.
Severus tertegun sesaat ketika makanan dan minuman itu diulurkan Lily. Gadis itu memperhatikan bahwa ia belum makan seharian itu lalu datang mencarinya, membawakan makanan dan minuman . "Te.. terima kasih Lily", balasnya dingin. Lalu ia melahap roti itu dengan cepat, dan meminum jeruk hangatnya. Selesai makan dan minum, ia segera menekuni bukunya. Lily tersenyum melihat pola tingkah Snape. Lily pun duduk di kursi di hadapan Snape, lalu mengeluarkan sebuah buku dari tasnya, kemudian dia mulai membaca. Mereka berdua membaca dalam diam. Walau sebenarnya kehadiran Lily sedikit mengganggu konsentrasinya membaca buku, namun Severus Snape tidak keberatan.
[:: Aisyah ::]
"Sev, siapa pasanganmu ke Yule Ball?" tanya Lily memecah kesunyian. Buku yang dibacanya terbuka di atas meja.
Severus Snape tidak mengalihkan pandangannya dari buku. Ia menjawab, "belum ada."
"Oh," ucap Lily, mimik wajahnya berubah. "Aku berpikir tadinya kau akan mengajakku, Sev."
Severus tercekat. Pernyataan Lily barusan tepat mengenai hatinya. Ia mengangkat kepala dan menatap Lily. "Aku kira kau senang akan datang bersama si angkuh Potter itu ke pesta."
"Ck, namanya James, Sev," ucap Lily sebal. Ia tahu betapa Severus membenci James Potter. Lily menghela napas berat. "Aku tadinya menunggu ajakanmu. Tapi kau tetap tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menanyakannya padaku. Kupikir kau sudah mengajak orang lain. Jadi, saat James mengajakku duluan, aku menerimanya."
[ :: astrin :: ]
Suasana menjadi kikuk bagi keduanya. Severus tak tahu harus berkata apa, sementara Lily menunggu jawabannya."Ah, sudahlah. Tapi kau tetap datang ke Yule Ball kan?" tanya Lily memecahkan keheningan. "Aku tak tahu," jawab Severus.
"Walaupun kita datang bukan sebagai pasangan ke sana, kita tetap bisa berdansa berdua. Hanya berdansa", lanjut Lily lagi.
"Aku tak mengerti tentang aturan pesta dansa ini", Severus bingung, "...mungkin kau harus menulis buku tentang Yule Ball. Sepertinya kau tahu banyak", ujar Snape. Sebenarnya, ini adalah pesta dansa pertama yang mungkin akan dihadiri Severus. Kedua orang tuanya tak pernah mengajaknya ke pesta.
"Semua anak perempuan tahu tentang pesta dansa," Lily tersenyum malu, "Tuney dan aku sudah beberapa kali ke bermacam-macam pesta bersama orang tua kami. Tapi Yule Ball ini berbeda. Lebih istimewa."
Severus melihat wajah Lily yang merona bersemangat. Mungkin pesta ini yang merubah pola pergaulan murid-murid perempuan di Hogwarts. Mereka jadi suka berkumpul berkelompok, saling membandingkan catatan, terkikik pelan jika ada murid laki-laki lewat, dan hal-hal ajaib lainnya. Anak perempuan memang aneh. Bukan hanya sekali Severus melihat ada murid laki-laki yang meminta murid perempuan untuk menjadi pasangannya, diiringi sorak ramai teman-temannya. Seisi Hogwarts sudah menjadi aneh.
[:: Hadi ::]
"Jadi, kau mau datang kan?" desak Lily.
"A-Aku tak tahu--"
"Dasarnya mudah saja, Sev. Pria harus mengajak duluan. Begitu lagu mulai, kau bisa mengajak gadis mana saja untukl berdansa denganmu. Tentu harus minta baik-baik pada si gadis. Kalau si gadis tak mau, dia bisa menolak, dan kau tak bisa memaksa. Cuma itu saja--"
"Err..."
"Kuanggap kau menjawab 'ya', dan kau akan datang. Kutunggu ya!"
Severus tak tahu harus menjawab apa. Dan sekarang, ia bahkan tak tahu lagi harus berbuat apa.
[::ambu::]
"Sev, bagaimana pendapatmu," tanya Lily tiba-tiba sambil menyodorkan buku yang dibacanya, "tentang gaun ini?" Buku itu berjudul 'Kreasi Mode Jubah Penyihir sejak 1890', berisi foto-foto bergerak penyihir dalam jubah dan gaun dengan keterangan perancang busananya. Foto yang ditunjuk Lily adalah penyihir perempuan dalam gaun putih dengan hiasan berbentuk bunga berkelopak tiga di sekelilingnya. Bunga lily, fleur de lis.
"Bagus. Aku suka. Apakah kau akan memakainya di pesta nanti?" tanya Severus.
"Mungkin. Jika aku meminta lebih awal hadiah natal, berupa uang ke orang tuaku. Harganya sangat mahal jika memesan khusus di Madam Malkin. Tapi aku menemukan gaun yang mirip di Gladrags Wizardwear. Apalagi dengan tambahan ini." lanjut Lily sambil memperlihatkan secarik kertas.
Sebuah guntingan iklan Daily Prophet, yang ternyata adalah kupon 75% untuk pembelian produk Gladrags Wizardwear melalui pesanan burung hantu dalam rangka ulang tahun ke 225. '225 years dressing the Elegant Wizard', tulis iklan di kupon itu.
"Mari kuperlihatkan jubah yang mungkin cocok untukmu, aku lihat ada di buku ini," lanjut Lily sambil membuka-buka halaman, hingga menemukan sebuah foto jubah hitam berkancing banyak yang tampak elegan.
[:: Hadi ::]
Severus sungguh terkejut, mengapa jubah itu mirip dengan sebuah jubah yang kini mendekam di dasar kopernya? Sebuah jubah hitam dengan aksen kancing dari atas hingga bawah. Namun panjang jubah yang ia beli tidak sampai menyentuh tanah seperti yang diperlihatkan Lily dan sudah bisa dipasti jubah yang ia beli jauh lebih murah dari jubah yang ada di halaman tersebut.
"Bagaimana Sev? Bukankah ini keren? Kau pasti akan terlihat keren menggunakan jubah ini," ujar Lily berusaha meyakinkan.
"Dan kupon ini kita bisa gunakan untuk membeli jubah untukmu serta gaun untukku," lanjut Lily sambil menggoyang-goyangkan kupon 75% yang ia miliki.
"Ayolah Sev, Jubah ini sangat cocok untukmu,"
Severus Snape masih membisu, ia telah kembali menatap halaman buku "Guide to Advance Occlumency". Seolah-olah jubah pesta & Lily bukanlah sesuatu yang menarik perhatiannya. Namun tak ada satu pun yang tau, pikirannya kini telah bercabang. Ia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Lily dan ia juga sudah tidak punya uang untuk membeli sebuah jubah, walaupun jubah itu sudah pendapat potongan harga 75%.
"Aku tidak akan membeli jubah itu, Lils. Eeeemm... Mungkin aku juga, tidak akan membuang waktuku untuk pergi ke pesta dansa." Ujar Severus sambil meraih buku yang ia baca dan berlalu dari hadapan Lily.
[:: Rury ::]
Sesampainya di Aula Besar Hogwarts suasana Natal mulai terasa, walau tak dihiraukan Severus. Pohon cemara setinggi tujuh meter dihiasi peri-peri hidup, beragam ornamen, dan diliputi salju yang tak mencair. Langit-langit aula berlatar belakang hujan salju yang turun sedikit-sedikit. Beberapa murid ada yang belajar, ada yang bergosip sesama teman dalam suasana liburan.
Kini perhatian Severus tertuju pada teman-teman Slytherinnya. Mungkin bukan 'teman' dalam arti dekat, karena Severus tak pernah merasa dekat dengan mereka. Di pojok bangku panjang Slytherin, ada tiga murid perempuan yang sedang mengagumi gaun gadis keempat. Gaun berwarna hijau daun segar, yang di mata Severus lebih mirip toples acar kodok.
Di pinggir aula, tanpa malu-malu ada pasangan yang sedang berlatih dansa. Lebih tepat, si gadis mengajari cowoknya, yang tampak kikuk selalu salah langkah dansanya. Beberapa orang melihat mereka dengan pandangan seakan berkata, "Oh, so sweet...." Sementara Severus bergumam pelan, "Memuakkan."
[:: Hadi ::]
Melihat pasangan tadi, Severus membayangkan saat Lily berdansa dengan James - bukan ini bagian yang Severus senangi - Lalu si James dengan bodohnya menginjak kaki Lily beberapa kali, karena ia bukan pedansa yang baik. Severus tersenyum membayangkan ini, walau hanya di dalam hati. Severus tak mau mendapatkan pandangan aneh sepanjang koridor karena senyum-senyum sendiri.
Khayalannya pun berlanjut sembari ia berjalan ke Perpustakaan 'Semakin lama Lily tidak bisa menyembunyikan rasa kesal-nya lagi, Ia pergi meninggal-kan si Potter sendirian di lantai dansa' Sekarang Severus bisa tersenyum, walau dengan beberapa buku di depannya. Sedikit murid yang ada di Perpustakaan sekarang.
Khayalannya semakin menyenangkan, Lily menghampiri-nya yang sedang duduk dengan bosan di pinggir lantai, "Tidak berdansa Sev?" katanya manis. "Aku bukan pedansa yang baik Lil". Lily tidak mendengarnya dan langsung menariknya ke lantai dansa, "Kau pedansa yang cukup baik dibandingkan dengan James", Saat mereka berdua sedang berdansa. Severus merasa sangat bangga mendengarnya.
"Mau sampai kapan kau disini? Ini hampir memasuki jam malam, sebaiknya kau kembali ke Asramamu secepatnya" Severus kembali ke alam nyatanya. Perpustakaan sudah kosong hanya ada dirinya dan si penjaga Perpustakaan.
"Maaf Madam, aku akan segera kembali." Severus segera meninggalkan Perpustakaan itu. 'Sial' rutuknya, bisa-bisanya ia menghabiskan waktu hanya dengan berkhayal. 'Severus Snape bukan pemimpi' , batinnya.
[:: Yuzka ::]
Ada sebagian hati Severus Snape yang menginginkan khayalan itu menjadi nyata. Yah, semua orang tahu bahwa James Potter menyukai Lily Evans. Severus pun tahu jika Lily tidak memiliki perasaan yang sama terhadap si sombong Potter itu.
“Demi kutil Merlin!”, Severus Snape terkejut dengan pemikiran barusan. Seharusnya dia bisa memanfaatkan kesempatan itu. Dia bisa membuat James Potter menjadi seorang pecundang di depan Lily.
Pesta dansa Yule Ball akan diselenggarakan 4 hari lagi. Kalau begitu, dirinya harus sudah mahir berdansa dalam kurun waktu tiga hari ke depan. Dia harus banyak berlatih, supaya di pesta nanti Lily tak akan lama berdansa dengan si pitak Potter itu dan akan memilih bersama dengan dirinya.
Severus Snape berjalan lebih cepat menuruni tangga menuju bawah tanah. Menggumamkan kata sandi di depan pintu menuju ruang rekreasi Asrama Slytherin. Lalu berlari menuju kamar anak laki-laki kelas empat, kamarnya. Tak ada orang, teman-temannya masih sibuk bermain di ruang rekreasi sepertinya.
Severus Snape segera mengambil jubah pesta dari dalam tumpukan bajunya dan pergi ke depan cermin besar di sudut ruangan. Dia berdiri mematutkan jubah itu di depan tubuhnya, melihat dirinya sendiri ke dalam cermin. Ya, jubah pestanya sudah keren dan siap dipakai. Maka dalam pesta Yule Ball pertamanya ini, dia harus tampil sebaik mungkin. Ia ingin Lily melihatnya secara berbeda.
[ :: astrin :: ]
'Tapi...,' Snape menghempaskan diri di kasur. 'Aku mesti belajar dansa dengan siapa?’ batinnya pasrah. ' Snape menyadari betul bahwa dia tidak punya banyak teman di Hogwarts ini. Dengan keterbatasan teman ini, dia bingung mesti belajar dansa dengan siapa. Dia tidak mau belajar dengan sembarang orang yang nantinya akan mentertawakannya dan jelas dia bukan jenis orang yang mau dijadikan bahan tertawaan.Terlalu sedikit rasa humor tertanam dihatinya dari rasa tidak bahagia perkawinan orang tuanya.
Snape menyimpan kembali baju pesta yang indah itu. Dalam kegalauannya dia berjalan keluar dari asramanya dan ups...tiba-tiba dia hampir saja menabrak tubuh yang gemuk sekali. “Maaf profesor Slughorn”, bisiknya dingin sambil bergerak pergi. Dia jelas bukan favorit Slughorn meskipun dia termasuk yang terpandai di pelajaran Ramuan. Lily Evans lah selalu yang jadi kesayangan Slughorn.
“Tidak apa-apa, tidak apa-apa”, Slughorn melambai riang.”Hari ini aku sangat senang, baru saja terima hadiah dari Honeydukes. Ambrosius Flame selalu tahu seleraku.” Snape hanya mendengus dan makin menunduk. “ Apakah engkau akan ikut Yule ball anak muda?”
“Err...sepertinya tidak’” jawab Snape acuh.
“Kenapa? Sepertinya engkau lengket dengan si cantik Evans?”
“Aku tidak bisa berdansa,” Snape makin terpuruk dalam tunduknya.
Profesor Slughorn tergelak.” Ah, anak muda, berdansa itu jauh lebih gampang dari pelajaran ramuan. Jangan pernah lewatkan pesta itu, engkau boleh datang ke kantorku untuk belajar berdansa. Meskipun gendut begini, aku rajanya pesta”. Slughorn beranjak pergi sambil sebelumnya menepuk bahu Snape yang makin mengkerut.
Snape tersandar didinding sepeninggal Slughorn. Belajar berdansa dengan Slughorn? Benar-benar suatu keajaiban tiba-tiba ada yang menyodorkan diri mau mengajarinya berdansa, disaat dia sangat butuh guru untuk mengajarinya. Dia tahu pasti bahwa Slughorn sangat pilih-pilih orang dan yang jelas dia rajanya pesta. Sering didengarnya Lily bercerita tentang pesta-pesta yang diadakan Slughorn dengan murid2 Favoritnya. Dan sudah pasti dia tidak pernah diundang. Sekarang Slughorn sendiri yang memintanya jadi murid. Snape tidak tahu mesti harus bilang apa.
[ :: Henny :: ]
Setelah memikirkan matang-matang, Snape akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran Prof. Slughorn. Tidak ada salahnya menerima tawaran itu, Prof Slughorn merupakan kepala asramanya, pasti beliau akan mau diajak kerja sama untuk merahasiakan perihal ia belajar dansa. Ia tak ingin ada seorang pun yang tahu tentang hal ini. Maka Snape segera menyusul Slughorn yang menuju kantornya. Slughorn yang sadar dirinya diikuti pun menoleh ke belakang, "Ahaa! Severus Snape... Kau mau menerima tawaranku?".
Snape mengangguk kaku. Sesampainya di kantor Slughorn, Snape terkesima. Ada sesuatu yang berbeda di dalam ruangan itu. Ruangan itu semarak dengan hiasan natal berwarna merah dan hijau. Penuh dengan peri-peri kecil bertebangan di sekeliling ruangan, mistletoe bergantungan, dan pohon natal cukup besar di sudut ruang. Namun bukan itu yang membuat Snape tercekat begitu memasuki kantor gurunya. Snape sudah terbiasa dengan ruangan ini, karena seringkali diajak ke pesta pertemuan Slug Club oleh sang guru. Ya, walau bukan anak emas, Snape termasuk murid yang diperhitungkan Slughorn karena kecerdasannya, dan ia terpilih menjadi salah satu anggota Slug Club. Berbagai hiasan pesta sering dilihat Snape di ruangan ini, tetapi patung peraga busana yang disebut muggle sebagai manekin, baru kali ini terlihat olehnya di ruangan gurunya. "Hahaha.... kau pasti heran dengan manekin itu Severus? Tak usah bingung, aku meminjam manekin itu untuk melatih para murid berdansa. Kau tentunya tak ingin berdansa dengan lelaki tua dan gemuk seperti aku bukan?", ujar Slughorn menjawab kebingungan Snape. "Oh, baguslah kalau begitu. Aku awalnya keberatan untuk belajar dansa, karena takut membayangkan harus berlatih dengan Anda,Sir. Tapi demi Lil...", Snape menghentikan kata-katanya, setelah melihat perubahan di wajah gurunya.
"Haaa!!! Kau agak kurang ajar juga rupanya. Memangnya kenapa kalau berlatih dansa denganku? Sudah kukatakan kan tadi, aku adalah raja pesta! Sangat hebat dalam berdansa!", ujar Slughorn marah. "Maaf, Sir. Aku tidak bermaksud..", Snape meminta maaf, namun dipotong gurunya, "Sudahlah, aku tahu. Mana mungkin ada laki-laki mau berdansa denganku, kecuali Dumbledore tentunya, Upz.."
"Prof. Dumbledore, Sir?", Snape berusaha mencerna kalimat yang tak sengaja diucapkan Slughorn. "Sssstt... jangan diulangi lagi. Dan jangan katakan pada siapapun aku pernah mengatakan itu! Aku pun tak mau berdansa dengan laki-laki. Aku masih normal, tahu!".
Snape tersenyum dingin, kesempatan baginya untuk meminta Slughorn berjanji, "Baik, Prof. Asal Anda juga berjanji akan merahasiakan bahwa aku belajar dansa dengan Anda". Tak disangkanya, Slughorn malah dengan wajah yang ceria menjawab, "Ah, tentu saja. Aku memang sudah berniat mengajarimu berdansa. Aku ingin kau berdansa dengan my lovely Lily. Aku melihat kalian berdua cocok. Kau menyukai Lily bukan? Gadis itu juga sepertinya tertarik padamu. Alangkah indahnya kalau Slytherin dan Gryffindor bisa bersatu. Hijau dan merah, seperti suasana natal".
[:: Aisyah ::]
Slughorn mengatakan bahwa Snape akan berlatih dansa besok malam , saat murid - murid lainnya sudah berada diruang rekreasinya masing masing dan slughorn menyarankan berhati hati jika Snape ingin ke ruangan Prof. Slughorn karena telah melanggar jam malam. Snape hanya mengangguk dan berbicara hanya sepenggal kalimat saja. Snape pun keluar dari ruangan Slughorn.
Snape berlari menuju ruang rekreasi Slytherin yang berada dibawah tanah itu. Belum sampai didekat ruang rekreasi Slytherin, teman Snape yang berasal dari satu asrama dengan Snape menyenggol bahu Snape dengan sengaja. Akibat senggolan itu buku buku yang Snape bawa tadi berhamburan dibawah bahkan sebagian buku terinjak oleh murid lainnya. Snape hanya bisa diam dan mengambil buku buku yang jatuh tadi. Snape tidak memperdulikan temen temannya yang mengejeknya ketika melewati Snape yang sedang duduk mengambil buku buku itu.
Dikamarnya, Snape hanya seorang diri yang masih membaca buku ramuannya sedangkan temannya yang lain sibuk dengan mainan barunya yang mereka beli beberapa hari yang lalu di Hogsmeade. Snape berbaring dengan ditutupi oleh selimut yang membantunya tidak dapat melihat teman teman pengganggunya itu. Snape perlahan lahan mulai tertidur dengan lelap.
Keesokan Paginya, Snape bangun dengan wajah yang kotor dengan coretan tinta tinta pena. Snape berfikir bahwa temannya lah yang mencoretinya itu. Untung saja coretan itu masih dapat hilang dan tidak menghalanginya memasuki kelas hari ini. Kelas Pertamanya hari ini adalah Transfigurasi yang diajar Albus Dombledore. Mungkin, dikelas itu snape kurang unggul tapi dia selalu berusaha mendapatkan nilai yang terbaik.
Sore menjelang petang, seluruh murid harus segera masuk ke asramanya masing masing. Tetapi tidak bagi snape, dia harus berlari ke ruang Proffesor. Slughorn dengan sangat hati hati agar tidak diketahui oleh penjaga Hogwarts maupun Proffesor lainnya bahwa dia melanggar jam malam. Snape tiba didepan ruangan Slughorn. Snape mengetuk pintunya yang terbuat dari kayu itu walaupun pintu itu tidak terkunci. Slughorn pun membuka pintunya dan menyuruh Snape masuk keruangannya.
[:: Rizky ::]
"Oho, Severus Snape!" sambut Profesor Slughorn dengan riang. "Mari-mari, jangan malu-malu, nak. Pelajaran dansa dariku sebentar lagi akan dimulai." Ia mengibaskan tangannya dengan penuh semangat, menyilakan Snape memasuki ruanganya dan membawa Severus Snape ke tengah ruangan. Terdengar alunan irama merdu dari sebuah pemutar musik di sebelah perapian, alunan khas dansa Waltz. Pelajaran pertama adalah mengenai bagaimana cara mengajak wanita untuk berdansa denganmu. Ini mudah. Bungkukkan bahumu di depannya, lalu simpan tangan kirimu di balik punggung. Terakhir, ulurkan tangan kananmu terbuka untuk menerima tangan si wanita.
"Dan jangan lupa, tunjukkan senyummu. Wanita sangat menyukai pria ramah dan maskulin," ucap Profesor Slughor di akhir instruksinya. Severus tak tahu bagaimana senyum yang tampak maskulin itu. Merlin, ingin mengajak berdansa saja serumit ini?! Astaga!
Lalu saat masuk sesi untuk belajar dansa, Profesor Slughorn menggiring sebuah manekin dari sebelah lemari dan menarik Severus Snape mendekat. Sambil membenahi posisi manekin, ia terus bersenandung mengikuti irama alunan musik yang mengalun, dirinya terlihat senang walaupun harus beberapa kali berjinjit untuk menggapai bahu Severus Snape dan memposisikan salah satu tangan manekin diatasnya.
"Ayo, nak, lingkarkan tanganmu di pinggangnya. Anggap saja boneka ini adalah wanita yang akan kau ajak berdansa nanti." Severus Snape terbelalak mendengar ucapan itu. Dia harus memegang pinggang wanita?! Itu berarti dia akan memegang pinggang Lily?! Severus Snape benar-benar pusing sekarang. Tak pernah dalam benaknya bahwa berdansa akan seperti ini. Severus Snape menahan keinginannya mengeluh. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia harus menguasai dansa Waltz sebelum Yule Ball. Sebagai bukti, ia tetap menjaga mulutnya diam dan trus mengikuti semua instruksi dari Profesor Slughorn. Dan ini berlangsung pada kesempatan berikutnya mereka bertemu.
Di malam terkahir mereka belajar, Profesor Slughorn mengatakan kalau ia dinilai sudah cukup pandai berdansa. Itu mengembangkan hati Severus. Tak sia-sia usahanya belajar dalam waktu singkat ini. Sekarang Severus Snape merasa lebih percaya diri. Ia sudah siap untuk menghadiri Pesta Dansa Yule Ball.
[ :: astrin :: ]
================= BATAS LOMBA #SNAPEDAY ==============Meski event ditutup, kini siapa saja boleh berpartisipasi melanjutkan cerita ini di FB grup. Kalau cerita sudah rampung akan diupdate di sini.
Terima kasih bagi para #Sprinkler yang sudh berpartisipasi di #RRSnape menyambut #SnapeDay @pohoncerita. Juga untuk dukungan komunitas @indoharrypotter dan sponsor @kelontongsihir .
=======================================================
Like